Lima Belas

144 12 0
                                    

Selamat membaca ya...!

Meyli pov.

Matahari baru saja mulai tergelincir sedikit condong ke barat. Aku merasa bosan dan berdiri di jendela kamarku menikmati suasana taman utama istana yang berada tak jauh dari kamarku ini.
Taman itu begitu asri dan tertata rapi sedemikian rupa.
Maklum taman itu adalah taman utama dimana taman itulah yang pertama kali dilihat oleh para tamu istana jika mereka tiba disini.

Sreeekkk...
Pintu kediamanku terbuka dan menampakkan seseorang yang kali ini kedatangannya membuatku sebal.
Tanpa menoleh pun, aku sudah sangat tau siapa pelakunya.
Ini adalah kali ke 4 dalam hari ini saja kaisar yan ji datang ke kediamanku dan menyuruhku untuk makan.
Memangnya aku ini karung apa?
Diperintahnya untuk makan berkali kali dalam selang waktu beberapa jam saja.
Aku memang sedang mengandung tapi kurasa tak perlu lah bersikap se- over protective itu.
Justru jika makan terlalu banyak perutku justru akan terasa begah dan tidak nyaman.

"Kemari...!
Dan makanlah dulu selagi masih hangat...!"
Kaisar yan ji datang sambil membawa sebuah nampan berisi semangkuk penuh bubur kacang hijau.

"Yang mulia...
Kumohon...
Jangan perintahkan aku untuk makan lagi...!
Perutku rasanya sudah sangat penuh..."
Pintaku sambil menatapnya dengan tatapan memohon.

"Apa kau hanya makan untukmu sendiri..?
Pikirkanlah bayi kita juga...!"
Kekehnya.
Astaga.
Dia benar benar keterlaluan.

"Jika terlalu banyak makan, justru perutku akan terasa tidak nyaman..."
Kaisar yan ji terlihat agak kecewa dengan penolakanku untuk memakan bubur yang ia bawa dengan tangannya sendiri.

Fyuuhh...
Kuhela nafas panjang.
Saat ini aku memanglah harus mengalah lagi.

"Baiklah aku akan memakannya..."
Oh ya ampun.
Ia bahkan menoleh ke arahku sambil tersenyum begitu aku menyetujui permintaannya itu.

"Asalkan yang mulia membantuku menghabiskannya..."
Kaisar yan ji tersenyum dan mengangguk.
Ngomong ngomong dia lucu sekali.
Persis seperti tingkah merajuknya anak kecil jika keinginannya tak dipenuhi.

Ku ambil mangkuk berisi bubur dari nampan dan lebih dulu aku menyuapi kaisar wang.
Tapi ini juga termasuk salah satu cara pintarku agar aku tak harus menghabiskan bubur semangkuk penuh itu sendirian.
Meski aku merasa sesak karena begah dengan perutku, tapi aku merasa senang melihat kaisar yan ji tersenyum bahagia.

"Bisakah kita berjalan jalan keluar, yang mulia...?"
Cicitku ragu ragu.
Sebenarnya aku tak yakin untuk menanyakan keinginanku ini.
Aku hanya berharap ia mengijinkan permintaanku kali ini.
Aku bosan berada di dalam kamar ini terus seharian.

"Apa?
Tidak tidak tidak...
Aku tidak mungkin mengijinkanmu keluar dalam keadaan seperti ini..."
Aku menunduk dalam mendengar larangannya yang kurasa tak masuk di akal itu.
Dugaanku memang sangatlah benar. Ia tak akan mengijinkanku keluar tapi hal itu sungguh membuatku kecewa.
Dan ingin menangis.
Oh ya ampun.
Kemelow-an apa ini?

"Kandunganku baru berusia 2 bulan, dan yang mulia sudah membuatku terkurung mulai saat ini...
Tega sekali..."
Aku beringsut dari tempat dudukku dan hendak beranjak pergi.

Tes.. Tes..
Air mataku jatuh.
Aku sangat kecewa padanya.
Apa dia mau mengurungku selama aku mengandung?
Jahat sekali bukan?

Greb,
Tangan besar menggenggam lengan ku. Itu cukup untuk menahan laju langkah kakiku.
Tangannya menarikku untuk mendekat dan menghadap padanya.
Meski begitu aku masih sama menunduk dalam diam.

Tangan kaisar yan ji meraih pipiku. Ia menengadahkan wajahku sehingga pandangan kami bertemu. Hanya beberapa detik, lalu kualihkan pandangan mataku darinya.
Tatapan mata hitam miliknya selalu membuatku terhipnotis dan selalu mengalah. Tapi kali ini aku sangat ingin keluar berjalan jalan.
Yah setidaknya keluar dari kamarku ini saja, aku sudah senang. Aku bukan burung yang bisa ia simpan dalam sangkar.
Aku ini manusia biasa sama sepertinya yang ingin merasakan udara bebas.

Please, let me go...!!!Where stories live. Discover now