bab 53 : mereka penting

7.8K 956 22
                                    

Keluar dari mobil, aira berjalan lurus menuju rumah nya.

saat hanya beberapa langkah, seperti ada sebuah tarikan dia ingin menoleh kebelakang

Aira menghentikan langkahnya ragu ragu, sebelum perlahan menoleh

Dan benar saja, mobil masih berada disana, dengan orang yang sama

Mobil berwarna silver itu memiliki kaca terbuka dibelakangnya, dengan seorang pemuda yang menyangga satu lengan di jendela mobil

Mata mereka bertemu

lalu, aira entah kenapa ingin tersenyum.

Dia merasa seperti orang bodoh

Berulangkali mengingatkan dirinya sendiri untuk berfikir jernih tetapi jika dihadapkan dengan orang itu, dia sepertinya semakin keruh.

Aira tidak tau bagaimana nanti dimasa depan, karena dia sudah benar benar mengubah keseluruhan cerita didalam hidupnya

Disini dia mempunyai teman, keluarga, dan memiliki... kekasih, ditambah itu juga penyelamatnya.

Ricky melihatnya menoleh dan tersenyum, sebelum balas tersenyum dari jauh, dia memberi isyarat dengan dagunya untuk segera masuk pada gadis itu.

***

Masuk kedalam rumahnnya, bi ningsih yang sedang menyapu ruang tamu, menyapanya dengan heran, " nona aira sudah pulang?"

"Iya bi, aira sedikit kurang sehat maka dari itu meminta izin untuk pulang" aira berkata dengan sangat lancar.

Dia sendiri tidak percaya, mengapa semuanya ini begitu tidak terhalang saat dia berbohong pada orang lain.

Bi ningsih meletakkan sapunya dengan segera, dan berkata dengan sedikit panik, " oh, sudahkah nona pergi kerumah sakit? Haruskah bibi menghubungi nyonya dan tuan?"

"Tidak, tidak" menolak dengan lemah aira membayangi dirinya sendiri, " ini hanya sedikit pusing. Sebentar lagi mungkin akan sembuh, jangan beritahu ibu dan ayah kalau aira pulang cepat hari ini, aira tidak ingin mereka khawatir"

Bi ningsih ragu ragu, " nona, jika nanti sakit nona bertambah parah, bukan hanya mereka akan khawatir , tetapi juga akan sangat panik, nona aira tau sendiri betapa mereka menyayangi nona, dan juga bibi, bibi takut jika penyakit nona nanti kalau dibiarkan akan semakin menjadi jadi"

Dia tahu betapa lemahnya nonanya ini, sepulang dari runah sakit karena insiden tikaman itu, wajah nonanya sangat pucat.

Aira menghela nafas, " bibi, saat ini kepala aira sedikit lebih baik, aira tidak pergi kerumah sakit, tetapi aira sudah pergi ke uks, dan sudah diberi obat. Coba lihat wajah aira, bukankah terlihat baik baik saja? Aira sudah merasa lebih baik bibi, hanya sedikit lelah dan ingin tidur"

Melihat betapa baiknya wajah nona didepannya, bi ningsih tidak mempunyai pilihan selain mengangguk dengan enggan, "baiklah, tapi, jika nona aira pusing lagi, pastikan untuk memberitahu bibi"

"En, bagus, aira akan pergi keatas dulu, jika ibu dan yang lainnya kembali, katakan aira pulang seperti biasa, baik bi?"

Melihat bi ningsih mengangguk lagi, aira baru berjalan menaiki tangga.

Sesampainya dia di pintu kamar dan membukanya, dia baru teringat akan sesuatu.

Bagaimana aira bisa melupakan barang sebesar itu?

Terduduk kaku di atas kasurnya aira merogoh saku depan rompi.

Beruntung dia tidak meninggalkan handphonenya didalam tas.

AIRA (On Going)Where stories live. Discover now