26. ingkar

428 69 69
                                    

“Akan kutuangkan kembali minuman untukmu, Nona Song

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Akan kutuangkan kembali minuman untukmu, Nona Song.”

Perkataan dari seorang wanita di sebelahnya kapabel menarik seluruh atensi yang semula ia pusatkan pada pria yang kini tengah bercengkerama dengan orang lain. Dilihatnya wanita tersebut dengan amikal, kemudian Jiyeon anggukan kepala menyetujui kebaikannya untuk menuangkan segelas minuman di pesta yang sama sekali tidak ada dalam keinginannya.

“Terima kasih, ini sebuah kehormatan, Mrs. Jeon,” jawabnya. Dipegangnya gelas ramping di tangan, menerima guyuran wine yang terisi kembali di gelasnya yang sempat kosong. Senyum tidak luntur terpatri di antara keduanya, barangkali dapat mengurangi rasa canggung yang melanda. Ini seperti sebuah sambutan yang Jiyeon tidak mengerti atas eksistensi. Wanita di depannya yang sudah menuangkan kembali minuman di gelasnya adalah orang yang Nam Jimin akui presensinya. Berperan penting untuk memikat hati yang akan mengundangnya pada sebuah keberuntungan dalam pekerjaan.

Gaun yang digunakannya tersiram sorot lampu di sepanjang halaman luas yang ramai dihadiri orang, meja bundar dipakai menaruh berbagai macam hidangan kecil bersama segelas minuman yang diantar oleh pelayan yang ditugaskan. Musik mengalun memeriahkan acara, sedikit saja sentuhan para manusia yang tengah mengobrol di hiruk pikuk menambah kesan bahwa malam Seoul yang sempat pudar kini kembali lagi menyapa kendati eksentrik mengecap rasa.

Kala itu Jimin berikan sebuah undangan di atas meja pantri ketika Jiyeon sedang bergumul membuat masakan di dapur. Keningnya tentu tertaut penasaran sebab Jimin tidak mengatakan apa pun selain menaruh dan direk melanjutkan mengambil segelas air putih di sisinya. Menunggu sejenak setelah bertanya, Jimin lantas buka suara bahwa itu adalah undangan pesta ulang tahun pernikahan atasannya yang diselenggarakan dua hari kemudian. Jiyeon jelas keheranan, mengapa Nam Jimin justru mengajaknya untuk pergi bersama setelah pernikahan mereka di ujung tanduk, bukan? Seolah tidak jera untuk mempertahankan sesuatu yang nyaris buat Jiyeon dilanda sebuah gamang pengikis ketangguhannya dalam keputusan bulat;  bahwa dirinya tidak akan lagi mencampuri urusan apa pun yang bersangkutan dengan Jimin pribadi.

Lalu pria itu menjelaskan dengan mendetail barangkali Jiyeon masih sulit untuk memahami. Perkatannya masing membekas berputar di kepala, sebab yang dikatakannya dua hari lalu adalah sebuah tanda bahwa Nam Jimin sungguh-sungguh mengharapkan kehadiran Song Jiyeon demi berlangsungnya apa yang pria itu inginkan.

Pak Jeon, atasanku, mengundang beberapa orang penting di kantor untuk menghadiri pesta ulang tahun pernikahannya. Mereka memintaku untuk membawamu ke sana, Ji. Kita mesti hadir, lagipula ini baik bagi pekerjaanku karena di sana akan ada obrolan terselip untuk membicarakan promosi kedudukanku.

Seperti sebuah bencana. Kalimat yang menekan untuk mengajaknya turut hadir di acara semacam itu membuat Jiyeon diserang sakit kepala. Menutup mata untuk merilekskan bahkan tak menjadi solusi yang tepat. Sebab Jimin membuatnya terasa seperti wanita buruk yang enggan dimintai tolong setelah pria itu memohon padanya dalam obrolan yang kelewat singkat.

Adore You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang