35. Hancurnya Bang Al

10K 2K 1K
                                    

"Jadi lo korban perasaan yang ditinggal pas lagi sayang-sayangnya?"

Aldric meledakkan tawa. Ketika melihat keluarga bahagia itu, Zoya langsung menariknya bersembunyi di belakang mobil entah milik siapa. Di sana, Zoya bercerita semuanya.

Termasuk tentang Ray yang memang dulu, Zoya pernah mengajak remaja itu main ke restoran dan di saat pernikahan Papa mereka, Zoya juga pernah mengenalkan Ray pada Aldric tetapi gadis itu sama sekali tak menyangka respon sang Kakak atas kejadian mengerikan dari kelanjutan hubungan asmaranya. Memangnya kisah cinta Zoya itu adalah lelucon apa? Dasar Abang laknat.

"Kalau Abang mau mukul dia, aku ikhlas banget, Bang. Pukul dia sana, Ray tuh udah nyakitin adek Abang satu-satunya yang paling unyu ini," seru Zoya menggebu-gebu. "Samperin, Bang. Bilang, kalau gak ada yang boleh nyakitin aku."

"Enggak ah, buang-buang tenaga. Lagian, lo segala pake galau-galau dan patah hati padahal mah cinta monyet hahaha" Aldric kembali terbahak hingga matanya berair.

Zoya memalingkan wajah kesal. Punya Abang tidak ada sisi heroik-nya sama sekali. Bukannya marah karena adiknya sudah tersakiti malah tertawa puas. Abang seperti ini bisa ditukar dengan beras tidak sih? Zoya mau tukar saja.

Aldric menusuk-nusuk pipi Zoya dengan jari telunjuk. "Ngambek?"

"Harusnya Abang itu belain aku karena sering disakiti sama Ray tuh bukannya malah ketawain aku." Zoya cemberut.

Aldric manggut-manggut. "Iya, iya nanti Abang hajar dia pake jurusnya Naruto."

"Aku mau pulang," ujar Zoya kemudian.

Aldric menarik tangan adiknya tetapi Zoya malah diam seperti patung di tempat.

"Katanya mau pulang, ayo kita ke parkiran tempat motor gue," ajak Aldric.

Zoya menatap sang Kakak dengan polos. "Kakiku pegel."

Sudah dipastikan apa yang terjadi selanjutkanya jika ada kata kaki pegal keluar dari mulut anak itu. Jika sudah begini, Aldric ingin sekali memakan hidup-hidup kelinci di depannya ini.

Maka, sama seperti kemarin dengan luar biasa terpaksanya ia berjongkok di depan Zoya dan dengan semangat pula gadis itu naik ke punggungnya. "Gitu dong jadi Abang harus cepet peka. Cowok kalau mudah peka, banyak cewek yang suka."

"Lo tuh kalau mau cari pacar yang kayak gue aja. Udah ganteng, populer, cool, gentle mana setia lagi," ujar Aldric memuji dirinya sendiri.

Zoya menggeleng-geleng kuat. "Ntar diajak ciuman. Gak mau yang badboy."

Aldric menjadi tersedak ludah sendiri. Ditekankan sekali lagi kalau mengingat kejadian itu selalu berhasil membuatnya menjadi malu tetapi tentu berusaha ia tutup-tutupi.

"Bang, aku mau tanya, kenapa Bang Al sama Bang El lebih milih ikut Mama daripada Papa?" tanya Zoya penasaran.

Aldric menghembuskan napas lega kala anak itu mengalihkan pembicaraan.

"Gue kan sama Bang El anak cowok nah tugas kami jagain Mama sementara lo tuh anak cewek, lo masih perlu perlindungan Papa," jawab Aldric sekenanya.

Zoya mencebikkan bibir. "Tapi kata Mama Abang udah gak pulang berbulan-bulan tuh. Jagain darimananya."

"Kan ada Bang El," balas Aldric menurunkan Zoya saat mereka sampai tempat motor diparkir. Keduanya memasang helm lalu sama-sama naik motor itu.

"Lagian gue gak betah di rumah. Mama selalu banggain Bang El dan ngejelekin gue yang suka bikin ulah," keluh Aldric.

"Seperti apa pun Mama, aku yakin dia itu selalu sayang sama anak-anaknya," ucap Zoya.

Mereka menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk sampai ke tempat nongkrong Aldric. Rupanya waktu itu tak membuat mereka puas untuk bertukar cerita hingga saat sampai di sana pun mereka kembali melanjutkan cerita.

REDUPWhere stories live. Discover now