#03. Stay here.

622 106 7
                                    

Lagi-lagi hari ini Hilmy sudah berada didepan sekolah Jendra, menunggu sang pujaan hati pulang sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lagi-lagi hari ini Hilmy sudah berada didepan sekolah Jendra, menunggu sang pujaan hati pulang sekolah. Namun Jendra selalu mengabaikan Hilmy, tak ingin teman-teman nya tahu bahwa dia dekat dengan ketua musuh bebuyutan gang mereka.

"Jendraaaa." Panggil Hilmy dengan nada yang sedikit di buat-buat, membuat Jendra merasa geli mendengarnya.

Saat Hilmy ingin memeluk Jendra, ia segera menghentikan Hilmy, "Read the situation. We're actually at the school. Don't do something dirty."

"Tapi gue gak ngapa-ngapain, Jendra. Gue cuman mau peluk lo doang masa gak boleh?"

"Gak boleh."

Hilmy menekuk wajahnya, ekspresi nya kini tampak sangat sedih yang sedikit dibuat nya agar tampak lebih dramatis.

Telepon Jendra berbunyi, ia melihat ke benda pipih panjang itu siapa yang menelepon dirinya di siang hari bolong ini.

"Halo, bang?"

"Tama said, go to basecamp quickly."

"Oke, kebetulan juga gue baru pulang sekolah. Gue otw."

Mengabaikan Hilmy yang masih dalam scenario agar mendapatkan perhatian Jendra, ia segera menyalakan motornya dan segera pergi ke basecamp atas suruhan Tama.

Hilmy yang melihat Jendra pergi dengan cepatnya langsung menyusul, namun ia kehilangan jejak Jendra saat ditengah perjalanan.

Jendra mengebut motornya, buru-buru agar cepat sampai di basecamp atau mungkin Tama akan memarahi nya. Kemungkinan lain, Jendra bisa saja pulang kerumah dengan keadaan bonyok karena Tama.

Sampai di basecamp, semuanya sudah berkumpul, tinggal Jendra sendiri yang baru sampai. Saat masuk kedalam, sudah terlihat Tama yang tengah duduk bersama dengan alumni generasi satu dan dua.

"Jendra, terlambat. Kasih lima gebukan." Ujar Tama dengan galak nya.

Raiden, -laki-laki yang di telepon tadi- mendatangi Jendra dan memukul Jendra tepat di titik kelemahan pacar adiknya.

"Sorry, Jen. Gang tetap gang, kalo diluar urusan gang gua gak bakal gebukin lo." Bisiknya tepat ditelinga Jendra.

"It's okay, Bang. Gue tau kok kalo bang Tama emang segalak itu kalo udah urusan gang." Balas Jendra dengan bisikan pula.

Setelah mendapat pukulan yang teramat sakit di titik lemah nya, barulah Tama membuka suara kembali.

"Kenapa lo terlambat, Jendra?"

"I have something to do at school, Bang."

"Did that more important than our gang?"

"Iya. Gue emang nakal, tapi untuk nilai kebaikan disekolah itu lebih penting daripada gang." Jawabnya dengan tegas.

"Oh, that's cool. Dyo, kasih dia satu pukulan."

Break Our Rules || JINJENWhere stories live. Discover now