VII

160 14 0
                                    

"Happy Birthday wona🎶
Happy Birthday wona 🎶
Happy Birthday 🎶
Happy Birthday🎶,
happy birthday wona🎶"

Gue menutup mata menyampaikan segala doa dan harapan yang gue inginkan di tahun ini.

Semoga gue bisa bebas dari sini dan papa semoga dia baik baik aja begitupun dengan ketiga sahabat gue, semoga mereka masih nganggep gue sahabat setelah gue keluar dari sini hehehe

Fyuh~

Gue tiup lilin yang tertancap di atas roti bundar, senyum tipis tercetak di wajah gue.

Selamat ulang tahun gue,

Selamat anniversary yang ke satu tahun jungwon, semoga Lo denger ya suara batin gue, walau itu mustahil.

Gue makan roti yang dijadiin kue ulang tahun tadi, bahkan sampai tengah malem ini gue belum bisa tidur, jangan jangan gue insomnia lagi? Huft

Gue jalan ke jendela, nyoba nyoba ngebuka , siapa tau kan bisa kebuka, dan bingo!

Kesempatan gue keluar dari sini! Gue harus pulang!

Gue ngeliat ke bawah, ternyata gue ada di lantai 2, tapi gak apa apalah, gue bisa turun dari pohon di Deket kamar ini, baru gue mau naikin satu kaki, Indra pendengaran gue menangkal suara langkah kaki, gue langsung urungi niatan gue buat kabur, bagaimana pun gue harus merhatiin kondisi papa nanti,

Ancaman dari wonwoo tadi sore masih terngiang di otak gue, gue gak mau para pegawai papa jadi korbannya juga, termasuk papa sendiri.

Gue buru buru nutup jendela itu dan pura pura lagi baca buku.

Ceklek

Mata gue langsung terkunci dengan si pelaku yang membuka pintu di tengah malam ini.

"Gue kira Lo udah tidur" gue menaikan kedua bahu lalu menunjuk ke buku.

"Gue tau Lo bodoh, gak mungkin Lo belajar" sakit tapi tak berdarah, mancing emosi aja nih orang!

"Ya terus kenapa? Emang orang bodoh gak boleh jadi pinter? Emang harus pinter baru boleh belajar?" Tanah gue bertubi tubi, wonwoo cuman ngebalikin kedua bahu terus malah ngeliat ke atas laci, dimana masih ada sisa kue dan lilin yang bekas lilin yang kebakar.

"Tiup lilin segala, kayak anak kecil aja" gue tatap tajam dia, cih, kayak gk pernah begini aja.

"Gak pernah gue kayak begitu, karena gue gak kenakan kayak Lo"

"Kenapa tadi gk sekalian aja minta kue ulang tahun ke bapak Lo? Kan uang bapak Lo banyak, eh bukan yang itu gk bisa di bilang uang bapak Lo deh, kan itu uang hasil korupsi"

"Apa maksud Lo hah?" Gue berdiri di samping kasur.

"Wona wona, selain penjahat bapak Lo juga tukang korupsi, mana istrinya pembunuh, anaknya jadi apa nanti? Jadi jalang?"

"Bangsat!" Gue ambil piring di atas laci, terus gue lempar ke arah mukanya.

Gue gak peduli lagi, gue harus kabur!

Karena tadi jendela bisa di buka, gue kabur lewat sana, gue manjat ke pohon buat turun, saat udah mendarat di permukaan tanah, gue langsung lari ke dalam hutan, pokoknya gue harus kabur dari sini titik!


Entah udah sejauh apa gue kabur dari sana, sejauh ini yang gue liat daritadi hanyalah pepohonan yang rindang, bahkan cahaya bulan gak berfungsi di sini.

Karena kaki gue yang udah sakit dan capek buat lari, gue akhirnya istirahat di atas pohon, jaga jaga kalau ada binatang buas.

Gue nyenderin badan ke batang pohon dan memejamkan mata, semoga besok gue bisa keluar dari hutan ini.

[✓]KidnappingWhere stories live. Discover now