23 :: Antara Nilai dan Hati

866 246 2
                                    

"Bener kan kecurigaan Papa selama ini, kamu nggak fokus belajar karena pacaran."

"Pa.. Karina nggak pacaran. Papa sendiri kan yang ngelarang Karina pacaran, Yoshi cuman temen Karina. 10 hari lagi Karina sama dia ada olimpiade, kemarin cuman bahas soal Pa. Please udah Pa," sudah semalaman Karina terus menerima omelan dari papanya. Beliau tidak sengaja mendengar Karina yang saat itu sedang berbicara di telepon dengan Yoshi. Karina pikir, setelah pagi tiba papanya akan melupakannya. Namun ternyata ia salah, bahkan sudah di depan rumah tetapi papanya terus mengungkit masalah itu.

Gadis itu sudah sangat jengah, ia pergi begitu saja meninggalkan papanya. Ia terpaksa naik angkot lagi hari ini, hal ini lebih baik daripada mendengarkan papanya yang terus memarahi dirinya dengan alasan yang sangat tidak masuk akal, pikirnya.

Jika pria paruh baya itu memarahinya karena tahu Karina sedang main perasaan dengan lawan jenisnya, mungkin Karina masih bisa terima. Tapi yang terjadi justru papanya meminta Karina memanfaatkan kedekatan mereka sekarang ini untuk merebut posisi pertama Yoshi. Tentu saja Karina menolak hal tersebut. Urusan nilai dan hati itu beda.

Mood Karina sangat berantakan sepanjang hari, bahkan Giselle dan yang lainnya tidak berani mengganggu Karina. Wajahnya terlihat lebih garang dari biasanya. "Rin nggak ke perpus?" gadis tersebut hanya menjawab pertanyaan Giselle dengan gelengan kepala.

Ketika bel pulang berbunyi, Yoshi sudah berdiri di depan kelas Junkyu. Bukan mencari Junkyu, ia sedang menunggu Jeno, ada hal penting yang ingin ia bicarakan kepadanya.

"Tentang Karina?" tanya Jeno menebak-nebak apa yang ingin di katakan oleh Yoshi. "Gue titip Karina sama lo."

Junkyu yang sedang duduk dibelakang mereka mengernyitkan keningnya tidak paham. Kemudian ia segera berdiri mencegah Jeno yang tiba-tiba mencengkeram kerah seragam Yoshi.

"Kalo mau berantem jangan di sini, lo ngobrol berdua gini aja udah jadi pusat perhatian anjir," bisik Junkyu yang berhasil membuat Jeno melepaskan cengkramannya.

"Lo apain Karina?" tanya Jeno yang tidak dijawab oleh Yoshi. Pemuda itu mengajak Junkyu pergi dari sana, "jam 4 tolong anterin Karina ke rumahnya Pak Teddy, alamatnya tanya dia aja."

Disaat seperti ini, tempat favorit Karina adalah taman belakang sekolah yang sepi. Ketika ia sedang tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba seseorang melempar sebuah botol air mineral kepadanya. Jeno mendekati Karina dan duduk disebelahnya, "ngapain lo di sini?"

"Lo sendiri ngapain di sini?" ia membalikkan pertanyaan tersebut kepada Jeno. "Terserah gue lah, kan tempat umum."

Karina memilih diam tidak merespon Jeno lebih lanjut, "lo mau diem disini sampai kapan? Nggak ke rumah guru lo?" gadis itu terkejut, ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 15.50.

Ia segera mengambil tas nya dan pergi meninggalkan Jeno, "Rin mau kemana?"

"Ke kelasnya Yoshi," jawab Karina tanpa menoleh sedikitpun kepada Jeno. Pemuda itu mempercepat langkahnya menyusul Karina. "Dia udah duluan, gue aja yang nganter lo." Karina tidak bisa menolak karena Jeno langsung menyeretnya untuk ikut cowok itu ke tempat parkir.

Gadis itu tidak ambil pusing, yang penting sekarang ia sampai ke rumah Pak Teddy tepat waktu. Begitu sampai di sana, Karina melihat motor Yoshi sudah terparkir di garasi rumah Pak Teddy.

"Lo kok ninggalin gue sih tadi? Untung ada Jeno," bisiknya kepada Yoshi.

"Lo sih lama," mereka tidak bisa banyak berbincang karena Pak Teddy segera memulai kelas hari ini. Mereka menjadi sangat fokus mengerjakan latihan soal, sudah tidak ada waktu untuk bersantai, olimpiade sebentar lagi.

Ketika mereka berdua keluar, Karina terkejut melihat motor Jeno di depan rumah Pak Teddy. Gadis itu melirik kearah Yoshi yang memperlihatkan raut wajah kesal. Yoshi sendiri yang menyuruh Jeno untuk menjemput Karina pukul 17.15, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ia juga merasa kesal melihat keduanya dekat seperti ini.

"Gue nggak tahu kenapa dia tiba-tiba di sini," ucap Karina kepada pemuda itu. Yoshi hanya tersenyum, "yaudah nggak apa-apa. Lo pulang sama dia aja. Kasihan dia udah nungguin lo."

Karina mencegah Yoshi yang hendak naik ke motornya, "lo nggak marah kan?" lagi-lagi pemuda itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Santai aja kali Rin."

Mungkin Karina bisa santai jika hal ini terjadi hanya sekali, namun kenyataannya sudah 3 hari terakhir ini ia merasa Yoshi sedikit menghindari dirinya. Ia tidak tahu apa yang salah dengan mereka, bahkan gadis itu juga sudah menjaga jaraknya lagi dengan Jeno. Tapi Yoshi masih tetap sama, bisa disebut cowok itu semakin menjauh.

Mereka selalu berangkat bersama menuju rumah Pak Teddy, tapi entah kenapa Jeno selalu menjemput Karina saat hendak pulang dari Pak Teddy. Terpaksa, 3 hari ini ia pulang ke rumah bersama Jeno, bukan Yoshi. Ia berpikir mungkin ini yang membuat Yoshi kesal.

"Jen lo kenapa tiba-tiba jadi jemput gue kesini?"

"Di suruh Yoshi," tentu saja gadis itu terkejut. "Gue nggak tahu kalian ada masalah apa, tapi bisa kan dibicarain baik-baik berdua. Jujur aja, gue agak nggak enak karena ikut campur sama urusan lo berdua," sambungnya yang membuat Karina semakin bingung.

"Lo ngomong apa sih? Masalah apa? Gue nggak ngerasa ada masalah sama Yoshi."

"Kalo kalian baik-baik, nggak mungkin Yoshi nyuruh gue jemput lo kayak gini," Karina merasa apa yang dikatakan Jeno itu benar. Tapi ia juga tidak tahu masalah apa yang terjadi diantara dirinya dan Yoshi.

Yoshi

Yosh
Bisa jelasin ke gue?
Lo kenapa kayak gini?

♔♔♔

Forelsket || Yoshinori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang