(Session 2) Page 4: The Reason

145 19 0
                                    

Naira's POV

"Naira-sama!!"
"Naira-sama!"

Oh My Goat, ini sudah yang kesekian kalinya anak-anak di akademi berusaha mendekatiku.
Walaupun aku sudah dengan sengaja menjaga jarak dari mereka.

Apa yang sebenarnya terjadi? 

Awalnya kukira ini hanya sekedar kebetulan semata,

ketika Lady Vinerra mulai menyapaku.
Lalu kemudian hampir seluruh anak-anak di kelas akademi mengakrabkan diri denganku.

Apa aku sudah tanpa sengaja mengaktifkan sihir aneh yang membuat mereka jadi berubah dalam beberapa hari?
Tanyaku pada diri sendiri.
Saking clueless-nya aku sampai tidak tau harus bagaimana.
Hingga kemudian tanpa sadar aku berpapasan dengan Pangeran Richardo.

Dari jarak sepuluh meter pun aku masih mampu melihat bagaimana wajah tampannya yang imut itu tersenyum saat kedua matanya bertatapan denganku.
Tangannya terangkat melambai ketika kedua kakinya sudah berjalan cepat menuju ke arahku.

Tiba-tiba saja tubuhku dengan spontan berbalik lalu berlari pergi meninggalkan lokasi.
Aku sendiri tidak mengerti kenapa hal tersebut bisa terjadi.
Namun, satu hal yang pasti aku merasa tidak tenang dengan perubahan aneh yang terjadi di kelas akademi hingga rasanya aku ingin sekali berdiskusi dengan nona Araya.

Entah kenapa aku mendapatkan firasat bahwa untuk beberapa hari kedepan tidak akan ada yang perlu dikhawatirkan mengenai para pangeran.
Sehingga aku rasanya ingin berkonsentrasi dengan masalah perubahan sikap anak-anak di kelas akademi dan apa yang sebaiknya aku dan nona Araya lakukan sebagai pendatang dari dunia lain.

Dalam menjalankan peran di dunia otome game ini.
Easy to said then done,
itulah kalimat yang cukup cocok untuk kondisiku saat ini.
Selain capek menghindari kerumunan anak-anak di kelas akademi yang mencoba dekat denganku.
Aku juga berusaha sebaik mungkin untuk tidak bertemu dengan para pangeran.

Karena aku tidak ingin mereka curiga akan adanya kedekatanku dengan nona Araya.
Hanya saja masalahnya sekarang,
entah kenapa aku merasa nona Araya tengah menghilang ditelan bumi.

Bagaimana bisa anak itu tidak ada dimanapun?!
Gosh entah kenapa tiba-tiba aku menyesali dunia tanpa gadget ini.
Kalu saja ada handphone, aku, kan, bisa langsung telpon nona Araya dan menanyakan perihal keberadaannya.

ARRRRRRRGH!!
Kalau begini terus apa yang harus kulakukan.

Gerutuku sendiri mengacak-acak rambut, saking pusingnya.
"Apa kamu dengar gossip itu?"

Tanpa sengaja aku yang tengah bersembunyi di belakang gedung perpustakaan,
mendengar perbincangan dua orang siswi.

"Katanya murid bawaan kepala sekolah yang bernama Araya itu sedang dalam perawatan tabib akademi."
"Aku dengar ada yang mendorongnya jatuh dari tangga, apa itu benar?"

Aku benar-benar sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh kedua murid perempuan itu,
jadi alasan kenapa nona Araya tidak bisa kutemukan dimanapun karena dia sedang dalam perawatan tabib akademi.
Gedung yang berfungsi sebagai infirmary itu berada di ujung selatan sekolah.
Baiklah, kita coba ke sana sekarang.

"Kudengar ada saksi mata yang bilang kalau si pendorong itu anak berambut iblis!"

Hah??
Aku terhenti seketika.

"Aku malah dengar kalau yang melakukannya adalah anak laki-laki,"
"tapi waktu ditanya anak laki-laki itu menjawab kalau yang menyuruh dia adalah si anak pemilik warna iblis."

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang