BAB 39

1.3K 228 32
                                    

Di lantai wakil presiden Nami Grup.

Walaupun Kakashi mengambil cuti satu hari, urusan di perusahaan terasa lebih sibuk. Shi baru bisa tidur setelah selesai rapat di sore hari. Namun, panggilan telepon di sampingnya membuatnya terusik. Dia meraih ponsel dengan kasar.

"Ya?!" Shi bertanya gusar.

"Apa yang disukai wanita?"

Shi mengerutkan kening. Dia melihat nomor di teleponnya. Jelas nama Naruto muncul pada layar, tetapi Shi masih belum sepenuhnya sadar. "Siapa ini?"

"Kau memiliki banyak wanita di sekelilingmu. Seharusnya aku mencari orang yang tepat ... Apa yang disukai wanita?"

Shi menguap dengan kesal ketika orang di sebrangnya tidak menjawab pertanyaannya. Namun, ketika mendengar kembali suara orang itu, dia tertegun. Detik berikutnya Shi segera menegakan punggungnya.

"Bos!"

Sebelum Naruto sempat membalas, Shi kembali berbicara. "Sialan! Kemana saja kau selama ini. Apa kau ingin membunuhku dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya?!"

Naruto tidak mendengarkan keluhan Shi dan berdecak kesal. "Jawab pertanyaanku." Dia sudah mengulang pertanyaannya dua kali.

"Apa? Kau memberiku beban sebanyak ini hanya karena menghabiskan waktu bersama wanita?" Shi membuang tawa sumbang dan berseru. "Cari tahu sendiri!" Kemudian telepon dimatikan.

Wajah Naruto menghitam ketika panggilan dimatikan.

Dia menatap ponselnya yang kembali ke layar utama. Rahangnya mengeras. Ingatkan dia untuk memecat bawahannya yang tidak kompeten.

...

Naruto sudah menunggu Hinata lebih dari setengah jam. Melihat tidak ada barang bawaan di tangannya, suasana hatinya terangkat. Asalkan itu tidak berakhir di tangan Hinata, dia tidak peduli tentang hadiah Toneri.

Ketika wajah Naruto terangkat, Hinata dapat melihat fitur wajahnya lebih jelas. Rambut pirangnya sudah tumbuh lebih panjang hingga menyentuh telinga. Selain bibirnya yang kekurangan darah, wajahnya terlihat baik-baik saja.

Hinata terus berjalan ke arah Naruto dan berhenti di depannya. "Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya kau di rumah sakit sekarang?"

Naruto terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Hinata. Namun, mata birunya yang dalam sedang menelusuri wajah Hinata, dan teringat apa yang terjadi kemarin malam.

Dia hanya menciumnya, tetapi itu cukup untuk membuat Liam tertidur.

Wanita ini semakin menarik minatnya.

Hinata merasa canggung dengan tatapan Naruto. "... Itu, jika tidak ada yang dibicarakan, aku—Ah!" Hinata berteriak ketika sebuah tangan tiba-tiba terulur dan menariknya masuk ke dalam mobil.

Naruto menekan tubuh Hinata pada pintu mobil. Ruang dalam mobil itu cukup luas, tetapi tubuh jangkung Naruto membuat mobil terasa sempit.

Menyadari tindakan Naruto barusan, Hinata segera memarahi. "Naruto! Apakah otakmu bermasalah? Membawaku masuk ke dalam mobil dengan cara seperti ini, bukankah kau seorang gangster?!"

Naruto memelototi Hinata dan kemudian mencibir. "Ya, teruslah memarahi Bosmu dan tunggu surat pemecatan."

Hinata mengerutkan bibirnya dan terdiam. Dia bisa melihat wajah pria di depannya dengan jelas. Mengingat sakitnya kemarin malam, dia menelan rasa kesalnya.

Apakah demamnya sudah hilang?

Dia membutuhkan waktu setidaknya tiga hari untuk menurunkan demamnya.

BLACK LOVEWhere stories live. Discover now