Day 9

0 0 0
                                    

Victor menyadari akhir-akhir ini. Semenjak kedatangan Alyse, adiknya sering terbangun gelisah setiap pagi. Hal itulah yang membuatnya khawatiran belakangan ini.

"Aku mimpi lagi," cerita Steward jika ditanya setiap pagi, "tentang aku dan kakak semasa kecil dan seorang anak perempuan yang wajahnya tidak jelas. Musim panas itu, kita bertiga bermain di bawah pohon oak tua bersama. Benar-benar membuatku rindu. Tapi, Kak, siapa anak perempuan itu?"

Victor pusing setiap hari memikirkan hal ini. Seingatnya musim panas 10 tahun silam, musim panas yang dimansudkan Steward tersebut, mereka tidak bertiga saja. Namun ada 4 orang anak lain. Ernest tetangga mereka adalah salah satunya.

'Mengapa Steward hanya mengingat anak perempuan itu?'

"Itu hanya mimpi." Begitulah cara Victor menjawab pertanyaan adiknya setiap hari. Dia tahu itu salah, tetapi dia tidak ingin membuat kegelisahan Steward berlanjut sepanjang hari. Jika adiknya tidak ingat siapapun selain mereka bertiga, mungkin sebaiknya dia juga menganggap anak perempuan dalam mimpinya itu hanyalah imajinasi. Namun, pagi hari ini ucapan Victor untuk menenangkan sang adik sudah tidak mempan lagi.

"Bagaimana jika Alice adalah anak perempuan di mimpiku itu?" sanggah Steward, "ingat apa yang dia katakan di pesta teh kemarin?  Jelas-jelas itu pertemuan pertama kita dengannya, tapi dia berkata dan bertingkah seolah sudah mengenal kita sejak lama.

"Aku juga kemarin ... sebenarnya merasa familier dengannya. Haruskah kutanyakan soal ini pada Alice? Mungkin dia punya jawaban yang kucari."

"Jangan!" pekik Victor tidak sengaja membuat adiknya melompat terkejut.

"Kau tidak boleh bertanya apa pun padanya sampai kuizinkan. Mengerti? Tunggu saja waktu yang tepat. Aku akan memberitahumu jika sudah saatnya," sambung Victor.

Steward terdiam lalu mengangguk seakan patuh. Namun di dalam hati ia terus mempertanyakan hal tersebut. Dia butuh jawaban. Meski kakaknya melarang, Steward akan tetap bertanya.

Jika Alyse benar anak perempuan dalam mimpi tersebut, Steward akan sangat senang mereka bisa berkumpul lagi. Mungkin juga Alyse bisa membantu menyusun ulang ingatannya yang berantakan.

Sayang, sepanjang hari dia selalu sibuk dengan tugas-tugas sebagai petinggi hearts, sampai tidak sempat menghampiri sang Alice. Mau tidak mau Steward harus menunggu sampai menjelang senja. Semua pemeran memang biasa berkumpul menyusun strategi sebelum melakukan pengusiran terhadap Nightmare ketika malam.

"Apa kita betul saling mengenal sebelum tiba di sini, Alice?" tanya Steward di hadapan semua orang, kecuali Victor.

Sebelumnya Steward sudah waspada terhadap kakaknya. Dia tidak ingin Victor mendengar dirinya mengutarakan pertanyaan tersebut. Namun takdir berkada lain. Victor yang baru datang telah mendengar segalanya.

"Kau berjanji tidak akan menanyakan hal itu lagi!" amarah sang kakak tampak jelas, "dia tidak ada hubungannya dengan kita. Dia hanya orang luar!"

"Itu tidak benar!" Alyse tidak mau kalah menyela.

"Aku tidak berbohong saat kukatakan aku mengenal kalian semua. Dan aku tidak mungkin ada di sini sekarang jika bukan karena janji kita semua pada Jack Of Hearts! Janji untuk bermain bersama lagi sekembalinya aku ke London. Tapi sayang, tidak ada yang ingat janji itu ataupun mengingatku," tuturnya berpanjang lebar.

Seisi ruangan terdiam, tidak terkecuali Steward. Saat ini dia merasa bahwa jawaban dari misteri mimpinya semakin jelas. Semua itu berkat Alyse. Gadis tersebut mungkin benar gadis cilik di mimpinya. Steward ingin benar-benar memastikannya. Sayang, Victor ada di sana sehingga ia tidak bisa bertanya lagi kepada Alyse. Namun, mendengar bahwa Alyse memiliki hubungan dengan masa lalunya yang berantakan saja sudah membuat Steward senang ... untuk sekarang.

[Hanhami - 10 Juni 2021]

Alice In Reverie's Behind The SceneWhere stories live. Discover now