BAB 22

2.2K 384 109
                                    

“Hinata!”

Hinata menolehkan wajahnya ke belakang. Di sana Gaara baru saja memasuki pintu perusahaan dan mendekatinya.

Pria bersurai merah itu menyunggingkan senyum menawannya. Di tangan kanannya terdapat kumpulan kertas laporan perusahaan.

“Ya?”ujar Hinata.

Gaara menyerahkan berkas tersebut, “Ini laporanmu.”

Hinata mengerutkan keningnya. Seingatnya dia tidak memiliki laporan yang harus dikerjakan belakangan ini. Dia juga tidak pernah menitipkan sesuatu kepada Gaara.

“Laporan apa maksudmu?”

“Yah.. sebenarnya aku sudah memberitahumu lewat chat, tetapi kau tidak menjawabnya. Kemarin malam Kurenai menyuruhmu untuk membuat laporan bulan ini. Laporan itu harus dikumpulkan hari ini. Karena aku tidak tahu alamatmu... dan aku juga tidak memiliki kesibukan saat itu jadi..” Gaara menggaruk tengkuknya, “Maaf jika aku lancang, tapi aku mencoba membantumu. Kau bisa melihat sendiri laporan yang kubuat, mungkin ada beberapa kesalahan dan kau bisa memperbaikinya.”

Hinata melebarkan matanya ketika mendengar penjelasan Gaara. Ponsel yang berisi kontak teman-temannya hilang di malam itu. Dia juga tidak hafal nomor mereka, jadi dua hari ini Hinata tidak menerima informasi mengenai pekerjaannya.

Hatinya merasa berat untuk Gaara. Laporan yang pria itu tulis lumayan tebal. Hinata bertaruh bahwa Gaara harus bergadang untuk menyelesaikannya.

“Tidak. Aku yang seharusnya minta maaf karena merepotkanmu. Gaara, katakan padaku apa ada yang bisa kulakukan untuk menebus semua itu?”

Gaara tertawa ringan, “Kau tidak perlu memikirkan hal itu. Aku tidak berpikir untuk meminta bayaran darimu.”

Hinata terus menatap Gaara, “Tidak. Katakan saja apa yang kau mau.”ucapnya gigih.

Gaara mengabaikan ucapan Hinata. Dia menyerahkan laporan itu dengan paksa dan berjalan ke depan.

Hinata segera mengejar Gaara, “Sungguh, aku tidak nyaman jika belum membalas kebaikan seseorang.”

Gaara melihat wanita di sampingnya. Raut penuh ketegasan itu terlihat imut di matanya. Hinata memiliki mata bulat dan bersinar. Dipadukan dengan warna ametis yang meneduhkan membuat orang lain tidak ingin menarik pandangan darinya.

Hari ini surai panjangnya dikucir kuda, memperlihatkan leher yang semulus batu giok. Ada beberapa anak rambut di punduk dan keningnya yang menambah daya tarik wanita itu. Sebenarnya Hinata tidak perlu menggunakan sepatu tinggi karena tinggi badannya, tetapi Hinata masih tidak percaya diri jika menggunakan sepatu flat.

Gaara tidak menyadari bahwa senyumannya tidak pernah luntur sepanjang dia bersama Hinata.

“Gaara, kau mendengarku?”tanya Hinata. Dia merasa aneh ketika Gaara memandangnya seraya tersenyum seperti itu.

Gaara tersadar. Dia meluruskan pandangannya dan berkata, “Kalau begitu, jamu aku saat pulang nanti.”

Hinata membalas senyum Gaara, “Ya!”

Mereka berdua berjalan beriringan menuju lift. Ketika Hinata membalikan tubuhnya untuk menekan tombol lift, matanya tidak sengaja menangkap siluet tinggi di pintu masuk perusahaan. Jantung Hinata semakin berpacu ketika mata tajam Naruto menusuk Hinata. Kedua bibirnya dirapatkan agar umpatan kasar tidak keluar dari mulutnya.

Pria gila itu tidak akan mengganggunya, bukan?

Hinata menggelengkan kepalanya. Hanya masalah waktu sampai Naruto bosan dan mencari wanita lain. Jika dia menghindari pria itu, semuanya akan baik-baik saja. Hinata menarik pandangannya acuh tak acuh dan segera menekan tombol lift.

BLACK LOVEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora