CHAPTER 50

465 79 6
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD

STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Keadaan kamar masih gelap dan sunyi, tidak ada kicauan burung yang biasa menemani karena diluar sana salju sedang turun.

Jina telah terjaga sejak beberapa jam yang lalu. Jauh sebelum saat Jiro meninggalkan kamar untuk pindah ke kamarnya sendiri.

Semalam, tiba-tiba saudara kembarnya itu masuk dengan membawa selimut dan tidur di sofa. Namun mereka tidak langsung tidur,  banyak hal yang mereka bicarakan untuk mengisi kesepian, hingga akhirnya keduanya sama-sama terlelap.

Mungkin itu juga yang mempengaruhi durasi tidurnya menjadi lebih singkat.

Karena saat seseorang senang, maka durasi tidur nya akan lebih singkat, dibanding saat seseorang sedang sedih.

Lagipula Jina merasa sudah terlalu banyak tidur, telah banyak waktu yang telah dia lewatkan karena itu.

Sedangkan dia sadar, hal itu tidak memperbaiki kesehatannya, tubuhnya tetap semakin lemah, dan akan tetap seperti itu.

Maka hari ini Jina akan bangun lebih awal, dia takut jikalau dia tidak bangun kembali, siapa yang tau.

Walau begitu, Jina tak ada niatan untuk beranjak dari kasur, maupun dari balutan selimut double yang super hangat yang menyelimuti tubuhnya hingga leher.

Kedua manik heterochomia hijau-abu menatap jauh ke balik jendela kamar dengan gorden putih transparan yang sengaja tak ia tutup sejak malam.

Salju melayang turun perlahan untuk menyentuh bumi, membungkus dengan gumpalan air beku nan halus hingga semua menjadi putih bersih.

Pemandangan ini terlalu sayang jika dilewatkan barang seperdetik walau dalam kondisi tertidur, jika dia tak dapat melihatnya saat mata terpejam, biar alam dapat memperhatikannya saat dirinya sedang beristirahat. Aneh. Tidak masalah.

Gadis itu beringsut duduk, melepas tisu yang menyumpal lubang hidung, mengganti dengan tisu baru yang dia gulung agar muat di lubang hidung.

Tak lupa mengambil botol obat yang terpajang berjejer di nakas. Dia beralih mengambil segelas air untuk membasuh tenggorokan yang kering.

Prang

Dan dia menjatuhkannya, gelas kaca itu telah berubah menjadi serpihan beling di bawah kaki tempat tempat tidur.

Ia memilih mengabaikannya, walau dia harus meminum obat 6 pil di pagi ini tanpa air, tidak apa, sudah biasa.

Namun nampaknya, sekarang dia juga tak bisa membuka tutup botol obat di genggaman.

Tok tok tok

" Jina, kau sudah bangun?"

Itu suara kakak pertamanya—Ichiro. Sepertinya dia mendengar suara gelas pecah, wajar, kamar ini tidak kedap suara dengan presentase yang tinggi.

" Sudah nii-san."

" Apa kau baik-baik saja?"

" Tentu, aku hanya menjatuhkan gelasku."

" Baiklah, hati-hati."

Langkah Ichiro semakin menjauh. Jina menatap telapak tangan dengan jemari lentik yang terasa dingin. Mencoba untuk menekuk telapak tangannya, lalu mengepal, namun getaran tak nyaman ia rasakan, saraf motoriknya tidak cukup kuat untuk mengepal.

Atarashi Hito✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang