Chapter 2

232 23 0
                                    

LIBUR!!

Satu kata itu rasanya terus terngiang di telingaku. Akhirnya, setelah satu semester aku berkutat dengan dengan tugas yang menggunung, aku dapat libur sekitar 2 minggu sebelum memulai semester baru yang berarti aku harus mulai serius mengerjakan skripsiku.

Berkat laptop pemberian kak Rio waktu itu aku bisa dengan mudah mengerjakan semua tugasku. Biasanya aku harus mencocokan waktu dengan jam tutup kampus karena aku menggunakan komputer kampus. Sekarang aku bisa lebih santai dan punya lebih banyak waktu untuk tugas karena bisa kukerjakan kapan saja. Walau harus kuakui, Kirana yang lebih sering menggunakan laptopku untuk game. Tapi aku tak keberatan. Toh selama ini pun aku sering membajak laptop miliknya.

Ujian sudah selesai. Mulai besok, kami libur selama 2 minggu kedepan. Aku menghela napas lelah. Baru kemarin aku pulang dari kegiatan pecinta alam dengan membawa banyak foto dokumentasi untuk diserahkan ke kantor. Beruntung ini merupakan semester terakhirku mengikuti perkuliahan. Semester depan aku hanya harus mengerjakan skripsiku. Jadi tak ada lagi ujian, tinggal menyelesaikan skripsiku lalu mengikuti sidang kelulusan. Untungnya tak ada kelas yang harus kuulang, kalau tidak aku terpaksa harus mengucapkan selamat tinggal pada beasiswaku. Sekarang aku jadi punya lebih banyak waktu luang untuk kegiatan pecinta alam dan report perjalananku ke kantor.

Seperti janjinya, Kak Rio sudah mengurus semua urusan tiket untuk liburanku ke rumah ibu. Sejak masuk kuliah, belum sekalipun aku pulang. Mengingat aku tak punya banyak waktu luang di sela-sela kuliah dan pekerjaanku, serta biaya hidupku yang selalu pas-pasan. Untuk kali ini, aku bisa menarik nafas lega, karena semua biaya perjalanan kak Rio yang mengurusnya. Bahkan, kak Rio membeli banyak sekali barang untuk oleh-oleh. Lagi-lagi dia menghamburkan uangnya untukku...

Aku duduk di kantin kampus dengan segelas teh dingin di hadapanku. Aku sudah berjanji untuk menunggu Kirana selesai. Ujian terakhirnya hari ini, sedangkan aku sudah sejak 4 hari yang lalu. Laptop pemberian kak Rio terbuka di hadapanku. Aku masih mengetik laporan perjalananku kemarin untuk kuserahkan ke kantor.

Seperti dugaanku, kantor heboh melihat kedekatanku dengan kak Rio. Ada yang meringis kasihan karena mungkin mereka pikir aku adalah korban kak Rio berikutnya. Ada juga yang menatapku sinis, mungkin iri karena mereka belum pernah dilirik oleh bosku itu. Tapi apapun itu, aku tak pernah serius menanggapinya. Toh antara aku dan kak Rio tak ada hubungan apa-apa. Lagipula, frekuensi kunjunganku ke kantor juga tidak sesering itu. Aku kan cuma pegawai freelance. Tapi sesekali kami bertemu. Kadang kak Rio memintaku menemuinya di kantor, kadang Kirana juga ikut denganku. Kadang kak Rio yang mampir ke kampusku. Seperti hari ini, rencananya setelah Kirana selesai ujian, kak Rio akan menjemput kami di kampus dan mentraktir kami makan malam.

"Masih kerja saja, nih."

Sebuah suara mengganggu konsentrasiku menulis ulasan. Aku menoleh kebelakang dan menemukan wajah ganteng, menurut Kirana, tersenyum ramah padaku.

Kak Reza rupanya. Asisten lab ku yang diam-diam ditaksir Kirana.

"Iya, kak. Masih ada kerjaan, nih."

Aku balas tersenyum. Agaknya tak salah, nih, sahabatku naksir pria ini. Orangnya ramah sekali. Wajahnyalah yang membuat banyak murid wanita di kelasku menghela napas tiap kali kak Reza melewati meja mereka. Parasnya tegas, matanya agak sipit dan kulitnya putih. Kurasa kak Reza pun punya garis keturunan asing, walaupun entah dari mana. Dikelas ia tak pernah sekali pun memarahi muridnya. Dia juga selalu dengan sabar membantuku saat aku masih mengerjakan tugas di ruang lab. Bahkan dia rela menungguku sampai kampus tutup. Wajah tampan, kulit putih dan mata sipitnya itulah yang sukses bikin Kirana jatuh cinta setengah mati padanya. Tapi, Kirana sangat curiga bahwa asisten dosenku ini sebenarnya menyukaiku.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang