15

1.2K 211 10
                                    

Hari ini Bumi lagi nemenin Langit beli buah, disuruh sama maminya karena kakek sama neneknya mau bekunjung kerumah mereka, katanya kangen liat cucu mantu atau sering dikenal Bumi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini Bumi lagi nemenin Langit beli buah, disuruh sama maminya karena kakek sama neneknya mau bekunjung kerumah mereka, katanya kangen liat cucu mantu atau sering dikenal Bumi. Sejak tadi Bumi dan Langit udah muterin beberapa minimarket dan supermarket buat cari buah, karena dibeberapa minimarket dan supermarket buah yang Langit cari ngga ada, jadi Langit belum beli apa-apa.

Sekarang mereka ada disebuah supermarket yang terkenal dengan kelengkapan buahnya. Bumi ambil keranjang dan langsung ngekor ngikutin Langit yang udah jalan duluan masuk kedalam supermarket itu. Dengan cekatan dan cepat Langit memilih dan membungkus buah-buah yang maminya suruh untuk beli, meletakkannya kekeranjang yang Bumi bawa.

"Kak Bumi, apel!" ucap Langit girang saat dirinya berdiri didepan tumpukan buah apel dengan berbagai jenis yang begitu banyak, membuat Bumi mendekat dan mengusak surai kekasihnya.

"Kak Bumi mau beli apel ngga?? Kakak kan suka banget sama apel!" ucap Langit begitu ceria dan berbinar saat didepan tumpukan buah kesukaan sang kekasih. Bumi menganguk sebagai jawaban dari pertanyaan Langit dan membiarkan Langit yang memilih apel untuknya.

"Langit, tau ngga kenapa Bumi lebih suka apel daripada anggur??" tanya Bumi tiba-tiba sambil tangannya memegang satu buah apel dan melihatnya. Langit meletakkan apel pilihannya kedalam keranjang dan menatap Bumi bertanya.

"Memangnya kenapa kak?" tanya Langit pada Bumi sambil mengalungkan tangannya pada lengan Bumi dan berjalan beriringan, kembali berjalan mencari buah lainnya. Bumi tersenyum, mengusak surai kekasihnya lembut.

"Karena Bumi lebih suka ngapelin Langit daripada nganggurin Langit." jawab Bumi santai yang membuat sebuah tawa renyah mengalun dari bibir Langit dan pukulan main-main Langit berikan pada lengan Bumi dengan samar semburat merah dipipi, sedangkan pelakunya hanya tertawa pelan.

Selesai.

Selesai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Gulali. | Markno✔️Where stories live. Discover now