[43] Love Or Obsession

40.2K 4.5K 323
                                    

Sudah tiga tahun tidak mendengar suara beratnya yang menakutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga tahun tidak mendengar suara beratnya yang menakutkan. Tiga tahun tidak merasakan hangat pelukannya yang seperti menyiratkan keinginan untuk selalu bersama.

Tiga tahun, dan rasanya Beryl seperti kembali ke masa-masa dimana ia terjebak bersama laki-laki yang kehidupannya kelam.

Tak banyak yang bisa Beryl lakukan ketika gerak tubuhnya terkunci oleh rangkuman tangan posesif laki-laki yang sudah lama tak dilihatnya.

Demi Tuhan, ia tidak pernah membayangkan akan kembali dipertemukan dalam keadaan seperti ini. Beryl tidak akan pernah siap untuk bertemu, semesta juga tahu itu.

Namun di hari ini, semesta tidak mendengarkan harapannya. Seolah sengaja ingin Beryl mengulang penderitaan yang sama.

Ketika pelukannya semakin mengerat, Beryl mendorong tubuh laki-laki itu menjauh. Tanpa mengatakan apapun, Beryl langsung berjalan keluar dari ruangan itu.

Tapi tidak semudah yang dibayangkan tentunya. "Kamu mau pergi?"

Untuk bersuara saja terasa sulit dilakukan. Bayangkan saja, begitu lama tidak bertemu dan ketakutan itu rasanya masih sama. Bahkan bertambah parah.

"Kamu nggak akan bisa pergi, lagi."

Kalimat kesekian yang membuatnya merinding. "I want to go home," suara pelan Beryl akhirnya terdengar.

"You're already home, our home."

Tanpa seizinnya, air mata itu turun perlahan membasahi pipi. Mungkin terkesan berlebihan tapi kembali bertemu dengan laki-laki itu sama saja menyerahkan diri untuk yang kedua kali. Dan Beryl tidak sanggup, hanya dengan membayangkan sekalipun.

"Mungkin kita perlu duduk, bicara dengan nyaman, dan perbaiki semuanya. Kita mulai dari awal."

Apa mungkin sebentar lagi kehidupan normalnya akan terenggut kembali? Tentu saja, kenapa hal seperti itu harus ditanyakan.

"Sayang,"

"Don't call me like that!" Selanjutnya Beryl menundukkan kepalanya sembari sesenggukan. Biarlah ia terlihat lemah, ia memang susah tidak tahan menahan.

"Hei, why are you crying?" Laki-laki itu dengan rasa cemasnya mendekati Beryl. "Lihat aku," seraya mengangkat dagu gadisnya agar mendongak, menatapnya.

"Maaf, aku rasa caraku untuk menahan mu disisi ku nggak sekeras dulu. Tapi---"

"Nggak perlu melakukan itu karena mau bagaimana pun caramu mengikatku, aku nggak akan sudi bersama mu."

Sepertinya kalimat sarkas itu berhasil mengusik sisi iblis laki-laki itu, sehingga selanjutnya laki-laki itu mencengkram kuat rahang bawah gadisnya. Menekan kuat pipi gadisnya yang memerah.

"Dengar, aku akan mengurung mu disini. Kamu nggak akan bisa melihat dunia luar lagi kalau kamu terus menolak ku."

"Sa-sakit ... "

TITANIUM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang