Day 10

3 0 0
                                    

"March Hare, lihat!" Alyse tiba-tiba menyodorkan serangkai mahkota bunga di depan wajah Theo. Sore hari itu Alyse mendadak mengusik Theo yang sedang duduk-duduk di bawah pohon, tempat biasa dia beristirahat atau mengajak Alyse makan siang.

"Dinah mengajariku membuatnya tadi siang. Ini pertama kalinya aku berhasil," cerita gadis itu tersenyum bangga.

Theo terperangah. "Apa membuatnya cukup sulit?"

"Bagiku lumayan," balas Alyse, "tapi kulihat Dinah lihai sekali membuatnya."

Theo pun tertawa. "Aku bisa lihat! Ujung jari-jarimu semuanya merah," katanya membuat Alyse cepat-cepat menarik kembali tangannya.

"Ini pertama kalinya aku membuat karangan bunga," cicit Alyse. Wajahnya bersemu merah muda karena malu.

Theo tertawa lagi. "Jadi, karangan bunga pertamamu itu, apa kau berencana memberikannya kepada K?"

Alyse menggeleng. "Ini untukmu," balasnya sekaligus membuat Theo kebingungan.

"Kenapa aku?" tanya Theo, "seharusnya kau berikan kepada K. Rumornya memberikan mahkota bunga pada seseorang di momen festival ini artinya kau benar-benar sayang pada seseorang itu dan mengharapkan berkat White Rabbit untuknya, loh. Makanya kau harus memberikannya kepada seseorang yang kausuka."

"Tapi kan, aku juga sayang pada March Hare," sela Alyse.

Gadis itu memakaikan mahkota bunga tersebut di kepala kawannya lalu melanjutkan, "lagipula sudah cukup cerita sedihnya di masa lalu. Aku harap besok-besok dan di masa depan, hanya ada kebahagian yang menghampirimu. Jadi kalau ini bisa memohon berkat dari White Rabbit, aku harap Dia memberkatimu."

Theo terdiam sejenak. "Tapi Alice, kenapa?"

"Bagaimanapun juga, kau teman baikku. Malah, kukira kau sudah seperti saudaraku sendiri. Jadi mengapa tidak kuberikan bunganya padamu? Aku bisa buat yang lain untuk K," balas Alyse.

Sekali lagi Theo terdiam. Namun beberapa saat kemudian tawanya pecah.

Alyse menyernyit tidak paham. Apakah dia telah mengatakan hal yang lucu? Ia baru saja akan menanyakannya kepada Theo, tetapi niatannya batal karena mendadak Theo memeluknya.

"Little Sister," ucap pemuda itu dipenuhi rasa haru, "terima kasih karena selalu baik kepadaku dan tetap mau menerimaku apa adanya. Selama ada kau, aku yakin tidak akan merasa sedih lagi, Alice. Dan aku janji akan menjagamu lebih baik lagi, sebagai seorang kakak yang bisa kauandalkan."

Samar-samar, Alyse mendengar suara isakan. Mungkin Theo sedang menyembunyikan tangisnya saat ini, pikir Alyse. Ia pun mengusap punggung kawannya, bermaksud menenangkan.

"Saat kita semua kembali ke London, aku janji akan mencarimu. Jadi kita bisa sama-sama lagi. Tentu saja bersama yang lain juga," tutur Alyse lagi.

Theo kembali ke posisinya duduk. Kedua tangan mengusap wajah, mengeka jejak air mata di sana. "Aku akan menunggu, kalau begitu. Tapi sebelum itu ... kita harus selesaikan permainan ini dulu, bukan?"

Alyse mengangguk. "Ya! Ayo selesaikan permainan ini dan segera pulang ke London sama-sama!"

[Hanhami - 11 Juni 2021]


Alice In Reverie's Behind The SceneWhere stories live. Discover now