Chapter 1

355 30 4
                                    

Chapter 1

Aku duduk di taman kampus dengan buku bertebaran di sekitarku. Tahun ini adalah tahun ketigaku di universitas. Karena tak ada yang mengadopsiku, ibu mengizinkanku tinggal bersamanya dan membantunya mengurus adik-adik yang lebih kecil. Lulus SMA, aku mendaftar ke universitas swasta di kota besar dengan beasiswa penuh, dan aku diterima. Syukurlah, aku jadi tak perlu lagi merepotkan ibu dengan biaya kuliahku.

Mengambil 2 jurusan sekaligus, Graphic Design dan Bussiness Management, membuat otakku bekerja keras. Apalagi aku juga kursus bahasa Inggris dan Jepang. Lalu ada juga kegiatan dengan klub pecinta alam. Dan kerja freelance sebagai fotografer majalah travel. Walaupun aku jadi tak punya waktu luang untuk bersenang-senang, tapi masalah biaya kos dan makan sehari-hari bisa kubayar tanpa tunggakkan.

Hidup di kota besar bukan berarti mudah, tapi memang sejak kapan sih hidupku mudah. Hanya saja, orang memperlakukanku dengan lebih baik disini. Semua saling membaur dan menghargai. Berbagai suku dan ras sama-sama belajar di kampusku. Aku juga bisa menjadi diriku sendiri.

"Aduh Kana!! Kan gue udah bilang, itu bukunya di beresin dulu. Makanannya mau di taruh dimana nih?" Jerit kesal seorang gadis membuyarkan konsentrasiku dari buku-buku di depanku.

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat wajah kesal sahabatku.

"Eh iya. Maaf, maaf. Aku lupa. Bentar ya."

Aku nyengir dan langsung menggeser semua buku dan alat tulisku sembarangan. Tak apa lah. Berantakan sedikit yang penting aku bisa makan.

"Elo tuh ya. Gue ngerti sih, lo banyak tugas. Tapi kira-kira juga dong, Kana sayang... Makan yang teratur. Kalau lo sakit kan gue juga yang repot." Kirana mengomeliku dengan wajah yang tetap terlihat manis.

Kirana merupakan teman pertamaku di kampus ini. Aku bertemu dengannya di tempat kos, kamar kami sebelahan. Dan ternyata dia juga di jurusan management. Anaknya baik dan perhatian, tapi cerewetnya luar biasa. Rasanya ibu pun tak pernah secerewet dia. Dia bisa membuat kita merasa bersalah dengan wajah yang tetap manis penuh senyum. Mengerikan.

"Iya, sorry, Ki. Tugas design lagi numpuk nih. Belum selesai gara-gara aku ke Bromo. Nanti aku pinjam laptopmu lagi ya?" kataku sambil makan sementara Kirana hanya menatapku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Karena danaku terbatas, aku merasa berat membeli laptop canggih untuk tugas designku. Aku terbiasa menggunakan komputer kampus untuk tugas-tugasku yang lain. Tapi tugas praktek design membutuhkan komputer yang processornya jauh diatas komputer kampus. Dan aku biasanya membajak laptop canggih milik Kirana yang berujung dengan wajah cemberut sahabatku itu karena tak bisa main game online kesukaannya.

Aku melirik jam mungil di pergelangan tangan Kirana. Mataku melotot kaget. Sepuluh menit lagi kelasku dimulai. Aku menyelesaikan makanku dengan terburu- buru. Kirana buru-buru menyerahkan minumannya padaku saat aku tersedak dan menepuk pelan punggungku. Aku menyelesaikan makanku dalam 2 menit dan segera bangkit untuk merapikan buku-bukuku.

"Aku duluan ya, Ki. Ada praktek di lab. Nanti uang makanannya aku ganti di kos-an." ujarku buru-buru dengan tangan penuh buku.

Kirana lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Kemudian berubah jadi semangat.

"Kana! Salam ya buat kak Reza. Asisten lab lo yang ganteng itu." serunya saat aku mulai berlari.

Aku tertawa melihat tingkah sahabatku itu.

Duduk di ruang lab yang dingin dan mendengarkan dosen menjelaskan fungsi tiap simbol di layar komputerku membuat mataku sulit di buka. Mungkin ini efek bergadang semalam. Ugh..  aku ngantuk luar biasa. Sudah terbayang ekspresi tak suka Kirana seandainya aku terkantuk-kantuk di kelas management. Sudah pasti ia akan menceramahiku tentang manfaat tidur cukup. Aku mengusap lembut wajahku. Sedikit menepuk-nepuk pipiku. Aku semalam mengerjakan tugas di kamar Kirana. Dan belum selesai saat dia bangun untuk lari pagi. Tertidur selama 3 jam sebelum aku harus kembali ke kampus.

Forever MineМесто, где живут истории. Откройте их для себя