01. telatah

878 126 79
                                    

[ vote and comment is precious for me. ]
[ also follow me too, ]
[ thank you. ]
[ ♡ ]

      AROMA buah yang menyegarkan dari sabun yang tengah Jiyeon pakai ketika mandi sukses membuat pikirannya sedikit tenang dan rileks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      AROMA buah yang menyegarkan dari sabun yang tengah Jiyeon pakai ketika mandi sukses membuat pikirannya sedikit tenang dan rileks. Serebrumnya seolah tidak ingin mengingat-ingat lebih jauh mengapa Jimin bersikap ketus padanya selama dua hari ini; kemarin dan hari ini. Kuriositasnya pun agaknya mendadak lenyap ketika ia tidak melihat eksistensi Jimin karena dirinya tengah sibuk bekerja. Jadi maka ia simpulkan, segala asumsi buruk yang bisa saja bersemayam dalam kepalanya harus segera dilenyapkan. Guna menghindari sesuatu yang buruk, dan tidak akan berakibat menyebabkan gelebah yang akan menyapanya suatu saat nanti.

Jiyeon membiarkan air dari pancuran mengalir deras, menghujani setiap inci kulitnya. Menyebakan basah, lembab, serta licin ketika disentuh. Jemarinya ia gunakan untuk menggosok bagian punggung secara bergantian. Selang dari beberapa menit dari kegiatan mandinya. Song Jiyeon sudah selesai dan kini menggunakan kimono untuk menutupi tubuhnya. Ia pun keluar dari kamar mandi, mengambil langkah untuk mendekati lemari tempat di mana semua baju-bajunya berada. Walakin, netra Jiyeon terpatri pada jam yang tengah berdetak. Yang kini sudah menunjukan pukul enam sore, jam di mana seharusnya Jimin sudah berada di rumah setelah seharian bekerja yang mengundang rasa penat di daksa.

"Kenapa Jimin belum pulang?" lirihnya.

Buru-buru ia mengeringkan tubuhnya, dan memakai baju secepat mungkin. Lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas, dengan rambut yang dibungkus menggunakan handuk kecil agar tetesan air setelah keramas tidak mengenai baju yang baru ia ganti. Jari jemarinya dengan lincah mengetikan sesuatu untuk mengirimi pesan pada Jimin. Karena tak kunjung ada balasan, maka Jiyeon putuskan untuk menelepon Jimin. Sebelum panggilan terangkat, suara derit pintu membuat Jiyeon tertoleh sempurna. Dengan presensi Nam Jimin yang berdiri di ambang pintu tersenyum tipis menatap ke arahnya.

Arkian, Jiyeon langsung menurunkan ponselnya yang sudah ia dekatkan di daun telinganya. Sambil memandang Jimin dan terbangun dari duduknya.

"Jimin?"

"Kenapa wajahmu begitu menakutkan, Ji?" kelakarnya. Tungkai Jimin berjalan mendekati Jiyeon di dekat nakas. Seraya melonggarkan ikatan dasi yang terasa mencekik di perpotongan lehernya. "Tidak, aku hanya bercanda. Jiyeon-ku selalu yang paling cantik."

Netra serta telinga yang mendengar bahkan melihat bagaimana Jimin berkata manis, sontak mengirimkan signal pada serebrum sehingga romannya memerah karena malu. Jiyeon mengambil langkah mendekati Jimin yang begitu tampan di hadapannya. Jas kantor yang sudah ditanggalkan, rambut lepek karena seharian bekerja, roman yang berkeringat di epidermis dan berminyak, bibir tebal yang lembab, serta bau khas seorang Nam Jimin jika keringatnya bercampur dengan parfum yang ia gunakan.

Jemari Jiyeon memegang dasi yang tengah Jimin gunakan dan membantu melepaskan ikatan dasi. Ia lalu berujar dengan suara yang kelewat lembut, memenuhi rungu Jimin dengan sopan. "Kamu tetap tampan walau sudah seharian bekerja. Apa kini aku sudah menikah dengan idola yang sering muncul di teve?"

Adore You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang