Tujuh

26K 2.2K 26
                                    

Lani memasuki ruangan yang telah di katakan oleh Liam padanya tadi. Kini dia tengah duduk di salah satu sofa kecil sembari membaca isi dari surat kontrak yang diberikan oleh Dodit.

Sesekali kepala Lani mengangguk mengerti ketika membaca setiap paragraf yang tertera diatas kertas putih itu. Namun seketika dahinya berkerut bingung ketika membaca bagian ke lima.

5. Harus tinggal di dekat/bersama Artis. Dalam hal ini yang bersangkutan harus tinggal di apartemen yang sama dengan artis agar dapat memenuhi segala kebutuhan artis kapan pun saat di perlukan.

Jadi apakah Lani harus tinggal di apartemen Liam? Astaga bagaimana bisa seperti ini? Tidak mungkinkan dia harus tinggal berduaan dengan seorang pria. Tidak. Lani harus mengatakan keberatannya untuk tinggal bersama Liam pada Dodit. Meskipun misalnya Liam tidak tertarik dengannya tetap saja itu bukanlah hal pantas.

Hampir sejam Lani menunggu di ruangan itu dengan rasa bosan dan kantuk menyerangnya. Dia tak tahu kapan kedua pria itu akan selesai dengan pekerjaan mereka.

Mata Lani baru saja terpejam tetapi perempuan itu terpaksa membuka matanya kembali ketika mendengar pintu yang terbuka. Ada Dodit yang sedang berjalan mendekati sofa tanpa Liam bersamanya.

"Maaf lama. Kamu sudah membaca surat kontraknya kan? Jadi apa ada sesuatu yang mungkin ingin kamu tanyakan?" Tanya Dodit langsung. Pria itu mengambil tempat duduk tepat di depan Lani.

Lani mengangguk kepalanya dengan memberikan senyuman sungkan pada Dodit, "sudah mas. Tapi untuk poin lima saya rasa saya enggak bisa, rasanya kurang etis jika harus tinggal satu apartemen dengan tuan Liam," kata Lani.

"Oh, coba saya lihat!" Dodit mengulurkan tangannya meminta surat kontrak yang tadi dia berikan pada Lani. Pria itu membaca sekilas paragraf lima kemudian pria itu tertawa kecil membuat Lani kebingungan melihatnya.

"Ah yang ini. Kamu tenang saja Lani, Liam enggak akan berani melakukan hal tidak senonoh sama kamu!" Kata Dodit santai.

"Bagaimana mas Dodit bisa seyakin itu?"

Mendengar pertanyaan perempuan di depannya ini, Dodit terdiam sesaat seperti memikirkan sesuatu. Kemudian pria itu menghela napasnya berat. "Sepertinya saya harus menyampaikan hal ini sama kamu, karena cepat atau lambat kamu juga akan mengetahuinya."

Mata Lani memancarkan kebingungan yang dapat di tangkap oleh Dodit dengan begitu jelas, "Liam itu ehem..." Dodit menatap ragu pada Lani, "Liam itu suka dengan sesama jenis."

Mata Lani melotot mendengar penuturan Dodit. Liam penyuka sesama jenis? Sangat sulit Lani percaya, pria itu terlihat normal-normal saja di mata Lani.

Namun seketika Lani teringat saat Liam selesai melakukan adegan ciuman dengan seorang aktris, pria itu terlihat begitu terganggu walaupun tidak begitu ketara hingga orang-orang yang melihatnya kebanyakan tidak menyadari ekspresi pria itu. Lani menyadarinya karena dia saat itu tercengang melihat betapa lihainya pria itu berciuman bersama aktris cantik bernama Rose Cantika. Lani pikir saat itu Liam hanya terlalu kesal karena kesalahan yang terus dilakukan oleh Rose ketika melakukan adegan ciuman.

Mungkin saja Liam terlalu jijik berciuman dengan wanita. Jijik berciuman dengan wanita belum tentu penyuka sesama jenis kan? Lani menggelengkan kepalanya dan memaki pikirannya yang terasa begitu konyol.

"Mas Dodit yakin? Saya rasa tuan Liam enggak seperti itu."

"Saya yakin. Kamu memangnya pernah lihat berita Liam berkencan? Tidak kan? Selain itu, saya juga selama ini tinggal bersama Liam dan sangat tahu dia seperti apa. Nah karena saya akan menikah sebentar lagi, saya rasa saya butuh seseorang yang bisa menggantikan saya yang kemungkinan tidak selalu bisa memenuhi segala urusan Liam nantinya. Saya menyuruh kamu tinggal di apartemen Liam karena saya merasa itu bukan masalah yang besar mengingat Liam yang enggak tertarik dengan wanita," jelas Dodit meyakinkan Lani yang masih terlihat ragu.

"Begini saja. Saya beri kamu waktu dua hari, jika kamu memang setuju langsung tanda tangan saja. Bagaimana?" Tanya Dodit.

"Baik mas," jawab Lani. Sebenarnya dia sangat ingin mengambil pekerjaan ini tetapi mengingat syaratnya yang harus tinggal di apartemen Liam membuat urung dan ragu.

"Untuk menjadi bahan pertimbangan kamu, saya akan membahas mengenai gaji kamu nantinya. Gaji kamu dari saya berkisaran lima jutaan, nanti mungkin Liam akan memberikan kamu gaji tambahan jika dia menyukai hasil kerja kamu."

Penjelasan Dodit mampu membuat Lani tertarik untuk segera menandatangani kontrak kerjanya. Namun sekali lagi Lani meragu, jika dia mengambil pekerjaan ini maka dia harus meninggalkan ibunya dan adiknya di rumah mereka. Kemungkinan besar mereka akan sulit bertemu mengingat dia harus mengikuti segala kegiatan Liam nantinya.

"Baik mas. Nanti akan saya pikirkan lagi," jawab Lani pada akhirnya.

"Oh iya, jangan panggil Liam tuan! Panggil saja mas Liam, dia enggak akan keberatan. Justru akan terasa aneh kamu memanggil dia tuan."

"Baik mas."

"Santai saja bekerja dengan kami. Enggak usah terlalu formal!" Dodit tersenyum hangat pada perempuan di depannya ini. Pria itu harap Lani mau menandatangani kontrak kerjanya agar lebih cepat menggantikan posisi Dodit saat ini.

Kedua orang yang tengah berdiskusi itu spontan menoleh ke arah pintu saat mendengar pintu itu terbuka, orang itu adalah Liam yang datang dengan wajahnya yang masih terlihat tampan meski sangat jelas terpancar raut lelah di wajahnya.

"Gimana hasil diskusinya?" Tanya Liam ketika pria itu telah duduk di salah satu sofa yang tadinya masih kosong.

"Lani masih perlu memikirkannya terlebih dahulu," jawab Dodit.

Tatapan kedua pria di depannya mampu membuat Lani sedikit terintimidasi meski dia tahu mereka tidak bermaksud untuk melakukan itu.

Liam menghela napasnya panjang, "tapi gue butuh seseorang yang bisa menggantikan lo secepatnya, apalagi lo udah mulai sibuk dengan acara pernikahan lo," kata Liam pada Dodit.

"Tidak semudah itu mendapatkan orang yang kompeten seperti yang lo mau," jelas Dodit dengan mata yang selalu tertuju pada Lani. Seolah-olah kedua pria itu sengaja membicarakan hal ini didepan Lani.

"Well, beberapa gaji yang ditawarkan oleh Dodit?" Liam bertanya pada Lani yang semenjak tadi hanya diam menyaksikan obrolannya dan Dodit.

"Lima juta," jawab Lani sekenanya.

"Saya akan tambahkan menjadi sepuluh juta, apa kamu mau menandatangani kontrak nya sekarang?"

Lani bengong mendengar tawaran Liam. Sepuluh juta? Itu bukan lah gaji yang kecil, bahkan gaji tetangga Lani yang merupakan seorang pegawai masih kalah dengan nominal gaji yang Liam tawarkan.

Melihat Lani yang belum memberikan respon sekali lagi Liam bersuara, "bagaimana dengan lima belas juta?"

Lani hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Rasanya dia bisa mendadak kaya jika mendapatkan gaji sebesar itu disetiap bulannya. Wajah Lani tersenyum cerah membayangkan hal itu. Dan dengan bodohnya perempuan itu menganggukkan kepalanya setuju, kemudian mulai membubuhkan tanda tangannya diatas surat kontrak kerjanya. Namun hal itu tak bertahan lama, selesai menandatangani surat kontrak dia jadi teringat dengan poin nomor lima.

Lani berdecak kesal, otaknya sudah sibuk memaki dirinya sendiri yang melupakan hal yang seharusnya dia pertimbangagkan. Ternyata benar kata orang, uang bisa membuat seseorang menjadi sangat bodoh.

 Ternyata benar kata orang, uang bisa membuat seseorang menjadi sangat bodoh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Liam Si Bucin (END)Where stories live. Discover now