X

108 10 0
                                    

Wonwoo yang datang dengan tergesa gesa ke dalam rumah menarik perhatian Mingyu dan woozi yang sibuk membereskan ruang tamu, tadi mereka menggelar acara kepergian Jeon seulgi-kakak wonwoo- yang ke 17 tahun.

"Loh? Wona?" Woozi menatap wona heran.

"Gue baru tau dia kabur, beneran." Mingyu bicara spontan, takut di tuduh yang tidak tidak oleh wonwoo.

Ya, kaburnya wona sejak tadi pagi hanya di ketahui oleh wonwoo, padahal sejak kaburnya wona, wonwoo sudah tak peduli apa yang akan terjadi kepada gadis itu, namun entah kenapa hatinya tergerak untuk mencarinya setelah acara kepergian seulgi selesai.

"Kunci mobil dimana? Gue mau bawa dia kerumah sakit." wonwoo setia menggendong wona sambil berdiri di dekat sofa.

"Se-sebentar gue ambilin." woozi lari ke kamarnya, mengambil kunci mobil untuk wonwoo.

"Gyu, gue sama wonwoo nganterin wona ke rumah sakit, Lo jagain rumah." woozi turun dari kamarnya sembari memakai jaket.

"Gue yang nyetir." titah wonwoo dan keluar rumah di ikuti woozi dan Mingyu.

"Hati hati di jalan bang!" peringat Mingyu ke wonwoo, dari raut wajahnya ketara bahwa pria itu khawatir kepada wona.

Woozi duduk di belakang menjaga wona sedangkan wonwoo mengendari mobil ke rumah sakit dengan tergesa gesa.

"Won.... Nafasnya melemah." ucap woozi ketika mengecek nafas wona, dan juga karena gerakan tubuh wona yang berkembang kempis lambat.

Wonwoo yang mendengarnya melakukan kendaraan lebih cepat, hampir membuat mereka menjadi perhatian beberapa pengendara dan pejalan kaki.

Sampai di rumah sakit, wonwoo langsung menggendong wona dan di menaruhnya di bangsal, dokter dan beberapa suster langsung menangani nya.

Wonwoo ikut mendorong bangsal ke ruangan UGD, saat sampai di depan ruangan, wonwoo di halangi masuk dan di persilahkan menunggu di luar.

Wonwoo pun duduk tempat duduk yang sudah di sediakan rumah sakit, woozi pun ikut duduk di sebelahnya.

"Sorry, gue gak jagain dia selama acara tadi." Ucap woozi tiba tiba mengakhiri keheningan.

"Bukan Lo yang salah... Gue yang salah" balas wonwoo sambil menundukkan kepalanya.

"Dia kabur tadi pagi, waktu gue ke kamarnya gue ngomong tentang kedua orang tuanya, dia gak terima terus kabur." Jelas wonwoo.

"Terus.... Lo nemuin dia dimana tadi?" Tanya woozi dengan dahi berkerut.

"Gue temuin dia di kemahan sekolah, ada cowok yang nyelamatin wona, katanya dia nemuin wona di jurang. Mungkin waktu malam dia gak sengaja jatuh kesana." Balas wonwoo, woozi hanya merespon dengan mengangguk.

Pintu ruangan terbuka, bersamaan dengan dokter yang keluar dari tempat itu.

"Kalian keluarganya?" Pertanyaan dokter itu di balas oleh anggukan wonwoo.

"Dia baik baik aja kan?" Pertanyaan woozi di jawab dengan anggukan oleh dokter.

"Bisa di bilang tidak. Jantungnya melemah, mungkin karena pasien terlalu kelelahan, saya juga menemukan beberapa luka lebam di bagian bahu dan tangan. Kami akan melakukan rongsen karena tangannya di balut perban dan juga takut takut ada luka yang mengenai tulang korban. Untuk selanjutnya akan di kabarkan lagi, saya permisi." Dokter tersebut pamit dan meninggalkan wonwoo dan woozi yang masih terdiam di depan ruangan itu.

