Dua puluh Empat

45 20 81
                                    

"Jadilah pacar aku."

Satu kalimat yang terlontar dari mulut Haechan berhasil membuat Lami mematung. Hatinya kembali menghangat. Lami dapat melihat tatapan Haechan yang dapat menghipnotisnya. Tatapan Haechan berhasil menyelam ke tatapan Lami. Satu kalimat dan tatapan itu mampu membuat Lami merasakan kehangatan.

"Aku?" Tanya Lami.

"Dulu atau sekarang aku tetap mencintai kamu, Sungkyung."

"Oppa..." Lami melepaskan genggaman tangan Haechan. "Ada Ryujin Eonni di dalam."

"Lalu? Aku sudah putus dengannya. Kamu tau, kan?"

"Tetap saja aku merasa tidak enak padanya. Kamu bisa pulang sekarang. Sudah selesai, kan?" Lami nampak kebingungan juga ketakutan jika Ryujin melihatnya.

"Aku belum selesai. Aku masih menunggu jawaban kamu."

Lami menghela napas pasrah. "Aku tidak akan menjawabnya. Temui aku besok di taman dekat minimarket. Temui aku sore." Lami berdiri dari duduknya, hendak meninggalkan Haechan di teras.

Tetapi Haechan berhasil mengunci pergerakan Lami. Haechan menarik tangan Lami, lalu membawanya masuk ke dalam pelukannya. Lami yang sudah terbawa suasana sejak tadi, dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Haechan memeluknya.

"Tolong kabulkan permintaan aku, kali ini saja."

Dan tanpa mereka sadari, ada satu hati yang patah melihat mereka bersama.

***

Haechan merebahkan dirinya di atas ranjang. Dia mengambil ponselnya, kemudian membuka aplikasi obrolan. Bibirnya yang tadi naik, sekarang turun. Ternyata dia tidak dapat pesan dari siapa pun. Haechan memutar bola matanya, kemudian meletakkan ponselnya di atas nakas. Lebih baik tidur.

Tapi saat Haechan bersiap untuk tidur, ponselnya terdengar bersuara. Membuat Haechan kembali membuka mata, lalu segera meraih ponselnya. Iya benar, memang ada notifikasi. "Akhirnya Sungkyung," gumamnya kegirangan. Tangannya bergetar saat dia mengetik balasan untuk Lami. Sesenang itu Haechan.

Dengan usaha yang tidak main-main, akhirnya Haechan membalas pesan yang dikirim Lami. Haechan menutup matanya, menunggu Lami menjawab pesannya. Haechan tidak mau sampai ketinggalan notifikasi dari Lami. Bagi Haechan, tertinggal satu menit saja dia akan merasa rugi.

Tidak ada balasan dari Lami setelah Haechan menunggu selama satu menit. Bahkan dibaca pun tidak. Haechan berusaha sabar, menghela napas. Dilihat kembali layar ponselnya yang gelap. Tetapi masih tidak ada perubahan. Haechan berdecak, mulai kesal. Haechan mengacak-acak rambutnya. "Kemana dia? Apa sudah tidur?"

Haechan berpikir sejenak, bisa saja Lami sudah tidur karena ini sudah larut malam. Haechan menghela napas pasrah. "Baiklah, aku juga akan tertidur."

Baru saja Haechan akan menidurkan dirinya di atas bantal, tiba-tiba saja suara dering ponsel Haechan berhasil mengejutkannya. "Aish, siapa lagi?" Kata Haechan kesal.

Tapi rasa kesalnya hilang saat melihat nama Lami ada di layar ponselnya. Tanpa lama-lama lagi, Haechan langsung mengangkat telpon tersebut. "Sungkyung," katanya saat telpon terhubung. Dia sangat bersemangat.

"Sshhtt, jangan berisik. Di sini sudah tidur semua. Hanya aku yang belum mengantuk," bisik Lami di seberang sana.

Haechan terkekeh pelan. "Ah, baiklah. Aku juga belum mengantuk. Omong-omong, kamu biasa tidur jam berapa?"

"Jam 11 malam? Ya antara jam-jam seperti itu. Oppa?"

"Aku biasa tidur jam 1 pagi."

"Apa? Apa yang kamu lakukan sampai tidur selarut itu?" Tanya Lami.

Fantasy Kingdom (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang