06 - AWKWARD

69 47 118
                                    

06 - awkward

Waktunya pulang sekolah dan saatnya Letta pergi ke markas ARLEEZ. Semoga di saat Letta sampai disana, Letta aman. Di setiap perjalanan Letta berdoa agar diberikan kemudahan dan kelancaran sampai ia pulang. Dan Letta juga berdoa agar bisa pulang dengan selamat sentosa agar tidak pulang-pulang tinggal nama. Ayo, Letta, Ayo!

Letta sudah sampai di depan pintu markas ARLEEZ. Markas ini seperti rumah orang biasa, tidak ada coret-coret atau kerusakan di luar rumah. Letta mengetuk pintu dan beberapa menit kemudian pintu dua pintu itu terbuka. Terlihatlah seorang laki-laki yang tak lain adalah Teeja yang membuka pintunya.

"Ohooo, haloo gadis manis."

"Halo..." Letta canggung dengan Teeja. Benar-benar di geng ARLEEZ Letta hanya mengenal Narendra saja dan yang lainnya Letta belum tahu. Maka dari itu Letta saat menyapanya tidak menyebutkan namanya karena LETTA TIDAK TAHU.

"Teeja, nona."

Letta kaget, lalu Teeja terkekeh pelan saat Letta kaget karena Teeja tiba-tiba menyebutkan namanya. Letta malu, sangat malu. Bukan hal yang terlalu memalukan tetapi Letta malu.

Teeja mempersilahkan Letta untuk masuk ke dalam. Letta melangkahkan satu kakinya dengan hatu yang deg-degan ini. Letta melihat ke arah depan dan terlihatlah ruangan yang terang, ini seperti bukan markas geng yang biasanya ... ini terlalu bersih dan tidak ada sampah ataupun barang-barang dimana-mana. Di ruangan ini malah rapi.

Letta berjalan di belakang Teeja, mengikutinya seperti seorang itik yang mengikuti induknya. Teeja menuju ke ruang tamu dimana semua orang berkumpul. Tenggara, Kalingga, Dermaga, dan Narendra sudah duduk di sofa.

Kalingga dan Dermaga sedang bermain kartu. Sedangkan Tenggara dan Narendra sibuk dengan apa yang mereka berdua pegang. Tenggara memegang buku dan Narendra memegang handphone. Sedangkan Kaiden? yah, palingan sedang sibuk nyari tumbal proyek.

Mereka melihat Letta datang dan menyapa Letta. Letta dipersilahkan untuk duduk menunggu Kaiden datang. Letta lalu duduk di sofa yang mana sofa itu hanya muat satu orang.

Sambil duduk dengan anteng, Letta tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Lalu Letta iseng memiringkan kepalanya agar ia dapat melihat cover buku yang sedang Tenggara baca. Letta sudah melihat itu, Tenggara ternyata membaca tentang cerita bergenre thriller.

Tenggara melihat Letta sedang memiringkan kepalanya untuk melihat cover novel yang dirinya pegang. Lucu, pikirnya. Gadis yang ditemukan ketuanya, entah bagaimana caranya.

Tenggara menyodorkan novelnya kepada Letta. Lagi-lagi Letta dibuat hanya terdiam dan terpaku. Apakah semua anggota ARLEEZ itu peka? kenapa selalu tahu? atau memang Letta nya saja yang selalu terlihat?

Letta menggelengkan kepalanya, ia mendorong pelan novelnya. "Ah, maaf ... aku cuma ingin tahu genre-nya doang, hehe."

Tenggara merasa canggung karena Letta tidak memanggil namanya. Ah, Tenggara lupa bahwa di saat pertama kali Letta masuk ke kelas Kaiden, Mereka lupa memperkenalkan diri.

"Tenggara," katanya.

Lalu Kalingga ikut memperkenalkan diri. "Kalingga."

"Dermaga, dipanggil Derma juga gapapa." ujar Dermaga.

"Ah, terima kasih. Aku jadi canggung karena ga tau nama kalian."

Dermaga tertawa pelan, "Santai aja, kita tau kok. Well, well, kita juga ga sempet ngenalin diri. So, no problem."

"Letta tenang aja, don't worry." ujar Narendra menenangkan Letta.

Memang beginilah geng ARLEEZ. Waktu bercanda ya bercanda, waktu serius ya serius. Ajaran dan didikan dari Bapak Leader ga pernah gagal. Disaat tenang-tenang begini Sang ketua datang. Kaiden datang dengan membawa jaket yang di lampirkan di belakang punggungnya dan memegang ujung jaket dengan dua jarinya.

Kaiden melemparkan jaket itu kepada Letta dan Letta menangkapnya. "Bangsat! mereka ngajak tawuran!"

"Mereka lagi?" tanya Tenggara.

"Oke aja gue mah," ujar Kalingga.

"Endingnya juga gantung ini, ga bakalan tawuran." ucap Teeja.

"Ckckck, nyebelin banget anak guguk itu." ujar Dermaga. Agar tidak kasar-kasar, jadi menyebut kata halusnya. Guguk~

"Ga ada habis-habisnya," ucap Narendra sembari menggelengkan kepalanya.

Letta tidak ingin ikut berbicara karena ini bukan urusan Letta. Ini juga bukan waktu yang tepat untuk berbicara. Lebih baik Letta diam dan menyaksikan saja. Letta cari aman!

Kaiden menghela nafasnya, ia sudah lelah. Lalu ia duduk di sofa yang tempatnya hanya satu. Yang dimana sofa itu bersebrangan dengan yang Letta duduki sekarang. Kaiden menyisir rambutnya yang ada di depan ke belakang menggunakan tangan kanannya, lalu ia menatap Letta.

"Letta," panggil Kaiden tiba-tiba.

"Ya?"

"Ikut gue."

Setelah berkata itu Kaiden berdiri dari tempat duduknya. Kaiden beranjak berjalan pergi dan Letta mengikuti di belakang Kaiden. Sesampainya di dapur, Kaiden menuju kulkas dan membukanya. Ia sedang mencari sesuatu. Sedangkan Letta melampirkan jaket Kaiden di tempat lampiran baju yang sudah terpajang di dinding.

Kaiden kembali membawa satu bungkus roti tawar dan dua telur, ia meletakkannya di samping kompor, tempat yang kosong. Lalu Kaiden kembali lagi untuk mengambil piring dan teflon. Letta menunggu Kaiden di bawah lemari yang berisi entah apa itu. Letta menunggu dengan menyedekapkan kedua tangannya. Anaknya anteng, Bun.

Letta hanya menunggu hasil akhirnya saja. Karena tidak diberitahu oleh Kaiden, jadi ia hanya mengikuti. Jika ada perintah maka Letta laksanakan.

"Sial, gue lupa bumbunya." ucap Kaiden sambil berdecak kesal.

Lalu Kaiden melihat ke lemari yang berada di atas Letta. Lemari yang sudah terpasang di dinding itu berisi bumbu-bumbu dan Kaiden membutuhkan itu. Kaiden mengambil itu tanpa menyuruh Letta menyingkir, jadi Saat Kaiden membuka lemari yang berada di atas itu, Letta hanya diam dan sedikit demi sedikit menjauhkan badannya ke belakang walaupun sudah mentok.

Ini jika Kaiden maju lagi maka badan mereka akan berdekatan, bahkan bersentuhan. Mana sekarang posisinya Letta berhadapan lagi. Letta sudah tidak kuat, sekarang jantung Letta berdetak cepat.

Letta sudah tidak tahan karena Kaiden lama sekali mengambil bumbu-bumbu itu. Kaiden dengan jahilnya ia melama-lamakan mencari bumbu itu, padahal juga sudah ketemu.

"Kai, udah selesai apa belum?" tanya Letta pelan.

Kaiden tidak menggubris pertanyaan Letta. Ia pura-pura tidak mendengar perkataan Letta. Letta dibuat kesal oleh Kaiden karena dibuat menunggu. Lalu Letta memalingkan wajahnya untuk melihat ke arah samping.

Setelah itu Kaiden sudah cukup, lalu ia mengambil bumbu yang ia butuhkan. Kaiden melihat Letta yang sedang memalingkan mukanya itu. Kaiden menyeringai, Ia meletakkan bumbu-bumbu itu di samping. Lalu Kedua tanggan Kaiden menepak di bagian samping Letta, sehingga membuat Letta tergempit.

"Wh-What ... What are you doing?" tanya Letta gugup.

"Pikir sendiri," jawab Kaiden.

Letta meneguk ludahnya. Kaiden mendekatkan wajahnya, lalu ia beralih mendekatkan bibirnya di dekat telinga Letta. "Lo lapar ga, babu? Gue lapar banget nih. Sayang banget kalau makanan yang udah ada di depan mata ga di makan, right?" bisik Kaiden di dekat telingga Letta yang membuat Letta bulu kuduk Letta berdiri. Ia merasa merinding.

Kaiden menarik diri, lalu ia mengambil bumbu-bumbu itu dan berjalan mendekati bahan-bahan yang ada di dekat kompor itu. Letta menghela nafas lega karena Kaiden sudah pergi. Seketika sesak nafas karena suasana tadi menegangkan.

***

just take it easy while reading it, enjoy~

aku mengucapkan terima kasih dan sekian.

see u, babe!✩

TRAPPED IN DANGEROUS Where stories live. Discover now