9 - "Date me"

41.4K 7.1K 2.6K
                                    

Kamar Nyx belum dimasuki cahaya apa pun saat Eirene bangun. Tapi di balik tirai balkon sudah menampakkan sinar samar, artinya ini sudah pagi. Eirene ke kamar mandi, dia sempat ragu karena pintunya tertutup, tapi tidak dikunci. Ada celah sedikit di pintu, Eirene segera mendorongnya, dan menemukan Nyx yang baru saja selesai membasuh wajah.

Eirene ikut masuk setelah tersenyum menyapa cowok itu. Dia mencuci muka juga di samping Nyx. “Gue nggak ngerepotin lo, ‘kan, semalem?” tanya Eirene setelah mengeringkan wajah dengan handuk bersih. “Kalo gue ngerepotin, maaf, ya. Sekali-kali direpotin cewek cantik, seksi, pinter lagi.”

Nyx mendengkus samar, kemudian ke luar kamar mandi diikuti Eirene. Eirene mengambil ponselnya yang sempat dia letakkan di meja, lalu memperbaiki selimut putih tebal milik Nyx, sebelum berpamitan untuk pulang. Siapa sangka Tante Ana sudah di dapur, dan Om Dalton membaca koran di teras sambil duduk pada kursi tunggal dengan satu meja. Menikmati teh pagi.

“Pagi, Om.” Eirene menunduk sekilas sebagai rasa hormatnya kepada pria itu, dia tersenyum kecil. “Aku pulang, ya. Makasih banyak udah dibolehin nginep sama anak gantengnya.”

Om Dalton tersenyum geli. “Kenapa nggak ikut sarapan, aja, Eirene? Ana udah masak banyak tadi,” kata Om Dalton, mencegah Eirene untuk pulang lagi.

Eirene merasa agak tidak enak hati karena sudah menumpang makan malam, menumpang tidur, lalu sekarang menumpang sarapan. Tapi jika menolak pun, Eirene merasa itu tidak cukup sopan, apa lagi Tante Ana telanjur memasak untuknya juga. Eirene akhirnya menyetujui, masuk lagi untuk melihat Tante Ana di dapur. Barangkali ada yang bisa dibantunya.

“Eirene, mau sarapan, ‘kan? Sebentar, ya, sedikit lagi.” Tante Ana meletakkan sepiring olahan ikan di meja, lalu melakukan sesuatu dengan pencetak waffle. “Kamu udah mandi? Kalo belum, mandi dulu di kamar Nyx, ya. Nanti turun lagi buat sarapan, jadi nanti tinggal ganti baju terus berangkat sekolah.”

Dari semua yang Tante Ana ucapkan, entah kenapa Eirene hanya mendengar mandi dan Nyx. Telinganya memerah pudar. “Di ... kamar Nyx, Tante ..?” tanya Eirene memastikan pemahamannya tidak salah arah.

“Iya, Eirene. Kamar tamu belum diperbaiki kamar mandinya, jadi kamu di kamar Nyx dulu. Nggak pa-pa, ‘kan?”

Nggak pa-pa banget, sih, pikir Eirene diam-diam. Pikiran itu membuat telinganya lagi-lagi merona samar. Dia segera naik ke kamar Nyx lagi, khawatir Tante Ana melihatnya salah tingkah. Nyx baru saja melepas t-shirt di depan pintu kamar mandi saat Eirene membuka pintu. Eirene sempat terdiam di tempat sebelum melengos pelan.

Bukannya ingin naif, Eirene sangat tergila-gila pada tubuh Nyx juga, tapi melihatnya terlalu lama bisa membuat seluruh badan Eirene merona nanti. “Lo mandi duluan, kalo, gitu,” tutur Eirene sebelum berniat menutup pintu.

Nyx menahan tangan Eirene, membawanya masuk sampai membuat cewek itu menarik napas terkejut. “Lo duluan,” katanya. “Gue yang ambil seragam lo.”

Mata Eirene melebar. “Itu artinya lo harus ambil underwear sama—”

“Iya,” tukas Nyx santai. Dia melihat jelas bahwa telinga Eirene tiba-tiba jadi merah sempurna. “Nyokap lo udah balik, kayaknya.”

“O-oh ... minta tolong Mami, aja.” Eirene melihat ke arah lain, menunggu kapan Nyx melepaskan pegangan pada tangannya. “Oke, gue mau mandi sekarang.” Eirene menggerakkan pelan tangannya yang berada dalam pegangan Nyx.

Nyx kemudian melepaskan pegangan pada tangan Eirene, dia mengangguk sebelum ke luar kamar untuk membiarkan Eirene mandi. Eirene menghela napas sebelum melepas semua pakaiannya untuk mengguyur diri di bawah shower. Tepat saat Eirene selesai mandi, Nyx sudah meletakkan paper bag hitam di depan pintu kamar mandi. Eirene buru-buru mengambilnya, lalu berpakaian.

Neroin [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang