(Season 3) 4. The Hidden Page - Reynald POV

8 0 0
                                    

Hal yang paling tidak masuk akal adalah dimana salah satu gossip itu mengatakan bahwa, naira sudah mem-brainwash kedua anak lelaki dan juga Archduke Rakha sehingga mereka sama sekali tidak pernah mau memperdulikan sang Archducess demi naira.Batinku yang sudah memijat kening.

.....

[Apa menurut anda itu benar?]tanya gaharu padaku.

Aku baru saja terbangun mendapati bahwa hari sudah malam.Batukku sudah mereda setelah dokter kembali dan memberikan obatnya padaku untuk kemudian beristirahat.

"Jam berapa sekarang?"tanyaku balik mengabaikan pertanyaan Gaharu.

[Mereka sudah makan malam.]jawabnya singkat.

Kupegang keningku untuk mengecek apakah demamku masih ada.Sepertinya obatnya sudah bekerja dengan cukup baik.batinku masih sedikit batuk.

Kubunyikan lonceng untuk memanggil butler."Masuklah."Kataku dengan suara jernih.

"Bagaimana kondisi anda tuan muda?"tanya Derrick yang ternyata datang menggantikan diego.

"Lumayan, aku merasa lebih baik dari sebelumnya.""Bisa kau ambilkan makanan dan obat untukku?"Kataku padanya yang sudah membungkuk sebelum pergi meinggalkan kamar.

[Hey ... master, anda belum menjawab pertanyaan saya.]kata Gaharu lagi yang membuatku tertegun.

"Aku baru saja bangun dari tidurku yang nyeyak karena pengaruh obat.""Kau malah sudah menjatuhkan pertanyaan semacam itu padaku."kataku senewen.

[Bagaimanapun juga saya merasa penasaran.]Katanya lagi yang membuatku tertegun.

"Memangnya ada apa?"Tanyaku balik padanya.

[Selama anda tidur untuk beristirahat.][Archduke Rakha dan istrinya tengah bertengkar hebat.]Jawabnya yang membuatku terkejut.

"Apa yang terjadi?"tanyaku lagi sudah mengernyitkan kening.

[Diego yang akan membawa nona naira ke tempat Archduke malah diminta oleh nona naira untuk membawanya kembali ke kamar.]

[Walaupun awalnya diego sama sekali tidak merasa aneh.][Anne yang diminta kepala Butler untuk menemani nona kecilnya itu mengatakan bahwa sang nona kecil terlihat tidak bersemangat selama dikamarnya.]

[Bahkan menolak untuk makan siang bersama.][Tentu saja hal tersebut membuat Archduke terkejut dan beliau memutuskan untuk mengecek ke kamar Naira.]

[Meskipun begitu nona naira menolak untuk mengatakan alasannya kepada siapapun.][Dan tetap ngotot ingin makan siang sendiri dikamar bersama Anne.]
[Apalagi saat Archduke mangatakan bahwa dirinya juga akan memutuskan untuk makan siang di kamar menemani nona naira.]

[Nona kecil itu memberikan satu pernyataan yang cukup membuat Archduke naik pitam]jelasnya menceritakan serentetan kejadian yang sama sekali tidak kuketahui.

" ... Apa?"tanyaku semakin merasa penasaran.

"Ayahanda sebaiknya makan bersama ibunda ... karena nainai tidak mau semakin dibenci oleh orang-orang karena selalu memonopoli ayahanda sendirian."

[mendengar kalimat itu keluar di bibir mungil anak perempuannya yang baru berusia lima tahun membuat Archduke langsung mendatangi istrinya dan menanyakan hal tersebut secara langsung kepadanya.]

[Sepertinya ... selama sepengetahuan Archduke.][orang-orang yang berani memperlihatkan rasa benci mereka dibelakang punggung Archduke kepada nona Naira adalah mereka yang bekerja dibawah kekuasaan istrinya.]

[Menurut pendapatku, alasan mengapa Archduke tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut adalah karena selama itu tidak mempengaruhi nona naira.][maka semuanya akan baik-baik saja.]

[Archduke juga mungkin punya pemikiran, seumpama jika dia memperpanjang masalah ini.][maka orang-orang pasti akan menganggap bahwa nona naira lah yang sudah mempengaruhi Archduke.]

[Tapi siapa sangka bahwa anak seusia nona naira bisa mengerti bahwasanya dirinya tengah dibenci oleh orang-orang di dalam kediamannya sendiri.]Jelasnya lagi panjang lebar.

Aku hanya bisa menghela nafas berat saat mempersilahkan siapapun yang mengetuk pintu kamarku dari luar untuk masuk.

Beberapa saat kemudian

[Anda mau kemana?]tanya Gaharu yang melihatku sudah memakai cardigan dan berjalan menuju pintu kamar.

"Aku ingin pergi sebentar."Jawabku singkat.

[tidakkah sebaiknya anda beristirahat sampai besok dan menunda penyelidikan itu.]
[Bukankah saya sudah bilang, tidak peduli selama appaun anda menghabiskan waktu di tempat ini ... tidak akan ada pengaruhnya dengan dunia anda yang sebenarnya.]kata gaharu terdengar cemas.

Aku hanya bisa tersenyum datar sebagai respon atas kekhawatirannya sebelum membuka pintu kamar.

"Naira?"tanyaku kaget saat melihat sosok kecil tengah berdiri tepat didepan kamarku.

"nainai, apa yang kamu lakukan disini sendirian?"tanyaku yang sudah berjongkok di hadapannya.

"Dimana maid mu Anne?"tanyaku lagi menengok ke kanan dan ke kiri hallway yang sudah terlihat gelap dan sepi.

"Apa nainai mengganggu?"tanyanya yang mengacuhkan pertanyaanku.

"tentu saja tidak sayang, kemarilah~"Jawabku yang sudah menggendongnya.

tanpa kusangka kedua tangan mungilnya memeluk leherku erat saat kami sudah kembali masuk kekamar.Kepala kecilnya yang disandarkan pada bahuku membuatku sedikit tertegun.

"Apa kamu mau tidur dengan kakak malam ini?"tanyaku sembari membelai rambutnya yang tergerai indah.

[Oy oy yang mulia ... bisa-bisanya anda mencuri kesempatan seperti itu.]Protes gaharu yang tak kuhiraukan.

"Apa boleh?"tanya naira dengan polosnya menatap ke arahku.

... Sepertinya aku melakukan kesalahan.Batinku yang tak kuat menahan binar keimutan wajah gadis kecil di depan mataku.

Setelah menutup pintu dan beranjak ke tempat tidur.Aku membaringkan tubuh kecil naira di sampingku dan menyelimutinya.

"Sekarang coba katakan.""Kenapa kamu bisa ada di depan kamar kakak, sendirian tanpa pengawalan?"tanyaku lagi padanya yang sudah mencengkeram selimut untuk menutupi sebagian wajahnya.

"nainai ... tidak tau musti kemana lagi."jawabnya yang cukup membuatku terkejut tidak begitu mengerti apa maksud dari ucapannya.

"mereka bilang karena nainai ... ayahanda dan ibunda jadi bertengkar ...""Kak Arvhein juga sekarang sedang ada di akademi dan belum pulang."

"Jika nainai meminta Anne untuk menemani nainai ...""Nanti anne akan kerepotan ..."" ... tapi nainai ... merasa ...  malam ini ... nainai ... tidak ingin sendirian ..."jelasnya yang sudah menahan sesenggukan.

"Nainai ..."panggilku lembut yang sudah panik melihat bagaimana kedua mata cheldonian itu sudah berkaca-kaca.

"Maafkan nainai ya, kak ..."ucapnya kini sudah menatap lekat kearahku dengan mata berair.

"Nainai ..."gumamku yang sudah mengelap lembut ujung matanya dengan sapu tangan yang selalu kubawa.

[Wah-wah-wah ... pantas saja anda begitu terobsesi dengan nona naira.][bahkan wajah menangisnya yang masih kecil begini saja masih terlihat cantik dan menggemaskan.]

Diam kau br*ngs*k!!Seruku dalam hati pada Gaharu yang terdengar tengah mengendus lucu.

Tanpa kuduga, naira malah langsung berbalik untuk memelukku erat.Aku masih bisa mendengarnya menahan tangis di dalam pelukanku.

Jika yang dikatakan oleh Gaharu benar.Sepertinya aku dan Arvhein harus mngatasi masalah ini bersama-sama.Sebisa mungkin sebelum pesta ulang tahun naira sebulan lagi.Kataku dalam hati yang kini mengusap-usap punggung kecil gadis yang tengah menjadi adikku saat ini.

[Apa tindakan anda selanjutnya?]tanya gaharu yang sudah melihat naira tertidur dipelukanku.

Bagaimana kondisi sekitar?Tanyaku pada Gaharu menggunkan telepati.

[Tuan muda Arvhein baru saja kembali pulang.]
[Archducess juga terluhat tengah tidur seorang diri di kamarnya.]jawab Gaharu.

ini hampir tengah malam.Apa pertengkaran mereka masih belum reda?Tanyaku pada diri sendiri.

[Oh ... aku melihat Archduke tengah berjalan menuju ke kamar nona naira.]katanya yang membuatku sedikit panik.

Bisa gawat kalau archduke membuat keributan lagi karena naira tidak ada di kamarnya.Bisakah kau melakukan sesuatu?Pintaku pada Gaharu yang tiba-tiba sudah muncul dengan penampilan Diego.

[Keinginan anda adalah perintah bagi saya.]Ucapnya membungkuk sebelum menghilang kembali kedalam bayangan.

Kupejamkan mataku untuk melihat apa yang terjadi.Kemampuan lain Gaharu sebagai peri kegelapan adalah penyamaran, serta mampu memberikan akses kepadaku untuk melihat dan mendengar apapun melalui panca inderanya.

Dengan berpura-pura tanpa sengaja berpapasan dengan sang Archduke.gaharu bertanya kemanakah Archduke akan pergi malam-malam begini.

Setelah mendengar jawaban sang Archduke yang ternyata memang akan pergi ke kamar naira.Gaharu menyampaikan bahwa baru saja dirinya pergi merapihkan kamar naira setelah mengantar gadis itu ke tempatku.

Walaupun terlihat ragu dengan jawaban tersebut.Karena bagaimanapun kamarku berada di arah yang berlawanan.Tapi rupanya senyum gaharu yang tidak terpatahkan membuat sang Archduke mengindahkannya.

Setelah mengucapkan terima kasih, beliaupun berpaling pergi.Tampaknya sebentar lagi beliau akan mengunjungi kamar ini.Apa sebaiknya aku tidur saja??Batinku berpikir.

Sebenarnya aku ingin ngobrol dengan Archduke menganai beberapa hal.Tapi aku tidak ingin mengganggu naira yang sedang tertidur pulas dipelukanku ini.Batinku lagi yang sudah membelai rambut berwarna ungunya.

Haaaaaah ...Keluhku yang entah kenapa kembali merasa iri dengan bagaimana Roland bisa memonopoli gadis secantik boneka hidup ini setiap hari.
bahkan dimalam hari seperti ini.

[Yang mulia ... anda tidak boleh berpikir untuk tetap tinggal disini sebagai kakak nona naira.]Ucap Gaharu lagi-lagi memperingatiku.

Kau benar ... impianku adalah untuk menjadikannya sebagai pendamping hidupku.ratu masa depanku.keluarga baruku.

Ibu dari anak-anakku.Tidak akan kubiarkan rasa iri ini menghancurkan keinginan terbesarku.Kataku lagi memantapkan diri.

Karena bagaimanapun sebagai seorang kakak, Roland dan Arvhein tidak mungkin mencegah naira yang sudah dewasa nanti untuk tidak menikah.Society akan mengecap kedua kakak lelakinya tidak waras jika sampai itu terjadi.

Dan juga, kedua kakak lelaki Naira pastinya harus menikah dengan perempuan lain untuk meneruskan garis keluarga.

Membayangkan orang lain menjadi suami dari naira saja sudah membuatku marah.
Apalagi jika aku harus memilih hidup sebagai kakak lelakinya.
Mungkin aku bisa jadi akan menggila.

Cklek~Suara pintu kamarku terbuka perlahan.Archduke terlihat memasuki ruangan yang sudah temaram tanpa pencahayaan selain dari sinar rembulan diluar jendela.

"Apa dia sudah tidur?"bisik sang Archduke menanyaiku yang kujawab dengan anggukan.

"bagaimana kondisimu?"tanyanya dengan nada sepelan mungkin agar tidak berisik dan mengganggu tidur naira.

"Sudah lebih baik."Jawabku yang mana sang Archduke memastikannya dengan meletakkan telapak tanganya di keningku.

"Syukurlah ... "Katanya yang masih berdiri mematung di samping tempat tidurku.

Seperti halnya Arvhein, Archduke juga ... meskipun terlihat sangat terobsesi dengan anak perempuannya, bukan berarti dirinya tidak menyayangi anak-anak lelakinya.

terlihat bagaimana tangannya berpindah kini membelai pipi tembem naira.Archduke terus memperhatikan wajah tidur naira tanpa berkata apa-apa.Aku juga hanya bisa terdiam membiarkan pria dewasa itu dalam keheningan malam.

"Apa ... ayah boleh tidur bersama kalian?"tanyanya yang cukup membuatku kaget.

"tentu ... ayah ..."jawabku dengan canggung.

Pada detik berikutnya sang Archduke sudah merangkak naik keatas tempat tidur dan berbaring di samping naira.

Jujur saja aku tidak ingat pernah tidur bersama ayahandaku Raja Ceylon dan Alyn waktu kami masih kecil dulu.Jadi situasi ini cukup membuatku awkward.

Esok paginya.

Kulihat Archduke sudah tidak ada di tempat tidur.Aku memang sempat melihatnya pergi saat matahari masih belum terbit.

Setelah memanggil butler dan membiarkan naira tidur lebih lama sembari menunggu anne untuk kembali mengurusnya.
Akupun memutuskan untuk pergi ketempat Archduke sebelum sarapan.

"Ayah ... boleh aku masuk?"tanyaku yang sudah mengetuk pintu kantornya.

Pintu terbuka dengan diego yang sudah tersenyum kepadaku.kepala Butler itu mempersilahkanku masuk lebih dulu karena dirinya akan mengambilkan teh untukku.

Kulihat Archduke tengah menyibukkan diri dengan pekerjaannya.Meskipun begitu aku harus membahas masalah ini secepatnya.

"Ayahanda ... ada yang ingin aku tanyakan pada anda."kataku yang masih tidak digubris oleh beliau.

"Apa terjadi sesuatu antara ayahanda dan ibunda semalam?"tanyaku memberanikan diri.

"Ini pertama kalinya ayahanda tidak tidur dikamar bersama ibunda."Ucapku lagi dengan berbekal nekat.

Karena bagaimanapun aku tidak tau apakah dulu sebelum aku menempati raga Roland, mereka berdua juga pernah tidak tidur bersama seperti tadi malam.

"Aku juga merasa entah kenapa suasana hari ini sedikit berbeda dari biasanya."
kataku lagi yang hanya mendapat lirikan dari sang Archduke.

"Naira semalaman menangis meminta maaf padaku."Kataku lagi mencoba menghapus kecurigaan dalam tatapan mata Archduke padaku.

"Dia juga mengatakan bahwa ayahanda dan ibunda bertengkar karena dirinya.""Apa itu benar?"tanyaku lagi kali ini yang cukup membuat sang Archduke tersentak.

terlihat wajah kaku archduke kini berubah menjadi sendu.Disandarkannya punggung yang terlihat sudah sangat lelah pada kursi kerjanya.

"Ayah tidak tau apa yang musti ayah perbuat untuk menghentikan rumor mengerikan itu beredar diluaran bahkan di dalam kediaman kita sendiri."Katanya mengawali cerita.

"Padahal ayah sengaja tidak memperdulikan semua itu dengan harapan bahwa rumor mengenai ayah, kamu dan Arvan dalam pengaruh iblis yang menggantikan naira sama sekali tidak benar."

"Agar paling tidak ibundamu bisa merasa lebih tenang dengan bagaimana kita menganggap bahwa tidak terjadi apa-apa sama sekali di keluarga kita."Jelas beliau yang juga sama seperti apa yang sudah dijelaskan oleh Gaharu kepadaku sebelumnya.

Seperti halnya pisau bermata dua.Jika Archduke mempermasalahkan hal tersebut akan berdampak pada naira yang dikatakan telah mempengaruhi sang kepala keluarga dengan kutukannya.

Tapi nyatanya, membiarkan hal itu juga sama-sama bisa menyakiti naira karena orang-orang itu malah semakin berani memperlihatkan perasaan tidak suka mereka pada anak sekecil itu dibelakang Archduke.

"Apa ibunda masih belum bisa menerima kenyataan bahwa naira hanya terlahir dengan warna yang tidak biasa?""Haruskah ibunda tetap bergantung dan percaya pada ucapan orang-orang mengenai iblis telah menggantikan naira ketika masih di dalam rahimnya?"kataku yang ikut merasa sedikit frustrasi.

"Ini semua salah ayah ...""Jika ayah bisa lebih tegas menyikapi hal ini.""naira mungkin tidak akan pernah merasa bahwa dirinya bersalah."

"mengetahui anak sekecil itu bisa mengerti bahwa dirinya dibenci.""bagaimana jika sampai dia tau bahwa ibunya juga ternyata ikut membencinya?"katanya seolah pada diri sendiri.

"Sepertinya naira mungkin juga sebenarnya  sudah tau mengenai hal itu.""Walaupun aku tidak tau bagaimana."

"Tapi bukankah yang terpenting sekarang.""Apa yang harus kita lakukan untuk membuat ibunda menyayangi naira seperti kita menyayanginya."Ucapku dengan tegas pada sang Archduke yang terlihat tertegun.

Tok tok tok

"Ayah ini nainai ..."suara kecil itu langsung membuat sang archduke bergegas meninggalkan kursinya untuk membukakan pintu.

terlihat naira yang tengah digendong oleh anne bersama diego di belakangnya melambaikan tangan mungilnya kepada kami berdua.

"Kamu sudah bangun sayang~"sapa sang Archduke yang sudah menggendong naira kepelukannya.

Archduke berjalan masuk bersama anne dan diego yang sudah menyerahkan secangkir teh padaku yang masih berdiri di dekat meja kerja ayah.

"Apa tidurmu nyenyak?"tanya sang archduke lagi yang dijawab dengan anggukan oleh naira yang sepertinya tidak mengetahui bahwasanya sang Archduke semalam tidur bersama kami.

"Nainai semalam mimpi indah."katanya dengan senyuman.

"Oh ya, coba ceritakan pada ayah.""Semalam nainai mimpi apa?"tanya Archduke lagi memamerkan senyum hangatnya.

"Nainai bermimpi, kalau semalam nainai tidur bersama ayah, kak Arvan dan kak Roland.'katanya dengan senyum mengembang yang membuat kami ikut tersenyum melihatnya.Namun, pada detik berikutnya naira terlihat sendu.

"Tapi ibunda tidak ada disana ..."katanya yang sudah terlihat merunduk.

"Nainai ... senang bisa tidur bersama kakak-kakak dan ayah.""Tapi ... nainai sedih karna ibunda tidak mau ikut bersama nainai ..."Ungkapnya yang kini sudah meremas kedua tangannya seolah ketakutan.

"Apa ibunda-""Shhhh, tentu saja ibunda sangat menyayangimu sayang.'kata Archduke memotong kalimat naira.

Sepertinya beliau tidak ingin mendengar kalimat mengerikan yang ditakutinya itu keluar dari mulut naira sendiri.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang