Tiga Puluh Satu

43 1 1
                                    

Selamat membaca...

Author pov.

Seorang perempuan tengah tersenyum dan tertawa sambil memangku putra kecilnya yang baru berusia 3 tahun.
Pria kecil calon kaisar muda itu berlarian kesana kemari mengikuti kupu kupu kecil berwarna jingga yang ia lihat.

"Ayahanda..."
Lyan berteriak sambil berlari ke arah pria bertubuh tegap dan kokoh yang berbalut jubah kebesarannya yang gagah.

"Putraku...
Apa yang sedang kau lakukan..?"
Mendengar suara putranya, kaisar yanji merentangkan kedua tangannya dan menerima putranya lalu menggendongnya didepan dadanya.

"Lyan...
Tolong jangan ganggu ayahanda, ya sayang...!"
Permaisuri meyli berjalan ke arah suaminya mengikuti ke arah lari putranya.

"Ibunda...
Jangan panggil 'sayang' padaku seperti itu...
Aku kan seorang pangeran, ya kan ayahanda...?"
Mendengar tanggapan sang putra kaisar yan ji tersenyum dalam diam.
Ia jadi teringat dirinya sendiri.
Apakah dulu ia juga selucu ini?

"Tentu saja...
Panggilan 'sayang' itu hanya boleh untuk bayi saja...
Ini kan pangeran tampanku...
Nah sekarang bermain mainlah...
Ayahanda ingin berbicara dengan ibunda sebentar, boleh...?"
Lyan mengangguk angguk lucu. Perlahan kaisar yan ji menurunkan kembali putranya. Dan lyan langsung kembali mengejar kupu kupu yang beterbangan di sekitar taman bunga istana.

"Apa ada sesuatu yang penting, yang mulia...?"
Meyli mengawali percakapan.

"Iya...
Ini sangat penting dan mendesak...
Dan itu hanya ada padamu dan kau saja yang bisa melakukannya, meyli..."
Mendapat tatapan serius, meyli mulai gusar.
Sebenarnya ada masalah apa yang terjadi diistana sampai sampai suaminya berekspresi begitu serius saat berbicara berdua saja dengannya.
Tidak seperti biasanya.

"Apa itu yang mulia...?"

"Aku ingin meminta seorang putri darimu..."
Bisik kaisar yan ji dengan senyuman miring yang tersungging dibibirnya.

Bugh bugh bugh...

"Ah yang mulia...!
Anda membuatku terkejut...
Kupikir ada hal penting apa..."
Meyli mendelik kesal sambil memukuli lengan kaisar yan ji dengan gemas.
Bukankah itu keterlaluan?
Ia dikerjai rupanya.

"Sudah 3 tahun..."
Kaisar yan ji menghela nafas panjang. Sedangkan meyli ikut menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar.

"Ya, yang mulia...
Peristiwa itu tak akan pernah bisa kulupakan barang sedetikpun hingga saat ini...
Dan rasa bersalah ini masih terasa sesak di hatiku..."
Meyli menyentuh dadanya.
Sungguh ia masih ingat betul saat selir lifey terbunuh oleh pedang di depan matanya.
Sedangkan selir wang xia yang memilih bunuh diri di penjara mengikuti selir lifey yang telah tiada.
Dan itu semua adalah karena kedatangannya yang datang dari dunia yang berbeda dengan mereka semua tapi justru membuat kegaduhan.

Sebenarnya kesalah fahaman, ketidak perdulian dan sikap keangkuhan dan kesombongan lah yang menyebabkan semua hal ini terjadi. Akan tetapi hal itu masih tetap saja membuat meyli merasa bersalah.
Ke 3 selir kaisar harus melewati kesulitan karena kehadirannya yang sama sekali tak diinginkan oleh siapapun.

Greb...
Sebuah pelukan mendarat di bahu meyli membuatnya menoleh ke arah sosok pria nomer satu diistana ini. Ia menatap ke dalam mata gelap yang selalu menatap tajam lawan bicaranya. Tapi bukannya membuatnya takut, mata bak black jade itu justru membuatnya merasakan kenyamanan yang luar biasa.

"Itu semua bukan kesalahanmu...
Mereka hanya tak mau mengenalmu karena merasa memiliki derajat dan latar belakang lebih tinggi darimu..."

"Tapi karena kehadiranku, yang mulia harus kehilangan ke 3 selir yang mulia..."
Meyli menunduk mengalihkan pandangannya dari tatapan kaisar yan ji.

Please, let me go...!!!Where stories live. Discover now