Pertama: Awal mula

60 29 79
                                    

Pagi yang cerah di jalanan ibu kota. Gadis berkacamata dengan gaya sederhana sedang mengemudikan mobilnya dengan hati-hati. Gadis bergaya kasual dengan baju kemeja dan celana jeans yang di lipat bagian ujung nya lengkap dengan sepatu kets berwarna putihnya. Melihat jalanan ibukota yang masih sangat lenggang. Dia terbiasa dengan jalanan sepi seperti ini, baginya sangat tidak nyaman jika harus mendengar suara klakson di pagi hari.

Sesampainya di cafe miliknya dia tidak memilih harus tersenyum kepada siapa. Dia tersenyum kepada semua orang yang ia jumpai.

"Mbak lea, kemarin malam saat mbak sudah pulang ada seorang pria yang datang kesini. Katanya sih mau berjumpa sama pemilik cafe ini mau kolaborasi gitu katanya." Kata Zanna, manager cafe tersebut.

"Apa dia meninggalkan kartu nama atau sejenisnya?" Tanya gadis itu dengan ramah

"Itu yang menjadi masalahnya. Dia tidak meninggalkan kartu namanya. Ku pikir dia sudah menghubungi mbak lea" Ungkapnya dengan tidak enak hati

"Aku malah baru tau ada yang mau kolaborasi dengan cafe kita dari kamu. Ada-ada saja orang itu. Sudah tidak apa-apa jika memang rezeki kita pasti orang itu akan balik lagi ke sini. Jika tidak pun tidak apa-apa nanti di ganti dengan rezeki yang lain" Ucap nya di akhiri dengan senyuman.

Ya, itu dia Azzalea Putri Pramono gadis yang lengkap dengan kacamata nya. Terkenal dengan gadis yang baik hati dan ramah kepada siapa saja. Tidak pernah memandang itu siapa. Tidak pernah memandang orang lain dari harta dan tahta nya.

"Aleaaaaaaaaaaaaa" Teriak temannya dari pintu kantornya.

"Gausah teriak-teriak puspa! Berisik banget pagi-pagi"

"Gue kesel banget al, nyokap gue ngebet banget nyuruh gue cepet kawin. Bukan gue ga mau, tapi gue ga punya calonnya" Ucapnya sambil berjalan bolak balik dan mengehentak-hentakkan kakinya ke lantai.

"Ya lo cari calonnya lah pus. Lagian umur lo kan udah tua, ya wajar aja sih menurut gue kalo nyokap lu nyuruh lo cepet-cepet kawin. Daripada ntar jadi perawan tua" Ucapnya dengan tidak merasa bersalah.

"Ohhhh lo lagi ngomongin diri sendiri? " Ledek puspa kepada Alea.

"Ya ga gitu!" Emaknya

"Lo kapan free? Pengen jalan ke mall ni udah lama enggak"

"Yeeeeee, lo kali yang ga pernah free"

"Hehehehe ya namanya kerja sama orang Al. Tapi, gue kayanya besok sore free nih." Ucapnya dengan semangat.

"Yaudah besok lo kabarin gue lagi. Lo kebiasaan kalau gue udah beres tau-tau ga jadi pergi. Tuman!"

"Iye-iye al. Dah gue mau pergi kerja dulu. Bye-bye Azzalea yang cantik, tapi masih cantikkan gue" Ucapnya sambil melenggang pergi keluar dari kantor Lea.

Puspa Saraswati. Teman nya dari kecil hingga sekarang. Memiliki masalah yang sama yaitu terus di dorong untuk menikah oleh ibu mereka. Tidak terlihat ada masalah di sini, hanya saja mereka tidak memiliki calon pasangan yang akan di ajak menikah.

Jam makan siang. Namun, Lea masih belum keluar dari kantornya. Baginya pekerjaan itu sangat penting dan tidak bisa di tunda-tunda.

Kringgggggg

"Hallo selamat siang. Dengan Azzalea Putri Pramono disana?"

"Iya saya sendiri di sini. Dengan siapa di sana?"

"Hei pemilik cafe Cempaka kenapa anda tidak menelpon saya tentang kolaborasi acara kantor saya dan cafe anda. Apakah anda tidak ingin berkolaborasi dengan saya?"

Tanya HatiWhere stories live. Discover now