2. Ramayana Ballet

496 79 1
                                    

Adara, 2013

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adara, 2013

Hatiku menciut menyaksikan Ramayana Ballet di pelataran Candi Prambanan malam ini. Terutama setiap kali ujung mata menangkap kursi kosong di sampingku. Kursi milik seseorang yang sudah kulepas pergi.

Kalau tahu hubunganku dan Irvin akan kandas, seharusnya aku tidak perlu repot-repot membeli tiket pertunjukan ini sebagai hadiah peringatan dua tahun hubungan kami. Tadinya kupikir dengan menyaksikan Ramayana Ballet bersama akan memperkuat jalinan cinta kami, layaknya Rama dan Shinta melewati segala cobaan.

Aku memang memang bodoh. Dekat tanggal pertunjukan, masih memikirkan betapa sayangnya tiket VIP yang sudah terlanjur kubeli akan hangus, dan memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta demi menghadiri pertunjukan malam ini.

Mungkin aku memang perlu menyaksikan kursi kosong disisiku secara langsung. Agar bisa sepenuhnya menyadari kekejaman Irvin kepadaku, lalu meletakkan kenangan kami selamanya di bangku kosong itu.

Ramayana adalah cerita cinta pertamaku. Di mata gadis lima tahun, aksi Rama menaiki Garuda untuk mengejar Rahwana sungguh gagah dan kesatria. Usahanya mengarungi negeri demi menyelamatkan Shinta menimbulkan harapan menggebu pada seorang gadis kecil bahwa suatu hari nanti akan ada lelaki sama ksatrianya seperti Rama untukku.

Kisah Rama dan Shinta menjadi dongeng pertamaku. Aku masih ingat mendiang ibu sering menceritakannya setiap kali rumah terkena pemadaman listrik bergilir. Ia berhasil membius putri kecilnya untuk percaya pada kekuatan cinta lewat kisah Ramayana. Ada kalanya waktu tidur malamku diisi dengan mimpi-mimpi menjelajahi negeri diatas punggung Garuda, atau bermain dengan seekor kera putih perwujudan Hanoman.

Sayangnya, hidup lebih luas dari kepakan sayap Garuda dan batas dongeng Ramayana. Aku belajar bahwa nyaris tidak ada lelaki sesempurna Rama. Irvin telah membuktikannya kepadaku beberapa bulan lalu ketika ia menjatuhkan bom untuk memutus hubungan kami. Kami putus karena orangtua Irvin tidak suka kepadaku. Setidaknya Irvin menjadi lelaki baik dengan menuruti nasihat ibunya. Walaupun itu artinya dia harus melukai hati wanita lain.

Meskipun begitu, Irvin tidak menodai kenanganku tentang Ramayana malam ini. Aku berhasil merasakan kembali perasaan hangat setiap kali ibu mendongeng Ramayana untukku. Wajahku tak henti-hentinya menyunggingkan senyum sepanjang pertunjukan. Tarian demi tarian berhasil menghidupkan ingatan masa kecilku. Aku kembali menjadi gadis lima tahun yang tidak bisa berhenti tersenyum setiap kali Rama dan Shinta memadu kasih. Lalu terpekik tertahan menyaksikan pertempuran Rama dan Rahwana.

Pertunjukan panggung terbuka selama tiga jam itu terasa singkat. Langit malam begitu cerah. Bintang dan bulan bersinar terang, seolah turut merestui kesuksesan pertunjukan malam itu. Untuk kali terakhir kupandangi kursi kosong di sampingku. Sambil menarik napas dalam, kunyatakan kalau masa-masa Irvin akan berhenti di sini. Lalu, dengan langkah mantap kutinggalkan kursi penonton tanpa sekali pun menoleh ke belakang.

Selesai pertunjukan, penonton diperbolehkan berswafoto bersama deretan pemain Ramayana Ballet. Paling ramai tentu saja Rama, ketampanan pemerannya harus kuakui memiliki daya bius paling efektif bagi kaum hawa untuk mendekatinya.

Semesta Adara (TAMAT)Where stories live. Discover now