32

4.8K 491 68
                                    

"Kamu hari ini ke rumah sakit, Al?" tanya Rossa pada putranya yang menemaninya sarapan pagi ini. Rossa tidak menanyakan Andin karena semalam Andin sudah bilang juga pada mertuanya itu kalau ia akan menginap menemani papanya.

"Iya, mungkin nanti ma sekalian jemput Andin." Al berusaha terlihat baik-baik saja, padahal sudah jelas Andin tidak ingin menemuinya di rumah sakit.

"Gimana Pak Surya? Sudah baik-baik aja kan?"

"Baik kok ma, kayaknya ga lama lagi udah boleh pulang."

"Good to hear that" Rossa tersenyum mendengar keadaan Surya baik-baik saja.

"Mama hari ini ke mana?"

"Mama hari ini di rumah aja Al, bosan sih memang. Harusnya kamu sama Andin kasih mama cucu."

Al menjawabnya dengan senyuman yang sedikit dipaksakan, tidak tau harus menanggapi bagaimana.

"Tapi kamu sama Andin udah baik-baik aja kan? Sejak kalian berantem waktu itu mama belum liat kalian sama-sama lagi."

Belum Al menjawab, tiba-tiba Kiki datang membawa sebuah surat.

"Mas Al" panggil Kiki memotong Al yang akan menjawab pertanyaan Rossa.

"Kenapa, Ki?" tanya Al melihat Kiki.

"Ada surat buat mas Al." Kiki menaruh surat yang dibawanya di meja makan, di antara Al dan Rossa.

"Pengadilan Agama" Rossa membaca surat kop surat di amplop itu.

Sementara Al sangat terkejut, Andin sungguh-sungguh dan secepat ini, tidak ada kesempatan lagi yang diberikan Andin. Al tidak bisa menutupi ekspresi khawatirnya.

"Aldebaran, apa ini? Pengadilan Agama?" tanya Rossa pada putranya dengan bingung tapi di sisi lain ia tau kemungkinan terburuknya.

Al mengambil surat itu dan membukanya, untuk memastikan apakah dugaannya benar. Dan ternyata benar, surat gugatan dari Andin.

Di sana Andin hanya menggugat cerai Al tanpa menggugat apapun lagi termasuk harta.

Mata Al memerah, ia ingin menangis, sebelah tangannya yang tidak memegang surat mengepal dengan keras, Al tidak bisa berkata sedikitpun.

Kiki yang tidak mengerti memandang Al bingung. Sementara Rossa melihat putranya mematung perlahan menggambil surat itu dari tangan Al.

"Mama liat ya?" Izinnya pada Al, ketika Rossa mengambilnya, Al melepaskan surat itu pertanda memberikan izin.

"Andin gugat cerai kamu?" Rossa terkejut bukan main, Kiki pun turut membelalakan matanya mendengar itu.

"Al kenapa sampai seperti ini? Astaga Aldebaran kamu apain Andin" Rossa sangat menyangkan hal tersebut, Rossa tidak bisa menutupi ekspresi paniknya, apakah ia akan kehilangan menantu kesayangannya?

"Ma, aku harus ketemu sama Andin. Aku ga akan membiarkan Andin, ma. Semua akan baik-baik aja, mama tenang aja ya."
"Ki, saya titip mama."

"Iya, mas Al"

Al langsung memasukan kembali surat yang ia terima tadi ke dalam amplop dan membawanya pergi. Al terus berusaha menghubungi Andin tapi tetap tidak ada jawaban. Akhirnya Al mengirimkan Andin pesan.

Kita perlu bicara, saya ke rumah sakit sekarang

..

Andin beberapa kali menerima panggilan masuk dari Al, ia tau mungkin surat gugatannya sudah diterima oleh orang yang dituju. Andin tidak sama sekali berniat untuk mengangkat telepon dari Al, ia merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Sebelum akhirnya Al mengirimkannya pesan, Andin yang membaca pesan itu khawatir jika Al datang ke rumah sakit, Andin masih merahasiakan ini dari keluarganya terutama papanya. Andin tidak ingin kondisi Surya memburuk karena memikirkan tentang hal ini. Andin buru-buru membalas pesan dari Al sebelum Al tiba di sana.

Sebenernya ga ada lagi yang perlu dibicarain, tapi aku tau kamu akan tetap nekat ke sini. Aku tunggu kamu di rumah papa, satu jam lagi.

Andin mengirimkan pesan pada Elsa untuk segera tiba di rumah sakit.

Sa, mba ada urusan sebentar sama mas Al. Kamu bisa ke sini sekarang?

Pesan dari Andin di iyakan oleh Elsa, sebentar lagi Andin akan bertenu dengan Al. Ntah apa lagi yang akan dibicarakan oleh pria itu. Sejujurnya Andin malas menanggapinya, ia juga takut keputusannya goyah jika kembali bertemu dengan Al. Bagaimanapun Andin masih sangat mencintai pria itu, sudah cukup lama ia memperjuangkan cinta Al, rasanya disayangkan jika Andin menyerah di tengah jalan, tapi kali ini Andin mengaku kalah.

Keadaan bukannya semakin baik, malah semakin memburuk setelah kehadiran Michelle. Michelle yang ntah memiliki posisi apa untuk Al, yang pasti sebuah posisi penting.

Sebenarnya Andin bingung kenapa Al tidak mau menceraikannya padahal jika mereka bercerai Al bebas dengan wanita manapun, ntah itu Michelle atau wanita lain. Al bisa merawat Michelle dengan lebih fokus, bahkan bisa menginap saja di rumah Michelle kalau perlu, Al tidak harus mengirimkan pesan kepada Andin jika pulang terlambat. Jika Michelle memang pura-pura, Al bisa menikah dengan Michelle kan dan mereka bisa bahagia. Al akan lebih bahagia menikah dengan seseorang yang sudah lama dikenalnya dan seseorang yang ia percaya.

Andin tidak berniat untuk mencari tau kebenaran soal penyakit Michelle, ia bahkan sudah tidak perduli apakah wanita itu sakit betulan atau tidak. Yang Andin tau, Al lebih mempercayai wanita itu dibanding dirinya, Al lebih mementingkan wanita itu dari pada mertuanya, Al hampir membuat mertuanya meninggal karena memilih wanita itu, Al beberapa kali membentaknya hanya karena membela wanita itu. Sudah cukup bagi Andin.

Ataukah Al khawatir pada Rossa jika mereka bercerai? Ia takut Rossa tidak bisa menerima? Ataukah ia ingin menjaga wasiat Hartawan untuk bersama Andin? Tapi untuk apa jika dirinya sendiri tidak bahagia, harusnya Rossa dan Hartawan akan mengerti dan akan lebih bahagia jika putra mereka bahagia.






....
Yang pada minta Al Andin cere, iya iya cere nih cere

Jangan lupa pada vote & komentar dong, anggap aja penghargaan buat authornya. Bukan cuma di cerita aku ya, dicerita semua author juga kalian harusnya kasih penghargaan huhu kita tu ga minta apa-apa lagi kok cuma vote aja seengganya dengan satu klik udah kan. Soalnya di liat-liat, yang read banyak tapi jumlah votenya jomplang banget baik itu di cerita aku ataupun di cerita author lain.

Btw cerita yang satunya 'Different' part 2 udah di up ya hehe

Aldebaran & Andin (Married Life)Where stories live. Discover now