"Menurut Lo... Masuk akal gak sih kalo wona sebenernya di celakain." Celetuk kan woozi membuat wonwoo menolehkan wajah ke arahnya.

"Maksud Lo...."

"Gue rasa, ada yang ngelukain wona, gak mungkin dia dapet luka karena ranting pohon atau bebatuan di hutan, kalau misalnya pun dia dapet luka tanpa dilukain orang lain, gak mungkin jantungnya selemah itu buat bertahan kan? Lagi pula, dapat darimana luka lebam?" Wonwoo terdiam, mencerna pertanyaan yang barusan woozi lontarkan.

"Kalau pun ada yang mau ngecelakain wona. Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan orang yang pernah ngelakuin hal sama ke wona." Wonwoo menatap woozi ragu.

"Bang scoups?"










Wona sudah di pindahkan ke kamar pasien, dan rongsen pun sudah di lakukan, ternyata terdapat retakan di lengan kanan bagian atas dan juga pergeseran tulang di tumit kaki kirinya.

"Lo jaga wona dulu, gue mau keluar." Perintah wonwoo ke Mingyu yang duduk di sofa.

"Okeh!" Balas Mingyu.

"Dan juga... Jangan sampai ada yang masuk ke sini kecuali dokter atau suster."

"Berarti bang woozi gak boleh masuk dong?" Pertanyaan Mingyu di balas jitakkan di kepalanya.

"Woozi, gue, dokter sama suster, selebihnya gak boleh ada yang masuk!"

"Siap bos!" Mingyu mengangkat tangannya, gestur memberi hormat.

"Bokapnya gak tau kan?"

"Ya gak lah, oh ya, marganya gue ganti, jeon wona, inget itu!" Wonwoo memakai jaketnya lalu mengambil kunci mobil di meja.

"Aih, kenapa marganya harus jeon? Kan bisa Kim Wona atau gak Lee Wona. Jangan jangan..." Sebelum melanjutkan omongannya wonwoo sudah menatap Mingyu tajam.

"Gue ngisi biodatanya dia keponakan gue, jadi tutup itu mulut sebelum gue lem."

"Dih, galak amat!" Balas Mingyu, wonwoo hanya menghela nafas kasar lalu keluar dari ruangan.

"Ah... Es yang beku udah cair ternyata." guman Mingyu sambil tersenyum.

"Dan semua berkat Lo." Mingyu menatap wona yang masih terlelap nyenyak, alat bantu pernafasan pun melekat di wajah gadis itu.





















"Ini dimana?" Wona berdiri dari tempatnya dan mulai melangkahkan kakinya mengelilingi taman tersebut.

"Wona!" Panggilan lembut seseorang datang dari dalam rumah yang entah sejak kapan ada di dekat taman itu.

"Kalau gak salah.... Inikan rumah-"

"Selamat datang wona!" Pintu terbuka menampilkan si pemilik rumah, wanita cantik bermata tajam, tersenyum hangat menyambut kedatangan wona.

"Loh? Di kira rumahnya wonwoo." Guman wona dengan wajah bingung.

"Mari masuk!" Ajak wanita tersebut, menarik tangan wona pelan.

"A-ah maaf kak, bukannya apa apa, saya sungkan untuk masuk ke dalam sana, saya tidak mengenal anda." Tolak wona sopan.

"Memangnya muka aku keliatan muda ya? Aku lebih tua sepuluh tahun loh." Ucap wanita itu sambil tertawa geli.

"Eh, hehehe. Aku kira kakak cuman 3 tahun di atas aku." Balas wona.

"Kamu jangan sungkan sama kakak, eh harusnya kamu manggil aku tante deh."

"I-iya tan, hehehe. Omong omong, ini bukannya rumah tempat aku di culik ya?" Wona menatap wanita di sebelahnya penuh pertanyaan.

Wanita itu hanya tersenyum sembari mengelus rambut wona.

"Ayo masuk, nanti Tante ceritain." Ajak wanita itu, wona dengan ragu mengangguk dan masuk ke dalam rumah itu bersama wanita di sampingnya.

[✓]KidnappingWo Geschichten leben. Entdecke jetzt