Ketiga: Tuan Misterius

52 32 63
                                    

Mereka berdua berjalan ke arah yang gadis kecil itu tunjuk. Berhenti di sebuah warteg pinggir jalan. Alea bingung, tidak mengerti. Di warteg biasanya hanya kelas menengah kebawah yang makan di sana. Tapi, gadis ini tidak terlihat seperti orang menengah ke bawah.

"Ini anak saya! Kamu apakan anak saya?! Kamu mau menculiknya?" Cecar pria tersebut.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Jangan sembarangan ya kalo ngomong! Ini ni contoh manusia yang gak tau caranya terimakasih" Ucap Alea tak kalah nyolot.

"Kenapa saya harus terimakasih ke kamu?" Tanya pria itu lagi.

"Kalo gaada saya anak bapak tu di tengah jalan sana kelindes truk! Makanya jaga anak yang bener!" Ucap Alea dengan menunjuk-nunjuk jalan aspal tepat dimana dia menyelamatkan gadis kecil itu.

"Yaudah makasih" Pria itu mengucapkan nya dengan nada salah tingkah.

"Pa laper" Ucap sang gadis kecil kepada pria itu.

"Yaudah saya permisi dulu ya pak. Tolong anaknya di jaga dengan baik. Oke Tuan misterius" Ucap Alea melenggang pergi.

"Kurang ajar" Desis pria itu.

Alea merasa hidupnya akhir-akhir ini sudah di buat tak tenang dengan kehadiran "Tuan Misterius". Ia sengaja tidak menghubungi Pria itu karena dia malas terlihat adu debat dengan "Tuan Misterius". Tapi takdir berkata lain, pagi-pagi sekali dia sudah berurusan dengan pria sinting seperti lelaki itu.

" Ya Tuhan apa lagi ini? Masih pagi udah di buat stress aja" Batinnya.

Alea menyebrang jalan dengan hati-hati. Ia pergi kembali ke ruko penjual donat tempat dimana dia memesan donat. Tak lupa dia mengambil sepatu yang sudah dia ungsikan di bawah pohon beringin di tepi jalan.

"Neng tadi hebat lho lari nya. Mantep. Keren dah pokoknya." Ucap penjual donat dengan suara dan mata berbinar.

"Hehehehe abang bisa aja" Ucap Alea Malu-malu. "Berapa semuanya bang?"

"Semuanya 105.000 neng" Ucap penjual donat sambil menghitung kembali dengan menggunakan tangan.

"Gausah di itung-itung terus gitu bang totalnya. Ini uang nya untuk abanga, sisanya ambil aja buat beli permen" Ucap Alea sembari memberi penjual donat uang.

"Aduh neng, ini mah buat beli permen juga nyisa banyak. Ya kali saya makan permen sebanyak ini bisa ompong gigi saya" Ucap nya.

"Hehehe gapapa atuh bang. Yaudah saya permisi dulu ya bang. Makasih donat nya" Ucap Alea sambil tersenyum dan melangkah pergi.

"Kalo gini mah yang Terima kasih bukan neng Alea tapi saya" Ucap Penjual donat itu sambil menepuk-nepuk uang ke etalase miliknya.

Sesampainya di cafe, Alea segera membagikan kotak Donat itu ke-6 karyawannya, termasuk managernya. Alea sudah terbiasa seperti ini setiap hari jumat. Ia selalu di ajari oleh ayah dan ibunya kalau hari jumat sebaiknya melakukan sedekah. Dan Alea melakukan nya hingga sekarang. Baginya, sedekah bukan karena ia kaya, tapi karena ia merasa sudah menjadi kewajiban umat manusia untuk saling berbagi kepada sesama.

"Zanna, nanti abis sarapan kalo kamu gaada kerjaan tolong telpon dulu pria kemarin dan menanyakan apakah dia jadi memakai cafe kita atau enggak ya?" Ucap Alea sebelum masuk ke dalam kantor miliknya.

"Lho? Kan biasanya mbak Lea. Tapi, kalo mbak Lea gamau yaudah saya aja" Ucap Zanna sambil cengengesan.

Alea tak menanggapi managernya itu. Karena dia sudah cukup lelah pagi ini. Ia hanya ingin duduk dan merilekskan pikirannya. Dia berharap tidak ada kekacauan lagi yang akan merusak moodnya hari ini. Jika tidak, maka sifat asli Alea akan keluar.

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang