42. Filosofi Cinta Ala Aisyah

810 91 3
                                    

"Level tertinggi dari mencintai adalah ketika kamu mampu mengikhlaskan dia demi kebahagiaannya."

—Love Math—

***

Hari ini Yasmin berkunjung ke Aisy Bakery karena permintaan Aisyah. Kata gadis itu, mereka sudah lama tidak bersua dan mengobrol bersama.

Sebenarnya, bukan hanya Yasmin yang diundang, Dira juga turut diminta untuk datang. Tetapi karena gadis itu sedang ada jam kuliah, akhirnya Yasmin memilih untuk pergi sendiri.

Aisyah menyambutnya dengan penuh keantusiasan. Dari pertama Yasmin membuka pintu, sampai ia ditempatkan di salah satu kursi dekat pojok, gadis itu memperlakukannya dengan ramah. Bahkan, tanpa basa-basi Aisyah langsung memesankan kue yang menjadi menu favorit pelanggan di sini.

Yasmin mengedarkan pandangan. Matanya menjelajahi setiap sudut interior bakery shop milik Aisyah yang mengangkat konsep klasik itu. Nyaman dan juga menenangkan.

Sebagian besar furnitur dalam ruangan ini menggunakan bahan kayu yang dipermanis dengan ornamen dinding sederhana. Beberapa tanaman hijau juga tampak menempati setiap sudut ruangan.

Yasmin pun tak segan-segan memuji selera Aisyah dalam memilih penggunaan warna interior. Cokelat susu merupakan pilihan yang sangat bagus melihat warnanya yang cukup meneduhkan. Dan untuk meja counter, sepertinya warna hitam juga cocok untuk memberikan kesan tegas.

"Kamu tahu, Kakak seneeeeeng banget bisa ketemu sama kamu lagi, Yas!" Seruan Aisyah membuat Yasmin mengalihkan pandangan pada gadis itu. Ia hanya bisa menanggapinya dengan senyum kecil dan membiarkan gadis itu kembali bercerocos. "Setelah dua tahun hilang kabar, akhirnya kita bisa duduk berdua kayak gini lagi. Maaf ya, Kakak kemarin ganti nomor dan lupa ngehubungin kalian."

"Iya gak pa-pa, Kak," sahut Yasmin sekenanya. Bukan karena merasa tidak senang, tapi ia lebih suka memperhatikan sikap ceria Aisyah.

Tak lama berselang, seorang wanita berpakaian muslimah seperti Aisyah tampak membawa nampan yang berisi satu porsi brownies dengan ditemani oleh secangkir kapucino lantas menaruhnya di hadapan Yasmin.

"Kamu cobain deh, Yas. Ini namanya condensed milk brownies loaf. Menu favorit di sini. Bunda Dimas aja sampek ketagihan," beri tahu Aisyah setelah membiarkan wanita yang mengantar makanan tadi kembali undur diri.

Yasmin mengangguk lantas memotong ujung brownies dengan sendok kecil hingga menyebabkan lelehan cokelat meluber dan mengotori piring. Ia sempat terpana sesaat sebelum menyuapkannya ke dalam mulut. Rasa cake yang bercampur dengan lelehan cokelat langsung menyergap saat brownies tersebut menyentuh lidahnya.

"Mmm ... ini enak banget, Kak!" seru Yasmin sembari mengangkat jempol kirinya. Ia kembali menyuapkan brownies dengan lelehan cokelat tersebut ke dalam mulutnya.

Aisyah terkekeh. "Kalo gitu ayo dong habisin. Mau nambah, bilang aja ya. Terus kalo misalnya kamu mau menu lain juga boleh. Di sini ada pastry, cheese cake, dan yang lainnya. Kamu gak perlu bayar. Biar Kakak yang traktir," ucapnya mengundang binaran mata Yasmin.

Dalam hati, gadis itu tak berhenti memuji kelezatan brownies yang sedang dimakannya itu. Pantas saja menu ini dijadikan sebagai menu favorit. Bahkan Bunda Ika tak berhenti mengoceh untuk menjelaskan betapa nikmatnya kudapan ini. Ternyata rasanya memang tidak mengecewakan.

Bukan hanya kuenya, Yasmin juga tak menampik rasa kagum yang tiba-tiba muncul kepada sang pemilik. Di usia yang masih muda, Aisyah sudah memiliki usaha sendiri. Bahkan tanpa campur tangan kedua orang tuanya.

Love Math✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang