Bab 37: seorang iblis sejati

9.1K 944 17
                                    

Pengelihatan aira yang perlahan-lahan kembali dari keburamannya. sekarang terlihat makin jelas, suara ramai orang-orang yang terdengar ditelinganya.

Melihat semua kerusuhan jalanan yang sempit yang banyak di penuhi oleh penduduk lelaki berpakaian kuno ini. 

aira melihat sekelilingnya kembali, mencoba berfikir. mungkinkah matanya telah rusak.

Para orang-orang ini bahkan tidak memakai atasan pakaian, dan hanya kain yang mencapai bawah lutut untuk menutupi tubuh bagian bawah mereka. diatas kepala orang-orang diikatkan, ikat kepala yang cukup lebar, rambut mereka dibiarkan memanjang dengan berbagai panjangnya yang beragam.

rata-rata, para lelaki bahkan pemuda yang dilihatnya, panjang rambutnya hanya mencapai pundak, serta rambut mereka terlihat sangat kusut,
dan kain yang dipakai sedikit compang-camping, seperti telah banyak di gunakan berkali-kali, hingga warna nya memudar. 

Mengarah ke arah lain, dia bisa melihat banyak wanita paruh baya yang membawa anak gadis mereka, atau anak kecil mereka untuk membeli di toko-toko kayu yang digelar di sepanjang jalan.

Para wanita, mempunyai pakaian yang bisa dikatakan cukup tertutup, mereka memakai penutup dada, serta selendang yang di ikatkan di lengan mereka, dengan memakai perhiasan di leher, pergelangan tangan, serta di atas lengan yang berwarna emas, atau perak.

Para lelaki membawa kris di punggung, yang mereka lilitkan di ikat pinggang belakang.

terkadang terdapat satu atau dua orang yang membawa kapak, atau golok yang berada di belakang punggung, dan otot- otot lengan yang terlihat sangat menonjol, membuat aira bertanya-tanya.

sebenarnya-- apa yang terjadi sekarang ini?!

Sekarang dia jelas berada di tengah-tengah jalanan yang ramai dengan para orang-orang ini, tetapi tidak satupun dari mereka yang terlihat melihatnya, mereka bahkan melewatinya, tubuhnya seakan tidak berada disini.

Sekeras apapun dia mencoba untuk menyentuh seseorang, tidak ada yang akan merasakannya, dia seakan menggapai udara.

Lalu, matanya kemudian terpaku pada seseorang pemuda berkisar umur 20-an jika dilihat dari wajahnya.

akan tetapi bukan itu yang membuatnya tertegun, tetapi batu yang ada di pergelangan tangannya.

Cahaya dari batu itu begitu mencolok, sehingga matanya bisa dengan cepat menemukannya, dan dia seperti memiliki hubungan dengan batu itu sendiri.

Melihat pemuda itu berjalan melewatinya, aira berjalan dibelakang mengikuti juga.

Pemuda itu berhenti, sampai pada rumah kayu, yang dirasa aira terlihat lebih bagus, dari rumah-rumah lainnya di daerah ini.

Mengikuti pemuda itu masuk, dan duduk aira mengamatinya sejenak.

Wajah pemuda ini, dirasanya sangat tidak asing bagi dirinya, dan entah mengapa wajah ini terlihat sedikit familiar, tetapi semakin dia berusaha mengingat dimana dia melihatnya, fikirannya akan semakin kosong dan sulit untuk mengingat.

Tidak ingin terlalu membebani dirinya sendiri, aira melihat pakaiannya untuk membantu ingatannya.

Pemuda ini juga tidak memakai atasan, akan tetapi dia memakai gelang lingkaran di lengan, berwarna emas, dan memakai kalung lebar memiliki motif rumit di lehernya yang juga memiliki warna emas, dikepalanya, diikatkan ikat kepala yang sangat lebar, dan ujungnya muncul segitiga di lipatannya, kulit pemuda ini terbilang cukup lebih cerah dibandingkan para penduduk lainnya yang dilihat aira, dan pakaian serta perhiasan yang dikenakan pemuda ini, lebih baik daripada orang-orang yang dilihat aira sebelumnya.

AIRA (On Going)Where stories live. Discover now