[47] Why Should I?

34.7K 4.2K 285
                                    

ini aku udah repost tiga kali, astagfirullah sakit ati napa si wp kudu eror.

maaf ya temen-temen, aku jg kesel.

Anak berumur empat tahun tujuh bulan itu terbangun lebih dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak berumur empat tahun tujuh bulan itu terbangun lebih dulu. Matanya sempat membulat melihat pemandangan di kasurnya.

Lalu ekspresinya berubah menjadi senang. Sangat senang ketika melihat ayahnya mau masuk ke kamarnya dan tidur disamping kakak cantiknya, bahkan memeluknya erat dari belakang.

Heksa senang karena ini pertama kalinya, Alkana mau mengunjungi kamarnya. Sebelumnya tidak pernah. Dan sekarang, Heksa seperti merasakan kehangatan dari Beryl dan juga Alkana. Andai terus seperti ini.

Tak ingin membangunkan sepasang insan yang masih terlelap itu, Heksa beranjak dari tempat tidur dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Heksa anak yang mandiri. Ia masuk kamar mandi tanpa bantuan Bu Pina, ia sudah terbiasa melakukan aktivitas semuanya sendiri. Tak apa, suasana hatinya juga tengah senang karena ayahnya pagi ini tidur di kamarnya. Suatu keajaiban yang selalu diharapkan.

Berbeda dengan Beryl yang merasakan beban di pinggangnya. Sebuah tangan yang melilit tubuhnya begitu erat, akhirnya menyadarkan Beryl dari tidur nyenyak nya.

Tangan Beryl meraba-raba ke samping dan terkejut ketika tak menemukan Heksa. "Kemana kamu, Heksa."

Baru saja Beryl akan bangkit, tapi seseorang menariknya jatuh ke kasur kembali. Beryl menengok ke belakang dan mendapati Alkana dengan wajah polosnya.

"Mau kemana?" Tanya Alkana serak, masih enggan untuk bangun.

"Nyari Heksa," lalu terdengar suara air dari pancuran di balik kamar mandi. "Lagi mandi," simpul Alkana.

"Lepas kalau gitu," pinta Beryl.

"Nggak, sayang."

Seolah tersadarkan akan satu hal, Alkana langsung terperanjat duduk diikuti dengan Beryl di pelukannya.

"Kenapa Alka?"

"Aku ada kejutan untuk kamu," katanya tersenyum misterius.

Kejutan yang dimaksud Alkana pasti bukan hal yang menyenangkan untuk dilihat. Tidak tahu, itu hanya firasat Beryl saja.

"Ikut aku." Alkana meraih tangan Beryl dan membawanya keluar kamar Heksa.

Beryl pasrah ketika Alkana membawa langkah keduanya ke ruang kerja Alkana yang gelap nan sunyi.

"Alka," yang dipanggil masih saja menampilkan senyum penuh arti. Arti yang tidak ingin Beryl jelaskan. Seolah baru saja memenangkan pertandingan besar.

"Duduk," tak ingin berlama-lama dikuasai rasa penasaran, Beryl duduk di sebuah sofa berukuran sedang.

Alkana berjalan ke arah meja kerjanya dan mengambil sebuah map berwarna hitam berpita merah. Lalu Alkana memberikannya kepada Beryl begitu yakin.

TITANIUM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang