Melawan Restu

101 6 0
                                    

Karin membeku, senyumnya hilang digantikan wajah sendu yang sangat jelas.

Dihadapannya, ada Bimo yang tersenyum lebar dan Dian yang memasang wajah datar. Hari ini, sudah tepat satu tahun dia tak melihat pemuda itu, Dian pergi tiba-tiba dan memutuskan kontak dengannya. Hanya dengannya saja, tidak yang lainnya.

Apa sesakit itu rasanya? Sampai-sampai pemuda tak perduli lagi padanya.

Dian pergi seakan dia tersakiti sendirian, apa dia tak bisa memahami perasaan nya juga? Satu tahun, dia selalu menanyakan kabar pemuda itu tanpa ada balasan. Dia selalu bertanya pada teman-teman yang lain jika rasa rindu nya sudah tak terbendung lagi. Apa Dian tak bisa menghargai usaha nya?

" Om, apa kabar?"

Bimo tersenyum lebar,
" Baik put, balik juga kamu dari Bali? Ada acara apa?"

" Kangen sama Karin aja om."

" Wah,wah anak muda sekarang emang bucin semua yah."

Putra tertawa, tangannya terulur kedepan Dian. Tapi tak kunjung mendapat balasan, akhirnya dia menarik tangannya kembali.

" Dian,"

Dian melirik ayahnya, lalu berlalu begitu saja meninggalkan semuanya.

Bimo tertawa sumbang, tangannya melambai-lambai pada anaknya.

" Dadah anak ayah, hahaha, dian tuh gitu put kalau lagi capek, maaf yah."

Putra tersenyum kecil, hatinya seakan teriris melihat Dian yang seakan tak peduli lagi padanya.

Putra Abimana, dia adalah sepupu kandung Karin. Ayah nya dan ibu Karin adalah adik dan kakak. Dahulu, dia sering datang ke Jakarta untuk berkunjung ke rumah Karin. Saat itu Dian dan yang lainnya langsung menyambutnya hangat. Bahkan Dian dan dirinya menjadi solid dalam waktu singkat.
Tapi, semua usai saat 2 tahun yang lalu orang tuanya dan orang tua Karin menjodohkan dia dengan Karin. Semua berubah, tak ada kehangatan lagi dari teman-teman Karin untuk nya. Semuanya seakan tak peduli padanya.
Dia memang brengsek karena sudah menyukai sepupu nya itu. Tapi bukan dirinya yang meminta perjodohan ini,  dia juga terkejut saat hari itu tiba-tiba saja pertunangan mereka sudah di atur tanpa pemberitahuan lebih dulu.

Karin mengusap air matanya, semua benar-benar kacau sejak 2 tahun lalu. Kenapa takdir Sangat jahat padanya? Dian adalah cinta pertama dan satu-satunya. Kenapa harus begini akhirnya?

" Ehm, Karin, putra, om duluan yah kalau gitu."

Putra mengangguk,
" Hati-hati om."

Putra berbalik memandang Karin, sepupunya sekaligus calon istrinya itu diam terpaku dengan air mata yang terus mengalir.

" Rin,"

" Put rasanya sakit banget."

Putra mengepalkan tangannya,
" Rin kita udah biacara in ini."

Karin menggeleng,
" Please bantu aku."

Putra menggelengkan kepalanya,
" Rin bukan aku yang minta perjodohan ini, orangtua kita yang nentuin Rin. Jadi tolong jangan bersikap seolah-olah semua salah aku."

...CINTA SEORANG LELAKI...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang