17. apabila

350 75 70
                                    

Seandainya jika manusia bisa memutar balikan waktu sekehendaknya— mencegah dan menghindari semua hal buruk yang sudah melambai di depan dan terlepas dari hal yang terasa mencekik, maka Song Jiyeon ingin melakukan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seandainya jika manusia bisa memutar balikan waktu sekehendaknya— mencegah dan menghindari semua hal buruk yang sudah melambai di depan dan terlepas dari hal yang terasa mencekik, maka Song Jiyeon ingin melakukan itu. Sejak di mana dirinya dan Nam Jimin berbincang di balkon kamar, merenung dengan perasaan hampa berkarut marut. Tidak ada masalah selama mereka bersama, warsa demi warsa yang dilewati terlihat begitu sempurna. Berangan-angan tentang bagaimana ramainya rumah karena tawa dan tangis seorang anak di antara mereka. Menemani sebagai manifestasi kehidupan yang sebenarnya. Semuanya telah dirangkai, mereka berikan seluruh afeksi-afeksi yang adiktif; bercinta, berharap, lalu terbangun di keesokan harinya dengan pendar-pendar yang mereka salurkan pada kecupan manis absolut. Hingga mereka lupa bahwa predestinasi Tuhan selalu ada menyertai setiap langkah makhluknya.

Jimin, a-aku tidak sempurna... ”

Jimin tertoleh, hatinya ikut nyeri bersama dengan isak tangis yang menjadikan alasan terkuat mereka untuk tetap bersama ketika suatu hal diruntuhkan dalam sekali manuver. Ia dekap tubuh ringkih Song Jiyeon, dikecupnya pucuk kepala harap-harap dapat mengusir segala kelesah dan gegap gempita yang bersarang.

“Tidak ada manusia yang terlahir sempurna, Ji. Tidak ada manusia yang ingin terlahir dengan keadaan yang sama sekali tidak diinginkan mereka.”

Jimin bilang bahwa segalanya dapat terlewati, pikirkan berbagai cara agar mereka tetap bersama selayaknya pasangan-pasangan yang sama ruainya dengan mereka di luaran sana. Lelaki itu pun berjanji untuk tetap mengukuhkan segalanya, membantah perspektif buruk yang orang-orang tanam dalam setiap pandangan. Jimin bahkan akan melakukan apa pun demi melindungi Song Jiyeon. Namun kini apa yang diharapkan oleh Jiyeon ketika lekaki itu berbalik memberi luka yang sama sekali Jiyeon tidak pahami keberadaannya. Bahkan dia berani bermain fisik kendati sakitnya tidak seberapa dibandingkan luka-luka yang pria itu baret. Namun, realita yang Jiyeon sadari adalah ketika Nam Jimin lah kampiun atas person yang sering kerap memberi luka.

Apa kini afeksi itu telah lenyap bersama sembilu yang memilukan?

“K-kamu?”

Song Jiyeon menatap Jimin tidak percaya. Napasnya tidak beraturan, waktu-waktu yang berdetak bahkan seakan berhenti. Kala telempap Jimin yang selalu menjadi kesukaannya selama ini justru buat sudut bibirnya berdarah, maka Jiyeon akan membenci seluruh raga dari apa yang Jimin miliki. Tawa-tawa dengan bibir yang mengering serta perihnya sudut bibir begitu mengerikan dilihat. Hambar melantangkan kepayahan yang Jiyeon punya. Jimin yang sadar atas apa yang dilakukan direk mencoba mendekati Jiyeon di depannya.

Seribu langkah Jimin ingin meminta maaf atas yang satu itu, entah mengapa dirinya ikut terbawa emosi nyaris buat sinting di kepala.

“Ji... Aku minta maaf.” Suaranya kini melemah, entah apa yang dipikirkan. Tapi Jiyeon hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Tidak mengharapkan permintaan maaf apa pun, bahkan mungkin muak dengan keadaan.

Adore You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang