39.Bicara

2.3K 437 116
                                    

Makasih banget buat kalian yang udah nemuin book ini dan baca book ku serta feedback berupa vote dan comment
Makasih banyak ✨✨✨




Where's my reader's???

Where's my reader's???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Minum dulu Jar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minum dulu Jar.."

"Thanks bro" Dimas senyum tipis

"Gue bikinin kopi terakhir deh abis itu gue tutup"

"Santai aja, gue tungguin sampe jam kafe lo tutup" Dimas menggeleng tidak setuju, "Gimanapun Ayu lebih penting"

Fajar rolling eyes ga suka, "Gosah sok bucin kalo abis ini mundur" katanya dengan suara kecil, sedangkan Dimas dengan senyuman manisnya meminta maaf pada beberapa pengunjung dan menjelaskan dengan lembut jika dia harus menutup cafe nya.

"Gue tanpa sadar bentak Ayu waktu itu"
"UOHOKK!!!" Fajar natap Dimas kaget, tetiba banget itu orang ngomong pas dia lagi minum.

"Ngapain dah lo?"

"Lo ga mungkin dateng kesini cuma buat minun kopi aja" kata Dimas serius. Fajar yang sadar Dimas ga mau bercanda langsung ketawa canggung.

"Ga nyangka gue Ayu bisa bikin Don Juan kampus se desperate ini"

"Karma gue kali, beautiful karma" katanya dengan senyuman segaris.

"Gue ga nyangka lo bisa seserius ini?"

"Gue ga pernah mikir kalo gue bisa sampe sini, kata-kata Ayu terakhir kali ngebuat gue yakin kalo gue juga ga tau apa itu menjalani hubungan secara normal kalo bukan sama Ayu" Dimas menatap Fajar serius, "Gue tau lo sama Dira sama sekali ga percaya sama gue, tapi gue berani sumpah Jar apa yang gue rasain ke Ayu beda sama cewek-cewek yang pernah gue pacarin, gue tau Ayu punya rahasia atau apapun itu yang bikin dia dorong gue ngejauh kaya gini, tapi gue berani sumpah Jar gue ga main-main sama dia"

Fajar menatap Dimas lekat, mencari celah kebohongan dari ucapan playboy di depannya ini tapi Dimas mengucapkan itu dengan wajahnya yang hampir putus asa untuk meyakinkan tentang perasaannya yang tulus pada sahabatnya.

Kosan sembilan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang