1×24 = 12 Jam

38 36 274
                                    

Gue bukan nyalon jadi pembantun rumah tangga yang bisa 24/7 selalu ada di sisi lo!

Marshal Almiro Bardolf.

Marshal Almiro Bardolf

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

...

Saat ini Rici sedang duduk di taman rumah mewah ini. Setelah pertanyaan Sifa tadi pada Miro - Miro ini menyuruhnya mengikuti dia dan berakhir di taman ini.

Lima belas menit telah berlalu sejak tadi ntah apa yang sedang di pikirkan oleh manusia tampan di sampingnya ini.

Tidak tahu saja bahwa bokong Rici sudah kebas karena tidak menggeser seinci pun dari duduknya. Jika Rici sedang interviuw, nah bisa dinamakan Rici sedang tegang dan grogi sekarang.

"Lo jadi babu gue dua puluh empat jam."

Rici ingin sekali memekik dan berteriak sekencang - kencangnya di hadapan manusia tampan ini tapi Rici tidak akan melakukanya.

"Gak bisa gitu dong. Gue bukan nyalon jadi babu, gue nyalonya jadi tukang kebun aja gak papa suer." Miro mengangkat satu alisnya menatap Rici aneh.

Huh.

"Gue juga kan masih sekolah jadi gue bakal mulai kerja dari jam satu sampai jam lima begitu."

"Lo siapa? Majikan?" Miro menatap remeh Rici. Sedari tadi Rici seakan - akan dirinya yang menjadi majikan bukankah Rici yang sedang menyalon 'kan diri untuk bekerja disini?

"Gue kasih keringanan?"

"Keringanan gimana maksud lo?" tanya Rici menyatukan kedua alisnya bahkan wajahnya pun dia majukan kehadapan Miro.

"Mundur." ketus Miro ketika pipi sebelah kananya terkena nafas dari hidung Rici karena Rici yang mendekatkan wajahnya itu.

"Maaf." Rici tersenyum canggung merutuki dirinya yang sangat bodoh.

"Lo jadi asisten pribadi gue terserah mau gaji berapa pun gue kasih."

"Seratus juta per bulan" pekik Rici menampilkan deretan gigi bayi yang rapih. Ah sial. Kenapa sangat manis di lihat dari mata Miro.

Miro berdecak berdiri dari tempat duduknya memasukan kedua tanganya kedalam saku jeans.

"Gak sebanding sama apa yang Lo kerjain."

Rici berdiri di samping Miro bibirnya dia monyong - monyongkan seraya berpikir. Miro menatap kesamping memandangi wajah manis Rici yang tak pernah bosan Miro pandangi sedari tadi.

"Lima juta perbulan."

"Deal." tanpa banyak pikir Rici menerima uluran tangan Miro menggenggamnya dengan erat. Senyum manis terpatri dikedua sudut bibirnya sedangkan Miro menyeringa menatap Rici yang menyetujuinya.

Miro melepas genggaman tangan hangat Rici. Tanganya Miro satukan di depan dada menatap Rici penuh arti.

"Dari jam enam pagi sampai jam enam sore." Rici mengangguk menyetujui.

When It RainsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora