PD32: Sarung Tangan Kiper

29 9 7
                                    

Sekarang


Rumah itu masih berdiri tegak. Persis seperti terakhir kali ia melihatnya. Bedanya, cat berwarna krem yang melapisi dinding sudah kusam, serta halamannya yang banyak ditumbuhi rumput liar. Ia tak tahu keadaan di dalam. Setelah pengontrak rumah itu pindah, setengah tahun lalu, rumahnya kosong. Tak ada yang merawat. Debu sudah pasti menginvasi seluruh penjuru rumahnya.

"Home sweet home," ujarnya ketika membuka pintu. Ia langsung dapat merasakan pekatnya debu di udara sehingga memutuskan menutup pintu kembali. Duduk ia di teras, beristirahat sejenak sebelum mempekerjakan tubuhnya untuk membersihkan debu-debu itu.

Perjalanan yang lumayan jauh dari pemakaman ke rumahnya yang ia tempuh dengan jalan kaki sambil menggendong dan menjinjing masing-masing satu besar membuatnya cukup kelelahan. Udara yang masih terasa dingin tak dapat mencegah keringat berdesakkan keluar dari pori-pori kulitnya. Ia membuka ranselnya, mengambil sapu tangan. Tetapi, satu benda ikut terbawa keluar. Demi melihat benda itu, kedua matanya membulat. Seketika, ia lupa harus menyeka keringatnya, malah mengambil benda itu. Sebuah sarung tangan kiper bewarna biru. Pemberian Dana. Ia tersenyum getir mengingat masa yang telah dilaluinya bersama sarung tangan itu.

:::

Piala Wali Kota sudah mulai sejak dua minggu lalu. Sesuai harapan semua pemain, official, dan pendukung, tim sepak bola sekolah Putra melewati fase demi fase hingga lolos ke babak final tanpa hambatan yang begitu berarti. Di babak final, tim sekolah Putra ditantang oleh tim sekolah yang tahun lalu berhasil dikalahkan di babak semifinal.

Final digelar hari ini, beberapa detik lagi. Tim sudah berada di lapangan, sudah membentuk formasi. Dana berdiri di tengah lapang dengan sebuah bola di kakinya, berhadapan dengan Niko yang juga penyerang. Ferid berdiri gagah di barisan gelandang, mengenakan ban kapten. Sementara itu, Alam berdiri di belakang, di sebelah kanan area pertahanan. Putra siaga di bawah tiang gawang. Ya, Putra berhasil membuktikan diri. Ia masuk di tim utama sejak semifinal. Perjuangan yang cukup berat karena di saat yang sama Putra harus berjuang mengejar ketertinggalan belajar.

PRIIITTT!

Bola di kaki Dana langsung berpindah kaki. Niko yang baru saja menerima bola dari Dana mengumpannya ke belakang. Bola itu diterima baik oleh Ferid. Skema serangan pun dilancarkan. Semua pemain berlari mengikuti arah bola.

Tim yang pernah dikalahkan Ferid dan kawan-kawan ini, permainanya jauh berbeda. Lebih rapi dan efektif. Hal itu tak lain karena adanya pemain-pemain baru yang mengisi tim. Berkat salah seorang wajah baru pulalah Dana kehilangan bola sebelum sempat ia melancarkan tembakan.

Ferid dan kawan-kawan berusaha menjegal. Pemain belakang berlarian ke area pertahanan. Putra memberikan seluruh perhatiannya kepada bola dan pergerakan lawan. Tiga gelandang tim Ferid berhasil dilalui tim lawan berkat kerja sama apik tiga penyerang. Mendekati garis gawang, dua pemain belakang tim Ferid mencoba menghadang pemain yang membawa bola. Namun, bola berhasil dioper lebih dulu. Alam mendekati orang yang menguasai bola. Beberapa detik kemudian, bola itu berada dalam tangkapan Putra setelah orang yang dijaga Alam berhasil melewatinya, lalu menembak langsung ke arah gawang. Tepuk tangan dan sorak dukungan membahana seketika.

Berpuluh menit berlalu. Pola serangan tim Ferid beberapa kali mengancam pertahanan lawan. Namun, tak satu pun gol tercipta meski peluang emas didapat Dana dua kali. Dua-duanya digagalkan oleh kiper tangguh tim lawan. Tim lawan pun beberapa kali berhasil mengancam gawang Putra. Beruntung kerja sama pemain belakang tim Ferid cukup baik sehingga hanya ada satu ancaman serius yang berhasil diselamatkan Putra.

Sepuluh menit terakhir babak pertama, tempo permainan mulai mengendur. Menyadari hal itu, Putra mengumpan bola langsung ke depan. Alam—yang bergerak membantu serangan—berhasil mendapatkan bola operan dari Putra. Sebentar saja Alam menguasai bola, ia langsung mengumpannya pada teman setim yang berdiri di depan gawang. Tepat sasaran, bola itu lalu langsung ditembak ke arah gawang. Sayang, bola membentur kaki penjaga gawang. Namun, riuh pendukung yang sempat reda, terdengar kembali bahkan lebih meriah beberapa detik kemudian. Dana mendapatkan bola muntah itu, langsung melesatkannya ke sudut kiri atas gawang. Kiper lawan tak berhasil menjangkaunya. Gol. Kedudukan 1-0 untuk tim Ferid.

Puisi DamaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang