34

4.8K 396 24
                                    

Kini Al sudah berada di kantor, sedari rumah Surya tadi ia langsung berangkat ke kantor.

Michelle sempat menghubungi Al untuk meminta Al ke rumahnya, ia mengaku membutuhkan Al untuk membantunya yang sangat lemah dan kesulitan melakukan sesuatu meskipun sudah ada perawat tapi perawat tidak setelaten Al. Tapi Al malah bilang bahwa ia akan menambah perawat jika memang yang ada sekarang masih kurang bisa membantu Michelle.

Michelle seketika panik, berekting di depan satu perawat saja sudah sangat menyiksa apalagi di tambah. Akhirnya Michelle berkelit dan berhenti membujuk Al untuk datang ke rumahnya.

Al sedang berada di ruang meeting, ada jadwal meeting internal dengan tim pemasaran kali ini. Tapi sedari tadi Al hanya melamun, tidak fokus pada apa yang disampaikan oleh karyawannya. Sampai Rendy yang ada di sebelah Al beberapa kali memanggil namanya, baru Al tersadar.

"Iya, gimana?" kata-kata pertama Al setelah sadar dari lamunannya.

"Bagaimana menurut Bapak strategi yang sudah dijelaskan barusan oleh tim marketing?" tanya Rendy.

"Saya sudah menggaji kalian, terus kenapa kalian masih suruh saya untuk berpikir?" Al berucap dengan nada tegas, membuat semua yang berada di ruang meeting menundukan kepalanya.

"Saya minta kalian lakukan analisa untuk semua kemungkinan, bawa ke ruangan saya sore ini, terima kasih" Al memerintah dan langsung meninggalkan ruang meeting.

Sementara Rendy menatap punggung Al yang sedang berjalan meninggalkan ruangan dengan bingung. Tapi di sisi lain ia tau bos nya itu pasti sedang ada masalah.

..

Rendy memasuki ruangan Aldebaran sambil membawa beberapa laporan hasil analisa dari tim marketing yang diminta Al ketika meeting tadi.

"Selamat sore, Pak" sapa Rendy kepada Al yang sedang memejamkan mata sambil memijat pelipisnya.

"Sore, Ren. Duduk. Ada apa?" Al sadar dengan kehadiran Rendy langsung menegakan tubuhnya, tidak ingin wibawanya hilang di depan asistennya.

"Saya bawakan laporan yang tadi Bapak minta ketika meeting, tim marketing sudah berikan kepada saya, Pak" Rendy menaruh dokumen yang ia bawa di meja depan mereka.

"Ya, terima kasih."

"Baik Pak, sama-sama. Kalau gitu saya kembali ke ruangan saya ya, Pak."

Ketika Rendy hendak beranjak dari duduknya, Aldebaran memanggilnya. Membuat Rendy kembali membenarkan posisi duduknya.

"Ren.."

"Iya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?"

"Ya, tolong kamu cari apa saja yang bisa membuat gugatan cerai ditolak oleh pengadilan. Kirimkan ke saya hasilnya"

"Maaf, tapi untuk apa, Pak?" Rendy terheran-heran mendengar permintaan Al kali ini.

"Andin menggugat saya, bisa tolong kamu lakukan saja perintah saya?"

Rendy terkejut mendengarnya tapi ia merasa tidak memungkinkan bertanya lagi kepada Al apa yang sebenarnya terjadi, jadi ia hanya mengangguk dan langsung minta izin untuk kembali ke ruangannya.

..

"Al gimana Andin? Dia ga pulang sama kamu?"

Rossa yang sedari tadi gelisah menunggu putranya langsung melempar pertanyaan ketika melihat Al pulang.

"Aku belum bisa bawa Andin pulang sekarang, ma. Tapi aku pasti akan bawa Andin pulang ke rumah ini lagi. Mama ga usah khawatir, aku ga akan biarin Andin"

Al mencoba menenangkan Rossa, Rossa memang memiliki ketakutan berlebih terhadap ditinggalkan dan kehilangan. Ia sudah dua kali mengalami itu, pertama Roy, putra bungsunya yang meninggal karena kecelakaan dan kemudian Hartawan, suaminya. Rossa masih ingat betul bagaimana rasanya benar-benar ditinggalkan dan kehilangan orang-orang yang dicintainya. Ia sudah menganggap Andin sebagai putrinya, bagaimana jika Andin juga akan kembali meninggalkannya seperti yang lain?

Kiki mengintip dari balik tembok, ia pun sedari tadi harap-harap cemas menunggu kabar dari Al. Kiki mendengar Al belum bisa mengajak Andin pulang, Kiki pun cemas. Andin sangat baik kepadanya dan selalu membelanya jika ia dimarahi oleh Al, Kiki juga melihat Andin sangat mencintai Al dan Rossa, bagaimanapun Kiki menyayangi Rossa dan Al seperti keluarganya karena sudah 7 tahun bekerja di Pondok Pelita. Kiki percaya Andin bisa menjaga Al dan Rossa, jika Andin pergi apa ada lagi yang pantas menjadi ratu di rumah itu? Apa ada lagi yang bisa mencintai Al dan Rossa setulus Andin? Kiki berkomat-kamit mendoakan rumah tangga bosnya agar baik-baik saja.

..

Andin dan Elsa duduk bersebelahan di sofa yang ada di ruangan Surya, Surya sedang tertidur. Elsa bertanya pada Andin ada urusan apa ia dengan kakak iparnya tadi? Karena sejujurnya Elsa mencurigai bahwa ada masalah antara Andin dan kakak iparnya itu.

"Mba"

"Hm, kenapa Sa?"

"Lo tadi abis ada urusan apa sama Al? Kayaknya penting"

Andin belum menjawab, ia melirik ke arah Surya, memastikan Surya masih tidur dan mengajak Elsa bicara di luar agar papanya tidak mendengar jika tiba-tiba terbangun.

"Ayo, mba cerita di depan ya" kali ini Andin yang menarik Elsa. Elsa hanya mengikuti kakaknya itu.

"Kenapa, mba?" tanya Elsa setelah mereka duduk di ruang tunggu depan kamar Surya.

"Mba mau pisah sama mas Al" Andin bersuara pelan, tapi Elsa masih bisa mendengar jelas.

"Hah? Kenapa? Lo diapain sama si Aldebaran itu?" Sebaliknya, Elsa malah bersuara cukup keras sampai Andin harus memperingatkannya.

"Heh, sstt.. Ini rumah sakit, Sa"

"Sorry, mba. Gue kaget. Terus gimana? Karena apa?" Elsa yang cukup terkejut memberikan beberapa pertanyaan.

"Udah ngga cocok aja, Sa. Mba ngerasa udah ga ada cinta lagi antara mba dan mas Al. Tapi kamu jangan bilang ini ke siapapun dulu ya, termasuk papa."

"Iya gue ga akan bilang, tapi menurut gue alesan lo klasik banget mba" Elsa seolah tidak percaya dengan alasan yang diberikan oleh Andin.

"Emang begitu kenyataannya, Sa. Terus menurut kamu kalo udah kayak gitu keadaannya kami harus apa? Ini juga udah kesepakatan mba sama mas Al kok. Kami berharap yang terbaik untuk satu sama lain setelahnya."

"Tapi, mba.."

"Sa.."

"Iya, okey. Kalo itu keputusan lo sama Al. Gue cuma berharap yang terbaik buat kalian, tapi ga lama juga papa pasti tau mba."

"Iya, mba tau. Tapi seengganya setelah kondisi papa pulih dan pulang ke rumah Sa, ngga sekarang."

"Ya udah, terus nanti lo pulang ke mana?"

"Mba di sini ya, nginep jagain papa. Kamu aja yang pulang, kasian Nino pasti nungguin kamu."

"Ya udah kalo gitu, besok pagi berarti gue ke sini ya. Kebetulan ga ada jadwal."

"Iya, besok siang juga mba dapet udangan mediasi dari pengadilan. Kamu jaga papa ya"

"Cepet banget, mba?"

"Udahlah, Sa. Lebih cepat lebih baik kan."

"Ya udah, terserah lo deh mba"








....

Aldebaran & Andin (Married Life)Where stories live. Discover now