Dua

497 21 1
                                    

Selamat membaca...!

Meylani pov.

Mas dilan sudah berangkat ke kantornya 30 menit yang lalu selepas sarapan bersama yang kami luangkan.
Hujan turun sejak pagi mulai menjajaki langit.
Butir butir air hujan yang mengenai jendela seolah menciptakan gambar abstrak tersendiri.
Marcel sedang bermain dengan bibik di dalam kamar bermainnya.

Pagi ini menjadi semakin dingin saja saat angin semilir berhembus dari arah jendela yang terbuka. Hingga membuatku mengerat kan mantel berwarna hitam yang kukenakan.

Entah mengapa aku merasa tidak enak hari ini. Bukan merasa kurang enak badan karena sakit, melainkan lebih ke perasaanku yang mendadak resah dan gelisah.

Tuuut ttuuutt...
Setelah telepon ke 3 barulah panggilanku diangkat.

"Halo mas...?
Mas dimana...?"
Begitu panggilanku tersambung, segera ku tanya dimana keberadaan mas dilan.

Kamu kenapa sayang...?
Mas ada dikantor sekarang...
Ini mas sedang meeting...
Ada apa?

"Maaf mas,.
Maaf aku mengganggu mas...
Gak ada apa apa kok mas...
Ya sudah mas lanjutin meetingnya...
Sekali lagi maafin aku mas..."

Iya...
Mas maafin...
Tapi nanti malam mas minta hadiah sebagai permintaan maaf kamu loh ya...

Kalo sudah ucapannya seperti ini, aku yakin pikiran mas dilan gak akan jauh jauh dari kegiatan malam kami.

"Ya mas...
Aku faham...
Tapi jangan pulang terlambat sangat ya....!"

Tuut... tuutt...
Kuputus sambungan telepon kami secara sepihak.
Aku bisa malu sendiri jika mas dilan terus saja menggodaku.
Dan rasa resah gelisah yang tadi kurasakan kini telah berubah menjadi rasa tidak sabar sekaligus justru malah merasa malu sendiri karena permintaan mas dilan tadi.
Ya permintaannya untuk meminta jatah malam ini.
Itulah yang membuatku senyum senyum sendiri.

Cklek..
Kubuka pintu kamar bermain marcel, kulihat marcel sedang bermain dengan mobil mobilan yang dibelikan mas dilan beberapa hari yang lalu.

"Hay sayang...
Kamu maen apa sih...?
Mobil mobilan ya...?"
Kudekati marcel yang sedang bermain dengan mobil mobilan kecil ditangannya. Beberapa yang lainnya berjajar rapi mengelilinginya.
Bibik duduk di dekat marcel untuk menjaga putraku agar tak sampai memakan mainan kecil yang dipegangnya.

"Nyonya butuh sesuatu...?"
Bibik menanyakan kedatanganku.

"Nggak kok bik...
Aku gak butuh apa apa...
Tapi bisakah ambilkan biskuit camilan buat marcel?
Aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersamanya...."
Aku memangku tubuh mungil marcel diatas pahaku. Tentu ia masih dengan memainkan mobil mobilannya.
Ia terlihat tak terganggu dengan perlakuanku padanya.
Entah mengapa aku jadi ingin menghabiskan waktuku bersama mas dilan dan marcel.

"Mmaammaa... aaeemmm mmaa"
Maklum usianya yang baru menginjak 5 bulan, marcel masih belum bisa berbicara dengan fasih.
Ah bayiku yang menggemaskan.
My lovely baby boy.

Tak terasa matahari mulai turun ke peraduan. Kali ini cuaca cerah. Mega keemasan merambat ke langit.
Hanya beberapa mendung putih saja yang menghiasi langit setelah hampir setengah hari turun hujan.
Marcel, bayi lelakiku itu sudah terlelap.
Seusai makan dan mandi, pria kecilku itu mudah sekali mengantuk.
Yah seperti sore ini.
Ia tertidur dengan nyenyaknya di box bayi didalam kamar ku.
Memang aku tak membiarkan marcel tidur dikamar sendirian sebelum berusia 2 tahun.
Aku tidak tega. Lagipula aku masih menyusui marcel dengan ASI-ku sendiri tanpa susu formula.

"Bobok yang nyenyak ya sayang..."
Ku elus pipi gembul milik marcel sebelum menutupkan kelambu yang menyelimuti box bayinya.

Box bayi marcel sengaja kuletakkan agak kesudut ruangan. Aku tak ingin putraku terganggu karena ulah papanya yang kadang suka membuat ranjang kami menjadi ramai seperti gempa.

Please, let me go...!!!Where stories live. Discover now