23# Heart

61 37 3
                                    

                               "Gue serius minta hati lo buat gue.."
                                                -Ganendra Aksara-

                                                              ***

Jam sekolah telah usai ketika Ganen dan Narra tiba kembali di sekolahnya.

"Lo yakin ga langsung pulang?" Tanya Ganen.

Narra menggelengkan kepala.

"Barang-barang gue masih di kelas." Ujar Narra seraya berjalan melewati gerbang sekolahnya.

"Tunggu, Nar.." Panggil Ganen.

Narra berbalik dan menghentikan langkahnya. Ia melihat Ganen berjalan ke arahnya seraya menanggalkan jaket yang ia kenakan. Ia lalu mengikatkan jaketnya dipinggang Narra.

"Bakal repot kalo lo minta setiap orang yang lo liat buat merem."

Narra terbingung melihat tingkah Ganen hari ini. "Lo kesambet apa sih?"

"Kesambet peri!" Jawab Ganen sekenanya.

Narra terkekeh. "Mana ada peri bisa bikin kesambet? Ngaco lo!"

Ganen mematung melihat perempuan di depannya itu tertawa. Tawa itu selama ini luput dari pengamatannya. Cantik...

"Dah ah gue ke kelas dulu." Narra berbalik seraya melambaikan tangannya.

"Eh Nar,," Ganen menggantung kalimatnya, membuat langkah gadis itu terhenti dan berbalik menatapnya.

"Gue serius minta hati lo buat gue.."

Narra mengernyit seraya menggelengkan kepalanya. "Gue mati donk, Ganeennn..,"

Ganen tersenyum kecut seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sudah ia duga. Peri itu ternyata bodoh kalau soal begituan.

Bego dasar bego! Dumel Ganen pada diri sendiri. Lo udah sinting Ganen! Untung aja tu cewek ga ngerti maksud lo!

                                                          ✍

Kelas X2 tampak sudah kosong ketika Narra tiba disana, hanya ada  beberapa tas milik murid lain yang masih tergeletak di atas meja. Termasuk Hanum, sahabatnya.

Narra menggendong tas punggung di bahu kanan nya. Ia melewati koridor dekat ruang guru untuk sampai ke parkiran depan sekolahnya. Pagi tadi, ia memang memarkir motornya disana karena datang lebih awal.

"Tapi Bu,  Ibu saya tinggal di luar kota. Saya disini tinggal sama Nenek." Tiba-tiba suara seseorang dari ruang TU mencuri perhatian Narra.

"Tapi kamu sudah nunggak selama 5 bulan, dan bulan depan sudah mau masuk ujian." Ujar salah seorang guru TU yang ada disana.

"Iya Bu, Saya mohon maaf.." Perempuan itu menundukkan kepalanya seraya menahan tangis

"Ya sudah, besok kamu dan orang tua kamu saya tunggu jam 3 sore disini."

"Baik, Bu.."

Perempuan itu kemudian keluar dari ruang TU lalu duduk lesu di sebuah bangku yang ada disana. Wajahnya tampak memerah, karena tangis yang terus ia coba tahan.

"Are you okay?" Tanya Narra seraya duduk di sebelahnya.

Perempuan itu mengangguk. "Gapapa kok, Nar.."

Narra membulatkan matanya. "Lo tau gue?"

"Kan kelas kita sebelahan.." Jawab perempuan itu dengan lembut. "Gue Karin, kelas X1."

"Oh.." Narra menganggukkan kepalanya. "Lo yang sabar aja, bicarain baik-baik. Sekolah juga pasti punya toleransi kok kalo muridnya lagi ada kesusahan."

Karin menghela napas panjang. "Orang-orang disini ga akan mau tau keadaan gue Nar.. mereka ga akan peduli."

"Ini baru pertama kali gue nunggak selama itu." Wajah perempuan itu berubah sendu. Ada raut kesedihan disana.

"Lo lagi ada masalah?"

"Nyokap gue sakit." Jawab Karin. Ia terlihat menahan bibirnya untuk tidak menangis. "Dia kena gagal ginjal dan harus rutin cuci darah."

Ucapan Karin membuatnya teringat lagi tentang ayahnya. Kalau saja ayahnya menceritakan tentang penyakitnya, mungkin ia bisa berbuat lebih banyak. Tapi waktu itu, ayahnya tidak mengambil keputusan demikian.

"Bokap lo?"

"Dia ninggalin nyokap gue gitu aja karena ga mau nanggung biaya  pengobatan." Bibir Karin tampak gemetar, akhirnya air matanyapun lolos dan membasahi pipinya.

"Sedikit banget orang baik yang tersisa di dunia ini.. bahkan bokap gue yang dulunya baik, sekarang udah berubah."

Lembut Narra menepuk-nepuk punggung Karin. Walaupun tidak bisa menghilangkan semua bebannya, setidaknya Narra harap itu dapat memberinya ketenangan walaupun sedikit. "Ada yang bisa gue lakuin ga buat bantu lo?"

Karin terdiam sesaat. "Boleh gue minta lo doain nyokap gue?"

Narra mengangguk seraya memeluk perempuan yang sudah tak bisa menahan tangisnya. Sudah sangat berat bagi Narra ada di posisinya dulu. Apalagi jika harus mengalami apa yang Karin alami saat ini.

"Semoga Ibu lo, bisa kembali seperti dulu.. ga cuma sehat,,tapi juga bahagia."

                                                                   ✍

Author  notes..

Hallo readers,,
Maaih setia baca kah?
Kira-kira Narra bakal ngelakuin sesuatu ga ya buat Karin?
Next yuu..

Jangan lupa tinggalin jejak..🥰

FraternitéWhere stories live. Discover now