Day 12

1 0 0
                                    

Abyss adalah tempat yang masyarakat Reverie yakini sebagai tempat White Rabbit tinggal dan mengawasi dunia. Tidak ada satu manusia pun yang pernah sampai di tempat itu. Atau begitulah yang masyarakat lokal ketahui.

Ernest dan Alyse membahas topik tersebut ketika mereka sedang beristirahat di gazebo, siang ini. Kenyang dengan makan siang yang Alyse bawa, kini mereka menikmati angin sepoi sambil bersantai sambil berbaring sebentar. Tentu saja sebelum berpisah untuk melanjutkan aktivitas masing-masing.

"Jika benar Abyss adalah tempat seperti yang kau ceritakan, berarti saat aku, King Of Hearts, dan pemeran lain berdatangan ke dunia ini pun, kami pernah ke sana untuk membuat perjanjian dengan White Rabbit," tutur Ernest.

"Jadi rumor itu tidak benar?" tanya Alyse, "buktinya ada manusia yang pernah sampai ke Abyss. Kalian."

Ernest tertawa, "rumor itu ada benarnya juga. Dikatakan hanya sosok Alice yang bisa mencapai Abyss."

"Itu pun hanya sekali. Aku bertemu dan membuat perjanjian dengan White Rabbit di London, kau tahu?" balas Alyse.

"Tapi kau masih bisa mengunjunginya kalau kau mau, kan? Kau punya akses ke sana. Kau punya kunci Abyss," jelas Ernest membuat Alyse mengangguk kecil.

"Benar, sih," balasnya.

Gadis itu berbaring lurus agar dapat melihat langit. Tangannya menjulur ke atas. Menghalangi letak matahari yang agak menyilaukau mata.

"Aku penasaran, apakah White Rabbit pernah merasa kesepian tinggal di sana seorang diri? Maksudku, di sana benar-benar hanya ada dia seorang. Apalagi pelayan-pelayannya, seprrti Tuan Chessire, sepertinya jarang berkunjung ke sana," katanya.

Ernest terdiam sebentar. Ia ikut menjulurkan tangan, tapi bukan untuk menghalangi sinar matahari. Namun meraih tangan Alyse untuk ia genggam di dekatnya.

"White Rabbit itu seorang laki-laki juga, bukan? Seharusnya kau tidak memikirkan laki-laki lain saat kau sedang memilikiku sekarang ini," ucapnya tersenyum jahil.

"Heeei! White Rabbit lain cerita," keluh Alyse membuat Ernest tertawa. Mudah sekali menganggap serius sesuatu.

"Aku bercanda," ucap Ernest lagi, "dulu sebelum kau datang, aku pikir Dia tidak pernah sendiri. Dia memilikimu selama ini. Sosok Alice yang sudah diceritakan sejak lama, bahkan sebelum aku tiba di Reverie.

"Tapi ya ... aku senang bahwa nyatanya pemikiranku itu salah. Syukurlah sosok Alice selama ini tinggal di London."

"Tapi ya ... itu berarti selama ini White Rabbit selalu sendiri, dong?" sela Alyse diangguki lawan bicaranya.

"Meski begitu, kurasa Dia tidak terlalu kesepian, sih. Dia sangat mencintai warga Reverie, benar? Dan dia bisa melihat segalanya dari Abyss. Bahkan melihat kita saat ini. Atau ketika kunyatakan perasaanku pada anak kesayangannya," ucap Ernest lagi, masih tersenyum jahil. Kali ini membuat wajah Alyse bersemburat merah seperti tomat.

Pemuda itu melanjutkan, "Intinya adalah, sendiri bukan artinya kesepian. Selama kau memiliki orang-orang yang kausayang di pikiran dan hatimu, kau tidak akan pernah benar-benar sendiri. Lebih baik jika ketika kau bisa melihat mereka. Apalagi ditambah kau tahu bahwa seseorang itu menyayangimu juga. Seperti ketika kau sedang tidak bersamaku. Aku tidak pernah merasakan sepi meski sedang sendiri."

"King Of Spades! Cukuuup," Alyse sudah tidak kuat menahan malu. Wajahnya benar-benar matang. Jadi dia menutupinya dengan kedua tangan.

Namun percuma. Ernest terkekeh-kekeh ketika menarik kedua tangan Alyse sehingga gadis itu tidak bisa bersembunyi.

"Dengar, Alice," ucapnya lagi, "kita akan menyelesaikan permainan ini secepat mungkin. Lalu mari kunjungi White Rabbit, agar Tuan Kelincimu itu tidak perlu berlama-lama sendirian lagi."

[Hanhami - 13 Juni 2021]



Alice In Reverie's Behind The SceneWhere stories live. Discover now