#05. Living Together.

636 100 4
                                    

"Jen, gue boleh, gak, tinggal dirumah lo buat sementara waktu?"

Tiba-tiba saja di malam hari yang tenang, terdengar pintu rumah Jendra di ketuk-ketuk secara brutal. Jendra langsung keluar dari kamar nya dan membuka-kan pintu tersebut, ternyata diluar sana terdapat Hilmy dengan koper dan tas besar yang sepertinya hampir semua barangnya ada didalam sana. Laki-laki yang mempunyai bibir tebal itu pun membawa seorang anak perempuan.

Seperti biasa, Hilmy selalu nongkrong terlebih dahulu sebelum ia pulang kerumah saat tengah malam, waktu di mana orang rumah sudah tidur dan mulai melupakan bahwa anak laki-laki sulung mereka tidak pulang semenjak pagi berangkat sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, Hilmy selalu nongkrong terlebih dahulu sebelum ia pulang kerumah saat tengah malam, waktu di mana orang rumah sudah tidur dan mulai melupakan bahwa anak laki-laki sulung mereka tidak pulang semenjak pagi berangkat sekolah.

Namun, hari ini berbeda. Hilmy pulang tepat pada pukul 12 malam, saat ia masuk kedalam rumah, semuanya gelap. Tentu saja ia berfikir bahwa orang-orang dirumah sudah tidur. Tapi dugaan nya salah, didalam gudang terdengar suara pukulan yang sangat biasa bagi nya.

Hilmy langsung berlari menuju gudang yang tak jauh dari kamar adiknya itu, dan menyaksikan bahwa sang ayah tengah memukuli ibu nya dan didalam sana pun terdapat adiknya yang tengah menangis, namun sang ayah mengabaikan nya.

"K-kak Hilmy...." Gadis kecil itu berlari kearah Hilmy dan langsung memeluk kaki Hilmy yang gemetaran.

Hilmy menurunkan badan nya, mensejajarkan dirinya dengan adik kecilnya itu, "Reva, kamu dibelakang kakak aja, ya? Atau mau balik kekamar kamu aja?" Ia memegang dengan lembut pipi sang adik.

Gadis kecil itu menggeleng, "Aku gak mau balik kekamar. Kalo aku balik kekamar, pasti ayah tetap mukulin mama. Kak Hilmy, tolongin mama, Reva takut." Gadis kecil bernama Reva itu menyambar tubuh besar Hilmy dan memeluknya dengan erat.

Hilmy pun membalas pelukan itu, "Tenang, cantik. Kakak bakal tolongin kamu." Ujarnya.

"Tolongin mama juga, ya, kak?"

Tak ada jawaban. Hilmy tak tahu harus menjawab apa kepada sang adik yang tangis nya sudah berhenti sejak tadi. Ia lalu menggendong tubuh ringan sang adik, dan membawanya kembali kekamar Reva.

"Kenapa balik kekamar? Mama gimana? Nanti mama bakal dipukulin lagi sama ayah. Kak Hilmy, tolongin mama." Gadis kecil itu terus saja merengek, meminta tolong Hilmy untuk menolong sang mama yang sedang kesakitan karena dipukuli oleh sang ayah.

Hilmy tak menjawab, ia sibuk membereskan semua baju dan barang-barang penting Reva, lalu memasuk-kan sebagian nya kedalam koper kecil milik Reva.

"Ck, koper nya kekecilan." Gumam Hilmy.

Hilmy menggendong kembali Reva dan sambil membawa koper kecil milik sang adik tentunya. Sang kakak ternyata menggendong Reva kekamarnya. Terlihat sang kakak sangat sibuk dengan baju, barang-barang, tas besar dan koper miliknya.

Karena tak mempunyai waktu banyak, baju-baju yang ada didalam koper itu tidak tersusun rapi. Hilmy memasuk-kan nya begitu saja, jika tidak cukup ia akan memaksakan kalau baju yang lumayan banyak itu cukup untuk masuk kedalam koper.

Break Our Rules || JINJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang