Selamat datang dicerita GARAEL. Cerita pertama yang awalnya hanya bisa terekam dalam ingatan penulis, akhirnya dapat tertuangkan dalam sebuah wadah perHALUan sejuta umat.
Selamat membaca kisah Rain Razella, tentang cinta dan sahabat.
****
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Part 5
Mereka masih diam dengan pikiran masing-masing setelah Rain pergi meninggalkan kantin.
Belum ada yang buka suara.
Arin, gadis itu merasa canggung karna mereka tidak sedekat itu selama berada disekolah.
Walau gadis itu satu kelas dengan Luna dan Aurora serta Acha. Dikelas mereka hanya sekedar say hi, itu yang membuatnya sedikit canggung.
Apalagi setelah kejadian barusan semakin membuatnya tidak nyaman berada diantara mereka.
"Gue juga balik dulu ya Lun" ucap gadis itu pelan sedikit kikuk.
Gadis itu bangkit dari duduknya dan berlalu pergi. Bodo amat dengan nasi goreng yang belum dia makan.
Luna tidak merespon sampai Arin pergi. Gadis itu kemudian menatap Gamael.
Lelaki itu juga masih diam.
"Gam, lo sadar apa yang lo ucapin barusan ?" Ucap gadis itu sendu mengalihkan perhatian mereka semua.
"Lo gak sadar ucapan lo tadi nyakitin dia ?"
"Apa lo gak sadar, perkataan lo tadi buat dia nangis ? Ha ?" Tanya gadis itu beruntun dengan mata berkaca-kaca.
"Lo biarin dia nangis didepan mata lo".
Sementara lelaki itu diam. Dia sadar ucapannya tadi memang keterlaluan. Tapi mengingat kejadian tiga tahun lalu, Gamael merasa itu belum seberapa.
Kemudian tatapan gadis itu beralih pada laki-laki berwajah datar yang sekarang sedang menatapnya dengan pandangan tak terbaca.
Tidak ada ekspresi diwajah lelaki itu.
"Van, dari kecil kita kenal, untuk pertama kalinya semenjak kita sahabatan, lo ngebentak Azel. Didepan banyak orang. Lo buat dia malu, lo juga buat dia nangis Van, buat dia takut bahkan untuk natap mata lo".
"Gue tau, jauh didasar hati lo, sebenarnya lo khawatir dia kenapa-napa.
Lo terlalu takut Azel sakit kan ? Lo takut alergi nya kambuh, terus bikin dia susah nafas dan meregang nyawa".
