37. Hari Patah Hati Nasional

1.1K 104 133
                                    

vote komennya duluuu sayangggg

<<<

Berita Nasya dan Galvin berpacaran sudah menyebar kemana-mana. Padahal belum sehari berita itu tapi beritanya sudah menyebar ke seluruh sekolah, bahkan keluar sekolah karna Galvin itu adalah mantan ketua Resvagos, geng motor yang paling terkenal saat ini.

Galvin menunggu Nasya di depan kelasnya sambil tersenyum, yang tak pernah ia lakukan sebelumnya, senyum-senyum sendiri. Orang yang lewat aja mendang dia aneh.

Seorang Galvin Revael yang dingin dan datar sekarang senyum-senyum sendiri di depan kelas 11 IPA 4. Suatu keajaiban. Banyak juga yang berbisik mungkin dia kerasukan.

Nasya keluar dari kelasnya dengan senyuman lalu menghampiri Galvin. "Ayoo," ajaknya pada Galvin. Galvin mengangguk lalu mengacak puncak kepala Nasya gemas.

"Ayo." Galvin mengulurkan tangannya di depan Nasya membuat kerutan muncul di keningnya. Ia menatap Galvin heran.

"Kenapa?" Nasya memandang Galvin dan tangannya bergantian. Heran dengan apa maksud Galvin.

"Pegangan." Jawaban Galvin membuat Nasya jadi salting sendiri. Bisa bisanya dia berfikir seperti itu. Nasya mengangguk lalu meletakkan tangannya di atas tangan Galvin.

Mereka saling bergandeng tangan. Tangan kecil Nasya sangat pas dengan tangan kekar Galvin, seolah-olah tangan Galvin hanya diciptakan untuk Nasya seorang. Tak ada yang lain.

Mereka berjalan dengan sangat bahagia, sementara Thalia yang dari tadi menunggu Galvin menatap mereka sedih. Tadi Galvin berangkat dengannya dan sekarang pulang dengan Nasya.

Thalia menghembuskan nafas pasrah, memang tak ada lagi tempat untuknya di hati Galvin, semua sudah digantikan oleh Nasya, cewek bernetra biru itu.

Yang Thalia bisa lakukan sekarang adalah membiarkan Galvin hidup bahagia dan tenang dengan pilihannya. Thalia juga tak menyukai Galvin sekarang, tapi ucapan omanya membuatnya harus melakukan itu.

Nasya tetap berdiri di sebelah motor Galvin, masih menunggu Galvin mengulurkan tangan untuknya. Nasya itu takut naiknya tau, masa Galvin lupa sih.

"Kenapa gak naik hm?" tanya Galvin dengan lembut, Galvin itu kalau udah sama Nasya pasti bicaranya lembut-lembut, Nasya kan jadi malu. Coba aja di luar atau sama kawan-kawannya, pasti gak bicara atau cuma datar aja.

"Tolong." Satu kata dari mulut Nasya membuat Galvin tersadar, Nasya takut naiknya, dasar Galvin pelupa.

Galvin mengulurkan tangannya ke Nasya dan Nasya menerimanya lalu naik ke atas motor Galvin. "Besok-besok aku pake mobil aja ya."

Nasya memandang Galvin dari spion. "Eh gak usah." Nasya menggeleng cepat, lalu Galvin langsung menoleh padanya.

"Kenapa?" Nasya memeluk pinggang Galvin dan meletakkan dagunya di atas bahu Galvin, ia memandang Galvin dari samping.

"Nanti gak bisa kaya gini." Nadanya yang manja membuat Galvin tambah gemas aja. Ia mengelus tangan Nasya yang ada di perutnya dengan lembut.

"Iya deh." Galvin mencubit hidung Nasya. Memang Nasya itu menggemaskan kaya anak kecil, sifatnya yang cerewet itu loh buat orang-orang bilang kalau dia masih anak-anak, mirip sama anak kecil. Padahal udah besar.

Orang di sekitar motor Galvin sedang mengerubungi mereka, sedang melihat interaksi antara pasangan baru itu. Banyak yang sedih melihat Galvin sudah berpacaran dan Nasya juga.

"CO CWIT DEHHH."

"PINGIN JUGA DEHH."

"GALVIN UDAH PUNYA PACARRR."

GALVINASYA [END]Where stories live. Discover now