40. Kecewa

885 95 1
                                    

"Seorang pria sejati tidak akan mudah mengingkari janji."

—Love Math—

***

Yasmin menatap kotak bekal makanan berwarna biru di pangkuannya dengan wajah berseri-seri. Berkat hasil rengekannya semalam kepada Pira selama hampir dua jam, ia akhirnya diperbolehkan untuk meminjam dapur dan memasak nasi goreng pagi tadi.

Ya, walaupun hampir semua  masakan yang dia buat adalah hasil jerih payah sang mama. Yasmin hanya kebagian memotong sosis, menyuwir ayam, dan membolak-balikan nasi yang sudah tercampur semua bumbu. Yasmin juga harus menahan sabar saat mendapatkan semprotan dari sang mama karena kecerobohannya hingga menyebabkan nasi bertumpahan. Salahkan saja semangatnya yang terlalu membumbung tinggi sampai menggunakan tenaga dalam untuk mengaduk nasi gorengnya.

Tetapi itu semua tidak masalah untuk Yasmin. Demi Dimas, dia rela melakukan apa pun. Yasmin harus memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh Dimas sebaik mungkin. Meskipun pemuda itu bilang bahwa dia tidak perlu mengikuti kriteria yang disebutkan oleh Dimas tempo hari. Tapi tetap saja Yasmin ingin berusaha untuk menyenangkan hati pemuda itu. Karena sesuai dengan petuah yang di sampaikan oleh Bunda Ika kemarin, bahwa salah satu cara untuk mendapatkan perhatian dari laki-laki adalah dengan memuaskan perutnya.

Ah, Yasmin jadi tidak sabar melihat reaksi Dimas saat mencicipi masakan perdananya. Memikirkannya saja sudah membuat gadis itu langsung tersipu malu.

Tapi omong-omong, kenapa Dimas tidak juga menunjukkan batang hidungnya? Padahal sudah hampir satu jam dia menunggu di sini. Duduk di atas bangku panjang dekat taman kampus. Pemuda itu semalam berjanji akan menjemputnya sehabis kelas.

Lelah menerka-nerka, Yasmin akhirnya berinisiatif untuk menghubungi Dimas. Namun, beberapa detik kemudian dia harus menelan kekecewaan saat panggilannya tidak diangkat padahal nomor pemuda itu tersambung. Berkali-kali Yasmin melakukan hal serupa. Tetapi tetap saja hasil yang dia dapatkan selalu sama.

Pikiran Yasmin mendadak berkeliaran kemana-mana. Ia khawatir pemuda itu sedang berada dalam masalah. Di tengah kepanikannya, Yasmin beruntung lantaran ia masih memiliki akal sehat sehingga benaknya langsung tertuju pada Dira. Dihubunginya nomor sang sahabat yang kemungkinan kini tengah berada di rumah karena hari ini gadis itu tidak memiliki jadwal kuliah.

"Assalamu'alaikum, Yas!" Sapaan dari seberang seketika terdengar. Yasmin langsung menjawab salam Dira lantas menanyakan keberadaan Dimas. "Bang Dimas?" beo Dira sembari bergumam. Yasmin membalasnya dengan anggukan meski sahabatnya itu tidak bisa melihat. "Oh, tadi Bang Dimas nganterin bunda ke toko kuenya Kak Aisyah. Ada apa emangnya, Yas?"

Informasi yang baru saja disampaikan oleh Dira sontak membuat Yasmin tertegun. Pikirannya masih berusaha mencerna perkataan sang sahabat seolah ia takut salah menangkap. Namun, penegasan dari Dira selanjutnya membuat Yasmin langsung tersadar jika pemuda itu memang sudah mengingkari janjinya.

"Bang Dimas pergi sama bunda, Yas. Ada apa sih? Halo? Halo?"

Pekikan kencang Dira bagaikan suara angin yang terhempas bersamaaan dengan perasaan Yasmin. Telinga gadis itu seakan mendadak tuli karena ia masih sibuk menenangkan hatinya yang bergemuruh. Sedih, kecewa, sesak. Semuanya tergambar jelas di sana.

Yasmin bergerak menurunkan tangannya usai mematikan sambungan secara sepihak. Netranya menatap sendu kotak bekal makanan yang ia pinjam dari sang mama dengan susah payah. Mamanya bilang, kotak berbentuk persegi empat itu memiliki satu paket. Jika yang satu hilang, maka formasinya menjadi tidak lengkap. Dengan begitu, sebelum meminjamnya, Yasmin harus berjanji untuk menjaganya dengan sepenuh hati. Karena kalau sampai hilang, maka dia tidak boleh pulang sebelum menemukannya.

Love Math✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang