Mood

56 5 0
                                    

Setelah seminggu dirawat dirumah sakit, hari ini Karin akhirnya pulang ke rumahnya. Seminggu ini hari-hari terasa sungguh menyenangkan, Dian selalu ada menemaninya. Bahkan mamah dan papah nya dia larang untuk datang seminggu ini.

Tapi hari ini, lelaki yang setia menemaninya itu tak muncul juga sejak 2 jam yang lalu. Padahal Dian sudah berjanji untuk membawanya pulang.
Karin semakin menggeram kesal saat panggilan nya yang ke 110 kali tak kunjung diangkat juga.

" Gak diangkat juga dek?"

Karin menggeleng lesu,
" Dian bohongin adek mah, apa dia udah balik lagi ke Singapura?"

Alisa menggeleng,
" Enggak lah dek, kan wisuda nya nila 3 hari lagi, ngapain dia balik?"

" Terus kenapa dia gak datang juga mah? Kita udah nunggu 2 jam loh."

Alisa menatap prihatin putri kecilnya,
" Kalau aja mama bisa nentang keputusan om kamu, mungkin semuanya gak akan sekacau ini dek."

Karin mendecak,
" Adek kan udah bilang jangan salahin diri mama, adek gak kenapa-napa kok."

" Mungkin emang Dian sama adek itu gak jodoh, adek Kebagusan buat Dian mah."

Alisa mendecih,
" Sombong banget anak mamah. Nabrak lagi tau rasa kamu dek."

" Ya ampun mamah, mamah mau adek nabrak lagi?"

Alisa mengangguk,
" Kan kalau kamu nabrak lagi Dian balik lagi dek, yah gak?"

Karin mengerutkan keningnya,
" Wah Iyah, mamah pinter! Kalau gitu mamah telpon pak Harto sekarang suruh bawa mobil kesini mah, biar adek nabrak trotoar lagi, eh mah, kalau perlu adek masuk jurang yah kan mah?"

Alisa bertepuk tangan kencang,
" Bagus dek, cocok! Ayo kalau gitu mamah telpon pak Harto dulu."

" EKHEM"

Karin menatap sengit Dian yang tersenyum lebar didepan pintu. Sudah telat 2 jam, Dian malah muncul dengan senyum lebar yang menjengkelkan Dimata Karin.

" Jadi mau berangkat sekarang? Biar Karin bawa mobil Dian, terus Dian sama Tante dan om di mobil satu lagi. Kita saksiin bareng-bareng Karin nabrak trotoar sampai masuk jurang. Cocok?"

Karin semakin menggeram kesal, sedangkan Alisa sudah tertawa terbahak-bahak. Delon yang sedari tadi duduk tenang memejamkan mata tak peduli mendengar siasat istri dan anaknya ikut tertawa puas saat melihat wajah cemberut anaknya.

" Sana balik aja ke Singapura! Ngapain disini?"

Dian terkekeh geli,
" Nanti kalau aku berangkat ke Singapur, aku gak lihat proses pemakaman kamu dong."

" DIAN!!!"

Dian tertawa kencang, Delon dan Alisa menggeleng tak habis pikir melihat tingkah keduanya.

" Yaudah karena Dian udah ada, papah sama mamah duluan yah dek, kalian langsung pulang ke rumah. Jangan kemana-mana dulu."

Dian mengangguk,
" Siap om."

Alisa menatap sendu wajah berseri-seri Dian. Mungkin tak ada yang tau bahwa sebenarnya pemuda itu sedang menutupi kesedihannya lewat senyum dan tingkah tengil nya.

" Mah,"

Alisa menatap suaminya,
" Papah duluan dulu, mamah mau bicara sebentar sama Dian."

Karin mendelik,
" Kan bisa dirumah mah, kenapa harus ngomong disini?"

Alisa menyentil kuping anaknya.
" Kenapa emangnya kalau mamah mau ngomong disini?  Adek cemburu?"

Karin mengangguk semangat,
" Iyah, Kalau Karin gak bisa dapatin Dian. Berarti mamah juga gak bisa!"

Delon menepuk jidatnya kencang, kenapa dia punya anak dan istri yang model begini sih?

Alisa menatap tajam wajah anaknya,
" Oh jadi gitu? Kamu mau mamah masukin ke perut karena ngelawan? Mau dek?"

Dian tertawa kecil,
" Udah jangan rebutin dian dong, gak kasihan apa sama om Delon yang dari tadi udah gak dianggap?"

Delon menendang kesal pemuda didepannya,
" Sini om patahin kaki kamu."

Dian semakin tertawa riang, perasaannya menghangat berada di antara keluarga Karin yang lucu ini.

" Yaudah nanti aja kita ngobrol nya yah, tante balik duluan. Hati-hati bawa mobilnya."

Dian mengangkat kedua jempolnya.

" Jadi mau balik sekarang?"

Karin mendecih,
" Emang mau kapan lagi? Mau 2 jam lagi?"

Dian mengelus sayang kepala Karin,
" Maaf."

Karin mendongak menatap mata Dian tajam.
" Kamu kemana aja?"

Dian mengelus pipi Karin,
" Aku nenangin diri di taman rumah sakit. Sampek gak sadar kalau udah lewat 2 jam."

Karin menatap lurus mata indah Dian. Mencari sebuah kebohongan di mata itu.

" Aku sayang kamu Dian."

" Aku juga."

" Janji jangan ninggalin aku?"

" Aku janji, aku gak akan ninggalin kamu."

" Walaupun kamu udah di Singapura?"

" Hmm, dimana pun itu aku janji gak akan ninggalin kamu lagi."

" Aku boleh minta sesuatu?"

Dian mengangguk,
" Apapun buat kamu bakal aku kasih."

Karin memukul gemas lengan besar Dian.
" Serius?"

Dian mengangguk,
" Mau minta apa?"

Karin turun dari ranjang rumah sakit, berjalan kearah jendela lalu berputar menatap mata Dian yang memandangnya penasaran.
Gadis itu menarik nafas sedalam-dalamnya lalu maju menggenggam kedua tangan Dian.

" Aku mau kamu perjuangin aku!"

Dian terpaku, dengan mata menyendu. Bibirnya kelu tak bisa berkata-kata.

" Aku mohon."

" Aku cinta sama kamu Dian Suherman."

" Kamu mood aku satu-satunya."

" Aku gak bahagia tanpa kamu."

" Kamu mau kan perjuangin aku?"












***
23 Juni 2021

Baiklah momen mendebarkan akan mulai di part berikutnya. Jadi tetap di cerita ini yah!
Jangan berpindah kemana-mana.

...Love you...





...CINTA SEORANG LELAKI...Where stories live. Discover now