Kedua: Tak terduga

43 23 24
                                    

Di sisa hari nya dia sudah di buat sangat jengkel oleh pria yang tidak dia kenal. Mulai dari menelpon dengan nada tinggi, sampe datang ke cafe nya dan membuat kacau seisi cafe oleh tingkah nya. Hari-hari nya selalu menyenangkan, tapi ada apa dengan hari ini? Alea mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Ini sih gue kayak makan buah simalakama. Di tolak rugi, di acc gue yang stress ngadepin klien sengklek begitu" Ucapnya seraya menimbang-nimbang perkataan nya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

18:35
Dirumah Alea

Hari ini terasa melelahkan bagi Alea. Pasalnya, dia merasa bukan menjadi dirinya sendiri hari ini. Dia tidak pernah merasa terlalu jengkel. Dia selalu bersikap ramah kepada siapapun. Tetapi hari ini dia benar-benar jauh dari kata itu.

Turun ke dapur dari kamarnya saja dia sudah merasa sangat malas. Bertemu dengan Ibunda nya sama saja bertemu dengan paparazi. Menanyakan ini dan itu, menyuruhnya segera mempunyai pacar, dan segera menikah. Belum lagi menghadapi ayah dan kakak laki-laki nya yang super garing.

"Bissmillah.. Gaada masalah semoga saja" Batin Alea ketika sudah menginjak anak tangga terakhir menuju dapur.

"Al, minggu depan kalau ga sibuk anterin mama undangan di rumah nya ibu Sri ya? Anaknya nikah" Ucap ibunda nya.

"Boleh bun. Apa sih yang enggak buat bunda" Ucap Alea di selingi dengan gerakan mencomot lauk di atas meja.

"Al kamu masih belum mau nikah? Kejadian itu kan udah 2 tahun yang lalu." Ucap ibunda nya hati-hati.

"Gatau ma. Liat aja kedepan nya gimana. Al gamau terlalu mikirin tentang itu." Ucap Alea dengan nada yang sendu.

"Yaudah lah bun, Al kan masih trauma jangan di paksa-paksa nikah terus nanti Al stress" Ucap Zio membela adiknya.

"Kamu juga! Udah umur 29 tahun ga nikah-nikah! Atau mau bunda jodohin sama anaknya bu Iyem komplek sebelah?" Ucap bunda.

"Oggah bun. Yah, bunda tu main jodoh-jodohin orang sembarangan." Ucap Zio mencari pembenaran.

"Udah, mau makan atau mau debat?" Sang ayah yang menjadi penengah.

Makan malam berlangsung dengan tenang tanpa ada perdebatan. Setidaknya Alea bisa lebih tenang untuk malam ini setelah apa yg terjadi tadi siang. Sambil menyantap makanan yang telah di buat sang bunda dia memikirkan tragedi yang menimpanya 2 tahun lalu. Tragedi yang buat diri nya benar-benar malu di depan semua orang. Tragedi yang membuat dirinya dan keluarga nya pindah ke kota lain untuk menghindari pria tersebut.

"Al, makan jangan melamun. Ntar keselek" Ucap sang ayah yang membuyarkan lamunan Alea.

"Enggak yah, ini lagi menikmati makan. Liat piring Al udah habis" Ucap Alea.

"Nasi kali Al yang habis, bukan piring." Sarkas kakak nya di selingi ketawa di ujung kalimat nya.

"Hehehe.. Al duluan ya naik ke atas. Ngantuk"

Selesai makan Alea bergegas ke kamarnya. Dia sudah sangat lelah hari ini. Beranjak naik ke atas kasur empuknya dan bersiap untuk terlelap ke alam mimpi. Mengumpulkan tenaga untuk menghadapi masalah besok kalau tiba-tiba Tuan Rusuh datang ke cafenya. Memikirkan Tuan Rusuh saja sudah membuatnya menggeleng kan kepala.

1 pesan masuk

Unknown number
Hai... Gimana kabarnya? Masih malu ga atas kejadian 2 tahun lalu?

Tanya HatiWhere stories live. Discover now