Chapter 18

638 39 11
                                    

Co-translator Riruhuba 🔫🔫

Seluruh area itu menjadi sunyi. Bahkan sampai terdengar suara nafas mereka. Dia tidak bisa mendengar lagi. Kata-kata Wansao bergema di benaknya berulang-ulang seperti kaset yang rusak.

Dia menggelengkan kepalanya, mencoba memaksakan tawa nakal, "P'Sao bercanda kan?"

"Aku tidak bercanda"

"..."

"Naik dan kemasi barang-barangmu." Wansao bangkit dari kursinya. Pria berkaki panjang itu menaiki tangga bahkan tanpa meliriknya.

Pemilik mata bundar itu gemetar dan bergegas mengikutinya ke kamar tidur, yang baru saja dia habiskan beberapa jam lalu dengan pria itu. Air jernih itu menetes. Sebuah tangan kecil terulur untuk meraih lengan bawahnya yang kuat, sambil mengerahkan tenaga untuk menggoyangkan untuk meminta penjelasan.

"Kenapa, P'Sao? Apa kesalahan yang telah aku perbuat? P'Sao tidak puas dengan apa, katakan padaku."

"Aku... hanya tidak ingin melihat wajahmu lagi." Karena jika mereka masih dekat satu sama lain, mereka tidak akan bisa tidak peduli satu samalain. Dia tidak bisa menahan diri untuk merasakan apapun...tapi dia juga tidak bisa mengkhianati perasaan yang dia miliki untuk Wansuk. Dia tidak ingin merasa bersalah kepada Wansuk. Dia tidak ingin merasa bersalah pada dirinya sendiri. Sejak 9 tahun yang lalu, dia selalu mencintai hanya satu orang yaitu Wansuk, namun tiba-tiba dia jatuh cinta dengan orang lain ...

Seharusnya itu tidak mungkin, tidak...tidak...

"Oh... karena aku terlalu memanjakan diri sendiri... atau aku terlalu banyak menuntut?" Suaranya terbata-bata. Sejak kapan aku tidak tahu, disaat air mata itu mengalir jatuh di kedua pipinya.

Pria jangkung itu mengerutkan bibirnya begitu melihat anak di depannya mulai menangis. Telapak tangannya mengepal erat sampai pembuluh darahnya terlihat jelas. Wajah tak pedulinya berpaling ke arah lain.

Seluruh tubuhnya membeku saat Nubneung mencoba untuk memeluknya, membenamkan wajahnya ke dada "Aku... aku tidak akan keras kepala lagi, uhuk..." kepalanya bergetar. Kata-katanya teredam, nyaris tak terdengar. "Aku tidak akan bekerja..dan kemudian P'Sao .. bisa membuatku tinggal di rumah untuk selamanya..."

Alis gelap itu berkerut. Tanpa sengaja menggigit bibirnya dengan keras, dia mengepalkan tinjunya untuk menekan setiap emosi yang bergetar. Dia berdoa agar Nava segera datang sekarang. Kalau tidak, dia mungkin tidak peduli dengan anak menyedihkan di depannya. meskipun dia harus berhati keras seperti dulu sepanjang hidupnya.

Tapi ... melihat Nubneung melepas dan mengucapkan setiap kata itu. Pada saat itu, seolah-olah seseorang telah meletakkan tang besar di hatinya untuk meremasnya sampai hampir hancur. Bahkan dia tidak bisa mengingat kapan terakhir kali dia dihantam rasa sakit seperti ini, tapi yang pasti dia merasakannya...

Bahu yang gemetar, poni yang kusut dan pelukannya, seperti anak kecil yang bertekad menahan orang tuanya agar tidak pergi. Semuanya sekarang membuatnya merasa menjadi seperti iblis yang kejam. Padahal sebenarnya dia tidak ingin melihat setetes air pun dari mata berbinar itu. Jika memungkinkan... dia ingin memeluk tubuh kecil yang rapuh ini. Aku ingin menepuk kepalanya sebelum memegang tangan dan membawanya ke toko es krim untuk melihat senyum di wajah yang lebih muda itu lagi.

Tapi dia harus menahan diri untuk tidak melakukannya...

Bel di depan rumah berbunyi. Dia segera tahu bahwa bantuannya telah tiba. Dan hanya dengan mendengarkan bunyi bel yang berulang-ulang, mudah ditebak bahwa Nava sedang dalam suasana hati yang sangat marah.

Count One To Saturday [Indonesia Terjemahan]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora