Oke, aku putuskan untuk...
...tinggal di rumah kakek Borhan.
Bukan tanpa alasan maupun atas kehendak diriku sendiri. Si ketua dusun melarang aku datang, sederhana sekali. Ya sudah, aku diantar pulang oleh Nanny menjelang malam. Tetapi aku tidak mau ditinggal sendirian. Jadi, aku sekalian jebak Nanny bersamaku.
Malamnya, kami makan bersama seperti kemarin, di teras rumah. Namun menu makanannya bisa dibilang hampir sama seperti makanan untuk acara hajatan, ya karena itu diambil dari sekelompok tukang masak di kampung untuk acara besar besok. Sekali-kali aku bisa merasakan makanan enak.
"Jam berapa sekarang?" tanyaku usai menghabiskan makanan.
Nanny merasa kebingungan. "Aku tidak tahu. Aku biasanya tidak mempedulikan jam."
"Nah, jam tangan yang aku kasih dimana sekarang? Katanya masih berfungsi."
"Itu... sebentar aku ambil." Dia mulai berdiri sambil membereskan peralatan makan. "Sekalian aku bawakan piring dan gelas ke belakang."
Aku menurut, lalu sekalian beranjak membuang sampah bungkus makanan berbahan daun pisang. Aku sempat bingung dimana tempat sampah. Namun Nanny hanya menyuruh aku untuk melemparnya jauh dari rumah. Maka itu aku benar-benar melempar sampah itu meskipun tak terlalu jauh. Bukan bermaksud mengotori halaman rumah sih, tetapi seharusnya ada tempat sampah meskipun yang aku buang hanyalah daun.
Nanny kembali dari belakang rumah dan membawa barang sesuai yang kuminta. "Lihat, jam ini baik-baik saja."
Aku benar-benar takjub akan benda klasik yang satu ini. Jarum jam masih bergerak sebagaimana jam pada umumnya. Aku bisa tahu bahwa sekarang masih jam setengah sembilan malam.
"Kalau begitu, kau seharusnya pasang jam tangan itu di tanganmu," pinta aku.
"Tapi, aku tidak begitu nyaman saat memakainya," ungkap Nanny.
"Ya... memang jam tangan itu terlihat besar. Tetapi coba kau pakai hanya sepanjang malam ini."
Nanny patuh memasang jam tangan antik pemberianku di tangan kanannya. Ia sempat kesulitan saat merapatkan bagian gelangnya, jadi aku ikut serta membantu dia.
"Lihat, aku juga pakai jam tanganku." Aku juga menunjukkan jam tangan yang sedang aku pakai. "Bahkan sudah berhari-hari aku tidak melepaskan barang ini. Namun sayang sekali jamnya mati padahal bisa dibilang baru dibeli. Tapi anehnya ini dilepas saja tidak bisa."
"Jam kamu punya model yang tak biasa." Dia mengamati jam tanganku. "Tapi aman kalau kena air?"
"Namanya juga jam tangan mati. Mau diapa-apain juga tetap tidak bisa gerak jarum ini. Jadi aku tidak masalah kalau ini kena air."
"Omong-omong, Sarah, bagaimana pendapatmu tentang dusun Bandaru?" Nanny membuka topik lain.
"Dusun? Aku melihatnya seperti kampung yang ramai. Apa tidak masalah kalau aku menyebut 'kampung'?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet The Past
Adventure[TAMAT - Kembali direvisi pada Juli 2024] Genre : Petualangan (Adventure), Fantasi, Perjalanan Waktu (Time Travel) ~ Dimana aku sekarang? Dan tempat apa ini? Sarah sudah kehilangan kedua orang tua hingga pamannya sendiri tanpa jejak. Bahkan satu-sat...