01. Harimau Timur

5.7K 583 51
                                    

#Day2
#Flamboyan

#Day2#Flamboyan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Jeno mengangkat kepalanya. Pikirannya menerawang kejadian apa saja yang dia alami selama ini. Kepalanya dia sandarkan pada batang pohon Flamboyan yang berdiri kokoh di belakangnya.

Kemudian– menghela napas.

Sudah dua puluh tahun berlalu, banyak upaya telah dia lakukan selama ini. Tapi semua hanya lah sia-sia. Kakaknya tidak pernah kembali.

Semenjak Kakaknya menghilang, Ibunya -Jung Taeyong- seolah berubah. Apa pun yang dia lakukan, semua terasa kosong. Seolah-olah jiwanya ikut menghilang bersama Sang Kakak.

Jung Jeno dibuat frustrasi karenanya. Dia dekat dengan Ibunya sedari kecil. Perubahan apa pun pasti dapat Jeno rasakan. Terutama Ibunya yang seolah tidak pernah ada.

Matanya yang selalu kosong. Senyumnya yang seolah dipaksa. Dan perhatian-perhatian kecil yang selalu Ibunya berikan, kini sudah tidak lagi sama.

Jeno muak.

Suara gumaman mesin terdengar, membuat pemuda yang tengah melamun itu menoleh. Menemukan sebuah mesin terbang, mirip seperti drone. AO namanya, teman Jeno.

Sebuah tulisan melintas di layar mesin itu. Membentuk rangkaian kata berupa, "Sudah waktunya makan siang."

Jeno lagi lagi menghela, pun ia menjawab, "Aku tidak lapar."

"Apa yang kamu pikirkan?" AO kembali bertanya seraya mensejajarkan dirinya di depan wajah Jeno.

Yang ditanya menggeleng kecil, kemudian mengulum bibir seolah berpikir. "Menurutmu, apa ada kemungkinan bahwa Kota lain yang menyebabkan peristiwa Purnama Merah?"

"Aku tidak tahu, masalahnya hubungan antar Kota buruk. Karena itulah kita tidak dapat menemukan informasi apa pun."

Jung Jeno sedikit tertegun membacanya. Kalau dipikir kembali, AO ada benarnya juga. Mungkin, bila Evotna tidak terpecah belah dan saling bekerja sama mencari solusi. Menemukan orang-orang yang hilang pasti tidak akan sesulit ini.

Jeno kembali menghela napas, menutup matanya mencoba memikirkan cara lain untuk menemukan Kakaknya dan mengembalikan senyuman Ibunya.

Angin berembus pelan. Menerbangkan bunga bunga dari pohon Flamboyan. AO masih setia di tempatnya, menemani Jung Jeno. Tidak sedikitpun berpindah.

Satu kelopak bunga terjatuh tepat di atas wajah Jeno. Kemudian perlahan mulai meluruh– jatuh ke tanah, bersamaan dengan Jeno yang membuka matanya. Sepertinya dia sudah menemukan ide rencana.

"Ya! Kenapa kita tidak pergi saja ke Kota lain? Mencari dan menemukan petunjuk sendiri?" ujarnya semangat.

"Bukankah itu artinya kita melanggar peraturan? Kamu bisa dihukum bila ketahuan oleh Alpha,"  AO menuliskan pendapatnya.

[1] MISSION - NOMIN ✓Where stories live. Discover now